Tupai kecil memang sulit ditemui, tapi untuk memancing kita bisa berusaha lebih keras.
Material untuk alat pemancing bawah air sangat mudah didapat. Lu Li menemukan lokasi grinding monster humanoid di dekatnya, setelah grinding selama belasan menit berhasil mendapatkan kain linen yang cukup. Kemudian menangkap beberapa serangga malam di rawa-rawa hutan, sementara di tasnya masih tersisa beberapa batangan perunggu tak terpakai dan bubuk mesiu.
Bahkan tidak perlu meja eksperimen, setelah mengutak-atik sebentar di tangannya, terdengar peringatan sistem bahwa dia mendapatkan 6× alat pemancing bawah air.
Satu alat pemancing bisa digunakan selama 2 jam, enam buah sudah cukup untuk digunakan sendiri.
Ketika tiba di pantai, ternyata sudah banyak orang yang sedang memancing di sini.
Orang-orang ini memilih profesi kehidupan sejak awal masuk game. Sistem pertempuran juga terisolasi sesuai kondisi fisik para lansia, monster tidak akan menyerang mereka, dan di mata mereka monster tidak galak malah terlihat imut banget.
Kedatangan Lu Li si remaja ini sungguh membuat orang-orang tua sedikit terkejut.
Mereka hanya melihat pemuda ini dengan mahir mengeluarkan alat pancing, mengikat sesuatu berbentuk cincin di area kail, lalu melemparkannya langsung ke tangan sebelum duduk bersila di tepi pantai menunggu ikan menyambar.
Seorang pria tua di sampingnya menepuk bahu Lu Li: "Nak, di hutan sana bisa digali cacing malam, auction house juga menjual. Kalau tidak pakai umpan seperti ini, takkan dapat ikan."
"Hmm." Lu Li menahan dorongan untuk menghunus pedang.
Pak, tindakanmu tiba-tiba menepukku seperti ini bisa memicu masalah, tahu?
"Anak muda zaman sekarang..." Si tua itu geram melihat sikap mengabaikan Lu Li, tapi hanya bisa mengeluh pada teman pemancing di sebelahnya.
"Nanti saat menghadapi kesulitan dia akan belajar. Zhao, waktu muda kau juga tak mau dengar nasihat." Pria tua sebelah menyorot pelampung ikan Lu Li yang melayang di permukaan air, menggeleng sambil berdesah.
Beberapa orang tua duduk membosankan tanpa hobi, topik obrolan yang bisa dibahas sudah diulang-ulang ribuan kali.
Tiba-tiba datang seorang remaja, cukup menarik juga, sayangnya remaja ini terlalu kikuk, bahkan tidak menggunakan cacing tanah atau serangga malam untuk memancing.
Sudahlah, nanti setelah duduk lama tanpa hasil pasti akan datang minta diajari.
Di dunia realitas sekarang ini, selain kolam buatan manusia, tidak ada tempat lain yang bisa dipancingi ikan.
"Lho, pelampung pancingnya bergerak." Seorang kakek yang masih tajam penglihatannya kaget setengah mati, hampir saja melempar pancingnya sendiri.
Orang bilang tua-tua keladi, para lansia justru tidak banyak keraguan, kecuali beberapa yang biasa menjaga image, semua kakek di tempat itu berhenti memancing dan berkerumun di sekitar Lu Li, mengamatinya memancing tanpa umpan.
"Aku estimasi ulang, cincin kecil yang dia pasang itu pasti punya masalah, setidaknya berfungsi sebagai pengganti umpan." Kakek yang berpikir teliti sudah menebak dengan akurasi 70-80%.
Meski di kehidupan sebelumnya Lu Li tidak punya banyak waktu untuk memancing, namun akumulasi dua tahun latihan telah membuatnya mencapai level tinggi memancing. Dengan gesit dia mengangkat pancing dan menarik kail, dalam sekejap berhasil menarik seekor ikan batu karang kuning muda keluar dari permukaan air.
Ikan Batu Karang!
"Decakan, ternyata ikan batu karang," gumam orang tua yang sebelumnya meragukan kemampuan memancing Lu Li, wajahnya dipenuhi kekaguman.
Bagi mereka, baik yang pernah berjaya maupun yang gagal, kehidupan ini sudah terlampaui. Menjelang masa tua, tidak ada hobi khusus selain semakin ketat dalam kriteria memilih makanan enak.
Ikan Batu Karang Nanliu ini merupakan spesialisasi pesisir Nanliu. Seluruh tubuhnya berwarna kuning muda, setelah dimasak rasanya sulit ditemukan tandingannya di dunia, sekali mencicip takkan pernah terlupa.
Sayangnya ikan batu karang sulit dipancing, seharian penuh belum tentu dapat satu ekor.
