Desa kecil di pinggir kota adalah tujuannya.
Berjalan di jalan desa tak berpenghuni, jejak pertempuran telah tersisa.
Mungkin karena sekilas pandang, sorot mata Lu Li terpaku di depan reruntuhan rumah tua, sekejap waktu dia merasa seperti dicekik lehernya, kehilangan napasnya sendiri.
Sebelum bertemu Pamela, Lu Li membayangkan pasti itu seorang gadis kecil menggemaskan yang sangat disayangi.
Pipi kemerahan dengan lesung pipit dangkal, rambut pirang yang berkilauan bagai sinar matahari yang nakal.
Kehidupan gadis itu mungkin tak mewah, namun pasti dipenuhi tawa, gaun indah buatan tangan ibu, dan pelukan hangat ayah.
Oh ya, gadis kecil ini juga memiliki seorang kakak yang selalu cemas akan keselamatannya.
Menyaksikan kondisi Kabupaten Darrowshire, Lu Li mulai berdoa agar gadis itu telah dibawa pergi - mungkin oleh seorang ksatria yang lewat, atau penyihir perkasa seperti Medivh.
Kini Lu Li berdiri menyaksikan sosok yang dicarinya.
Benar, terdapat kepangan rambut keemasan, lesung pipit tipis, pipi pucat nyaris transparan, serta sorot mata gelisah layaknya rusa yang melihat manusia asing.
Dengan langkah tegap Lu Li mendekat, jari-jarinya yang gemetar menyentuh lembut pipi gadis kecil itu - gerakan terakhir yang penuh harapan hampa.
Gadis kecil itu mundur ketakutan selangkah, mungkin karena tidak merasakan kejahatan dari Lu Li, dengan malu-malu dia menatap sorot mata penuh kasihan sang Kakak di depannya. Kepala mungilnya menggesek-gesekkan diri ke tangan lawan bicaranya.
Tidak ada apa-apa!
Dia sudah Mati!
Lu Li yang selalu berprinsip "darah mengalir tapi air mata tak jatuh", hanya pernah bersedih untuk adik perempuannya, kini hidungnya terasa asam.
Dari awal sampai akhir, Dia tak pernah membayangkan tugas tentang Pamira akan seperti ini.
Ini adalah tugas eksklusif Manor Ravenholdt, tak bisa diakses pemain biasa. Pemain yang menyelesaikan misi ini di kehidupan sebelumnya juga entah mengapa tutup mulut rapat-rapat.
Awalnya dikira tugas mencari orang, tak menyangka akan serumit ini.
"Kakak, apakah kamu orang jahat?" Si gadis kecil tak merasa ada yang salah dengan gagal menggesekkan diri ke tangan Lu Li. Tubuhnya begitu mungil seperti kacang polong, terlihat baru berusia empat lima tahun.
Saat dia bahkan belum memahami arti maut, dewa kematian mencium dahinya.
“Tidak, aku orang baik.” Lu Li berjongkok, tanpa sedikit pun kewaspadaan menatap mata gadis kecil itu: "Siapa namamu, kenapa kamu sendirian di sini?"
"Namaku Pamela, aku sedang menunggu kakakku. Tahukah kamu dimana kakakku Jessica? Saat aku masih gadis kecil yang sangat-sangat mungil, dia sudah pergi..." Hantu kecil yang sudah lama tak berkomunikasi dengan manusia ini duduk di sisi Lu Li, ceria seperti Burung Bulbul.
Suaranya jernih dan polos, penuh keluguan kanak-kanak, membuat Lu Li tak kuasa mengingat adik perempuannya sendiri.
“Dia menangis sangat sedih saat pergi. Aku tidak tahu mengapa dia menangis, mungkin kakinya terluka. Saat Jessica masih di sini, kami sering bermain game bersama, menari bersama, memetik bunga di sekitar rumah. Kadang ketika melihat Ayah pulang, kami bersembunyi lalu tiba-tiba melonjak untuk menakutinya.” Kenangan indah itu begitu singkat, suara kecil gadis itu mulai terisak: "Kembalilah Jessica, kalau kau kembali, Ayah juga akan kembali. Kita bisa bermain bersama seperti dulu."
"Ayahmu... kau tahu ke mana dia pergi?" Lu Li berusaha keras menahan gejolak emosi.
Amarah membara menyala dalam dirinya terhadap pria yang telah meninggalkan putrinya hingga terpuruk dalam keadaan seperti ini.
“Tante Lien menyuruhku tinggal di rumah, karena Ayah pergi berperang. Ayah adalah orang paling pemberani di dunia ini, tapi aku sudah menunggu sangat lama di sini dan Dia tak kunjung kembali. Kadang ada orang jahat yang datang berbicara padaku, aku ingin Ayah mengusir mereka, tapi Dia tidak ada di sini...” Suara gadis kecil itu semakin melemah.
