Memandang Isania yang berjalan menuju Kota Duri Bergerigi, Lu Li menggenggam peta harta karun Kapten Shandell. Jantungnya yang masih berdebar kencang belum pulih dalam hembusan angin yang kacau, hingga Elf Air muncul di hadapannya.
"Dapat?" Si Kaya menatap Lu Li dengan penuh harap.
"Bukannya kamu sudah dengar peringatan sistem?" Lu Li balik bertanya sambil berbalik badan perlahan, melangkah menuju arah Dustwallow Marsh.
"Apa sekarang seluruh alam semesta sudah tahu kamu memegang peta harta karun?" Elf Air terdengar agak iri, dengan nada sarkastik, namun juga menyimpan kecemasan.
"Ya, seluruh alam semesta sudah tahu." Lu Li mengusap pelipisnya, merasa pusing tujuh keliling.
Peta harta karun memang berharga, tapi bagi pemain biasa yang mendapatkannya, ini pasti menjadi benda panas karena begitu kamu memegangnya, seluruh alam semesta akan tahu melalui pengumuman sistem.
Yang lebih menyebalkan, pemain bisa mengecek posisi peta harta karun secara real-time - ini bagian dari sistem petualangan acak dalam game.
Untungnya Lu Li bukan pemain biasa, meski dia juga pusing.
"Akan ada yang mengejar-kejar kita?" tanya Elf Air.
"Kalau yang dapat peta harta karun itu orang lain selain aku, apakah kamu akan merebutnya?" Lu Li kembali balik bertanya.
"Mungkin iya. Kurasa sistem sengaja mendorong perebutan, kalau tidak kenapa diumumkan ke semua saluran?" Elf Air jauh lebih cerdas daripada rekan satu tim Lu Li.
Benar, sistem ingin semua orang bermain bersama, dan harus bermain dengan riang gembira.
"Bersiaplah, kita cari harta karunnya." Lu Li cepat kembali bersemangat.
Dia mutlak tidak takut masalah, apalagi melepaskan peta harta karun. Siapapun yang berniat merebutnya harus berhadapan dengan Fragmen Penyakit di tangannya terlebih dahulu.
Piao Ling dan Genhao San tentu juga melihat informasi, mereka segera mengirim pesan menawarkan bantuan.
Langsung ditolak oleh Lu Li. Mencari peta harta karun bergantung pada hoki, jumlah orang banyak tidak bisa menyelesaikan masalah. Plus semakin banyak orang semakin ribut, dengan dua pencuri, akan sulit bagi pihak lain untuk melacak.
Sedangkan Elf Air...
Lu Li menyukai uang, tapi punya batas.
Tugas ini mereka temukan bersama, ide awal menyelamatkan Isania juga dari Elf Air. Sekarang dapat peta harta karun, tentu Elf Air harus ikut.
"Cek isi peta harta karun, pasti ada petunjuk." Elf Air mendekat, terus menunjukkan semangat.
"Jangan terlalu gembira, jaga sikapmu." Kata Lu Li.
“Aduh, ini kan peta harta karun, makhluk legendaris yang bisa membuat seseorang kaya mendadak bahkan setara kekayaan kerajaan.” Sebenarnya jika sedikit lebih dekat dengan Elf Air, akan terlihat bahwa dia tidak selalu bersikap dingin. Seringkali perilakunya mirip cewek normal, hanya saja lebih cantik dan lebih kaya.
Lu Li tak tahan mendinginkan semangatnya: "Jangan berkhayal terlalu jauh, mana mungkin perusahaan game membiarkanmu sekaya kerajaan dalam sekejap."
"Kamu benar-benar terlalu tenang." Elf Air mengeluarkan suara "Hmph!".
"Tapi barang bagus pasti ada, lagipula ini kan peta harta karun." Dari sikap Sistem terhadap peta ini saja, sudah jelas hadiahnya tidak akan cuma beberapa koin perak.
Peta Harta Karun Kapten Shandel: Jika kamu membaca surat ini, berarti aku—Kapten Shandel—telah beristirahat abadi di dasar air yang dalam. Jadi, selama kamu mengikuti petunjuk khususku, harta karunku akan menjadi milikmu.
Pertama-tama kamu harus menemukan sebuah koper kecil, seharusnya terkubur di dekat bangkai kapal di sekitar Teluk Harta Karun. Saat menguburnya dulu tepat menghadap gunung berkepala dua, aku juga menanam sebatang pohon di sebelahnya, tidak tahu apakah pohon itu masih bertahan sampai sekarang.
Di dalam kotak, kamu bisa menemukan petunjuk berikutnya.
Peta harta karun tidak seperti legenda yang menggambarkan peta tangan dengan garis merah berkelok-kelok, cukup ikuti rute untuk menemukan harta. Ini hanya berisi beberapa kalimat penjelasan, itupun baru petunjuk tahap pertama.