Lu Li seolah tak menyadari tatapan penuh semangat para penonton periodik. Dengan tenang melepas Batu Karang dari kailnya, dia berjongkok dan melempar kail kedua ke tanah tanpa memeriksa mata kail atau memasang umpan.
Orang-orang tua yang sudah pengalaman, semua kini tahu bahwa cincin kecil itu barang bagus.
"Hem, skill memancingmu sudah tinggi ya, Pemuda." Sang kakek yang mengira dirinya ahli, tak menyangka pemuda di hadapannya justru yang lebih teknis. Dengan suara serak tak natural, ia mencoba memulai percakapan.
"Tidak, baru level awal..." jawab Lu Li.
Bukan sok dingin, tapi memancing membutuhkan kondisi mental yang tenang. Berharap bisa mengobrol sambil memancing itu ide buruk.
"Kamu baru level awal? Tidak mungkin!" Kakek berusia senja itu tak bisa menahan watak tempramentalnya.
Oh ya, saat memancing sebaiknya jangan berteriak-teriak. Batu Karang adalah jenis ikan yang sangat berhati-hati. Sedikit saja suara mereka akan kabur, dan hanya akan berhenti jika bertemu pasangan jenisnya.
“Sepuluh koin emas, transaksi cepat. Kalau teriak-teriak lagi aku pergi.” Lu Li langsung mengirimkan alat pemikat ikan bawah air melalui sistem transaksi.
Mata orang tua itu berbinar, ia mengangguk sambil terkekeh lalu buru-buru menaruh sepuluh koin emas.
Ternyata skill memancingnya langsung naik 100 poin! Pantas saja pemuda dengan skill level awal ini bisa menyusup di area perairan ini, bahkan meningkatkan peluang mendapat ikan langka.
Mungkin ini penyebab Batu Karang Nanliu bisa terpancing. Banyak pemain senior yang sering memancing di sini, tapi tak ada yang langsung dapat ikan bagus begitu duduk.
“Apa itu? Lao Zhao jangan pelit ilmu!” Meski para pemain lain sudah bubar, perhatian mereka tetap tertuju ke sini yang memperhatikan transaksi rahasia ini.
“Bukan, aku lapar dan lupa bawa roti. Beli sepotong roti rasa buah dari dia, hehe...” Lao Zhao diam-diam mengikat alat pemikat di kailnya sambil memulai ritual memancing.
Di kail Lu Li di sana ada hasil lagi, meskipun kali ini bukan ikan Batu Karang, tapi tetap seekor ikan besar yang gemuk.
Pantai Nanliu memiliki sinar matahari, angin sepoi-sepoi, di belakangnya ada Hutan Perak, pemandangan alamnya sangat indah. Ditambah dengan ikan Batu Karang Nanliu yang tidak ada di tempat lain, kabar ini menyebar cepat sehingga banyak orang datang untuk memancing di sini.
Lu Li berhasil memancing ikan Batu Karang kedua, meskipun kali ini hanya seekor ikan kecil yang jauh lebih kecil dibandingkan yang pertama.
Tapi prestasi menangkap dua ekor Batu Karang dalam tiga puluh menit benar-benar menggemparkan, sensasi yang ditimbulkan di kalangan pemancing ini bahkan lebih dahsyat daripada ketika Lu Li meraih Pembunuhan Pertama.
"Nak, bocorkan sedikit rahasia dong. Lihatlah kami ini sudah sepuh, tidak punya hobi lain lagi." Ada yang mencoba memancing belas kasihan.
Kalian yang sudah berumur 60-70 tahun ini, pantaskah bertingkah manja seperti ini?
“Kami tidak akan meminta gratis, Anda tetapkan saja harganya, meski kami tidak bisa bertempuran jadi tidak punya banyak uang, tapi pasti tidak akan membuat Anda rugi.” Yang menawarkan iming-iming juga ada.
Kalian, Anda pedagang, ya? Kalau Anda bilang begitu, bagaimana saya bisa menetapkan harga.
“Hehe, cucu perempuan saya seumuran denganmu, katanya anggota Paviliun Hujan Ringan, cantik secantik itu, nanti saya perkenalkan, menurutku kamu pemuda yang bagus.” Ternyata ada juga yang merayu dengan fisik, kedengarannya cukup menarik.
Tapi Kakek, hanya karena memancing langsung menjual cucu perempuan, pulang nanti tidak akan ditarik-ditarik jenggotnya?
Lu Li benar-benar tidak bisa mengatasi keributan, akhirnya mengeluarkan alat pemancing ikan bawah air cadangan untuk dijual, waktunya terbatas, paling lama dua jam lagi harus pergi, satu alat pemancing bawah air sudah cukup.