Lu Li bisa membayangkan, di tengah ratusan malam, dia duduk menunggu di depan pintu sambil memeluk bahu kecilnya yang menggigil.
Rasa sakit yang terpendam sejak bertahun-tahun lalu perlahan merambat. Dia ingat, saat adik perempuannya masih sangat kecil, orang tua mereka sudah meninggal. Bahkan kesempatan untuk mengemis pun tak mereka miliki.
Tunjangan pemerintah sering dirampas preman di kawasan kumuh. Agar adiknya tidak kelaparan, Lu Li terpaksa kabur keluar untuk mengemis.
Saat Dia meninggalkan rumah kita, Lu Xin duduk di ambang pintu seperti Pamela. Ketika kembali, gadis itu masih duduk di sana dengan posisi sama. Suatu kali, Lu Li sengaja tidak pergi jauh setelah keluar. Dari kejauhan, Kakak mengawasi adik perempuannya yang masih kecil itu membeku bagai patung - tak bergerak sedikitpun, duduk selama beberapa jam.
Sorot matanya terus tertancap ke Arah kepergian Kakak, menanti kemunculan sang kakak kembali.
"Terkadang saat malam tiba, aku bermain dengan bonekaku." Pamela mengernyitkan alis kecilnya, mendongak sambil berkata: "Tapi aku meninggalkannya di kota. Bisakah Kamu bantu mencarinya?"
"Tunggu di sini, Aku akan segera kembali." Lu Li teringat bahwa dalam pencariannya di Darrowshire baru saja dilakukan, memang terlihat beberapa bagian yang mirip komponen boneka.
Gadis kecil itu mengangguk, seketika merasa Lu Li adalah manusia terbaik yang pernah ditemuinya.
Dengan perasaan berat, Lu Li kembali ke kota. Ia mencari cukup lama di antara reruntuhan, akhirnya menemukan beberapa bagian yang bisa dikarang-karang menjadi boneka.
"Ah, kamu menemukannya! Kamu menemukan bonekaku..." Mata gadis kecil itu berbinar melihat barang di tangan Lu Li, ia melompat gembira: "Oh, terima kasih, Hidup! Bonekaku, kau akan mengusir orang jahat, kan?"
Lu Li tidak terpengaruh oleh keceriaannya, justru merasa sesak di hati.
"Hmm... Bagaimana mungkin ini terjadi." Tatkala menyadari bonekanya sudah tercerai-berai, wajahnya langsung muram.
"Jangan sedih, Kakak akan menjahitnya untukmu." Lu Li buru-buru menenangkannya, lalu menemukan alat untuk menjahit boneka - pancing yang selama ini menganggur di tasnya.
Mata pancing bisa dimodifikasi menjadi jarum, sedangkan garis tengah langsung menggunakan benang pancing.
Soal keterampilan tangan, sama sekali tidak perlu khawatir. Lu Li seorang diri membesarkan adik perempuannya, urusan menjahit dan memperbaiki sudah sering dia lakukan.
"Kakak, hebat sekali~" Pamela menopang pipi kecilnya, memandang Lu Li dengan penuh kekaguman.
"Pamela, apakah kamu akan terus menunggu di sini?" Senyum Lu Li terasa dipaksakan. Sejak terlahir kembali, ini pertama kalinya dia merasa begitu pusing menghadapi sebuah tugas.
"Tentu harus menunggu. Kalau tidak, saat Kakak dan Ayah kembali mencari, mereka pasti khawatir." Gadis kecil itu mengernyitkan wajahnya: "Tapi aku merasa sangat kesepian. Bibi Marlaine menyuruhku menunggu di sini, tapi dia pergi dan tidak pernah kembali. Bagaimana dengan Ayah dan Kakak? Kakak, menurutmu apakah Bibi Marlaine tahu di mana mereka?"
Gadis kecil itu sudah memercayai Lu Li sepenuhnya tanpa ragu. Tapi apa yang bisa dikatakan Lu Li?
“Kakak pernah memberitahuku, Bibi tinggal di dekat Andorhal, di sebuah rumah di sebelah selatan. Kakak, kamu adalah teman baruku, bisakah kamu membantuku mencari Bibi?" tanya Pamela.
"Tentu saja. Lihat, bonekamu sudah kujahit." Lu Li menyerahkan boneka yang sudah diperbaiki kepada gadis kecil itu.
Pamela berseru kegirangan: "Cantik sekali! Ini benar-benar bonekaku! Dia akan melindungiku. Aku akan menunggu di sini, Kakak harus kembali ya!"