"Kamu bawa peta harta karun berkeliling di sini, tunggu panggilanku baru maju." Lu Li tiba-tiba mendapat ide cemerlang di benaknya.
"Bagus, aku akan berhati-hati." Elf Air mengangguk mantap.
Sistem: Pemain Elf Air memperoleh Peta Harta Karun Kapten Sandel, koordinat (1387,2915,26).
Keduanya terdiam sejenak, Sistem ini benar-benar tidak ada kerjaan, bahkan hal seperti ini perlu diumumkan. Sesuai keinginan Lu Li, transaksi diam-diam tentu lebih baik.
Tidak peduli, Lu Li melakukan teleportasi beberapa kali dan tiba di Lembah Duri.
Dia menyusuri garis pantai mulai mencari gunung berkepala dua dan sebatang pohon yang dimaksud, sementara para pemain yang ingin merebut peta harta karun berduyun-duyun seperti ngengat mendekati api menuju Dustwallow Marsh.
Peta yang biasanya sepi itu sekarang ramai seperti pasar.
Elf Air hanya terus-menerus mengubah posisi tanpa terlibat dengan siapa pun, menolak semua tawaran kerja sama dalam mencari harta karun.
Meski tidak membunuh, para pemain yang berduyun datang tetap menderita kerugian. Monster level 35 di Dustwallow Marsh adalah yang terlemah, banyak yang level 40, bahkan ada beberapa BOSS level 45 yang menjulang seperti elang hitam. Bayangkan nasib pemain di bawah level 30 yang bertemu makhluk-makhluk ini - kematian berulang bahkan menarik para pencari bangkai nekat yang mengais keuntungan.
Meski ada pemain di Lembah Duri, tak ada yang menyangka macan tutul kecil yang berlari kencang di sepanjang pantai itu adalah Lu Li.
"Entah kapan Kapten Shindel mengubur harta karunnya. Lembah Duri hari ini dipenuhi vegetasi lebat, garis pantai ditumbuhi banyak pepohonan. Adapun gunung berkepala dua, sudah lama tertutup rapat oleh vegetasi rimbun sehingga sulit dikenali."
Setelah lari selama lebih dari satu jam, beberapa lokasi yang agak memenuhi kriteria ditemukan. Sayangnya, ada yang tidak punya pohon, ada yang tidak ada gunung berkepala dua, atau tidak ada bangkai kapal rusak. Alhasil tentu saja tidak mendapatkan apa-apa.
"Lu Li, sudah ketemu belum? Aku dikejar-kejar mereka seperti kelinci! Kalau keterlaluan, akan kusuruh anggota serikat datang untuk membersihkan mereka semua!" suara Elf Air terdengah-dengah, tekanan yang dirasakannya mungkin cukup besar.
"Kamu tidak harus terus berputar-putar di Dustwallow Marsh. Wilayah lain juga bisa dicoba." Lu Li mengabaikan keluhannya.
"Benar-benar, lebih baik dari tadi suruh aku saja yang cari kotak kecil itu." Elf Air mengeluh.
“Lanjutkan kabur saja, sepertiku sudah menemukan wilayah yang dicari. Akan kuberitahu setelah menemukan koper kecil ini.” Lu Li mengamati gunung dan pohon di sekitarnya, merasa tingkat akurasinya mencapai 80-90%. Terdapat bangkai kapal yang sebagian besar badannya telah tertimbun pasir. Di sebelah bangkai itu menjulang pohon kelapa tinggi, memenuhi tiga syarat sekaligus.
Untuk memastikan, Lu Li nekat terbang menghadapi risiko serangan burung pemangsa guna melakukan pengamatan lebih dekat ke arah gunung tersebut.
Benar ada dua puncak.
Ia mendarat di samping pohon besar, mengeluarkan sekop penambang dan mulai menggali pasir.
Tak tahu berapa dalam terkubur, demi menghindari kelewatan koper kecil itu, ia menggali beberapa lubang plot sedalam setengah tinggi manusia. Untung ini cuma game, kalau tidak pasti kelelahan.
Dentang logam nyaring menggema, hati Lu Li langsung berbunga.
Mengusir pasir halus keemasan, terlihatlah koper kecil berkarat itu, kulit buaya yang membungkusnya sudah membusuk sebagian besar.
Elf Air langsung teleportasi kembali ke kota setelah menerima pesan Lu Li, segera menuju ke sini, meninggalkan ribuan pemain yang berteriak berebut harta karun saling pandang. Hasil pencarian mereka menunjukkan Si Kaya telah meninggalkan Dustwallow Marsh dan muncul di Lembah Duri.
Jangan-jangan Si Kaya sudah menemukan petunjuk harta karun di Dustwallow Marsh?
Ini pasti bercanda. Dikepung dan diblokir sebanyak ini, mana ada waktu baginya mencari petunjuk harta karun.
