"Makan pelan-pelan, jangan tersedak." Ekspresinya berubah-ubah, akhirnya berujung pada desahan. Perempuan itu duduk di tepi tempat tidur Lu Xin, sikapnya ternyata luar biasa ramah.
Sebenarnya Lu Li sudah lama menduga identitas orang yang datang.
Muncul di wilayah ini, dan bermarga Mei...
Lu Li tidak pernah berniat menghubungi keluarga gadis donor di saat seperti ini, secara emosi maupun logika.
Dalam keadaan berduka, mereka tidak butuh rasa terima kasihmu. Semakin Lu Li menunjukkan ketergesaan, semakin terkesan seperti mengutuk gadis donor agar cepat mati. Bisa saja orangtua donor tiba-tiba mengubah pendirian.
Berbeda dengan transplantasi organ lainnya, jantung harus diambil saat masih berdenyut, yaitu ketika otak sudah mati namun jantung masih berdetak. Hati yang seperti inilah yang bisa menjalani operasi transplantasi. Jika jantung sudah berhenti berdenyut, tidak mungkin lagi ditransplantasikan.
Dalam arti tertentu, orang yang jantungnya masih berdetak sebenarnya belum sepenuhnya mati.
Mengambil jantung dalam kondisi seperti ini sama saja dengan membunuh putri mereka sendiri. Karena itu, secara konseptual banyak keluarga pendonor organ yang belum bisa menerima donasi jantung.
Munculnya donor seperti ini membuat Lu Li tidak bisa berbuat apa-apa selain terus bersyukur.
"Saya ayah Mei Wu, ini ibunya. Kami baru tahu kalian datang." Pria paruh baya itu duduk di kursi, diam beberapa saat sebelum akhirnya berbicara.
"Terima kasih." Sebenarnya Lu Li ingin meminta maaf, tapi rasanya terlalu berlebihan.
“Dia baru 21 tahun.” Tuan Mei mengusap wajahnya, tak sungkan menangis di depan orang asing, “Aku selalu menganggapnya pemberontak, terus memintanya begini, begitu, ternyata dia memang baru 21 tahun……”
Terlihat ini curahan hati tulus, Lu Li pun tak bisa berkomentar, hanya mendengarkan dengan saksama.
“Tak menyangka hal seperti ini terjadi, merawatnya lebih dari 20 tahun, tiba-tiba lenyap begitu saja.” Tuan Mei tetap menjaga kewibawaan, nadanya tak terdengar menggerutu.
Nyonya Mei sedang mengupas apel untuk Lu Xin, lalu memotong-motongnya kecil-kecil dan menyuapinya.
Tangannya sangat anggun, menunjukkan garis keturunan terpelihara.
Lu Xin agak takut namun merasa tak enak, makan apel dengan ekspresi -_-|||. Penyakitnya belum mempengaruhi kesehatannya, pipinya merah merona seperti boneka porselen, sangat menggemaskan.
Lu Li tak paham maksud mereka, sambil menyimak ucapan Tuan Mei juga memperhatikan adiknya di sebelah.
Sejujurnya, saat Nyonya Mei mengambil pisau, seluruh sarafnya menegang, khawatir sang ibu yang terpukul ini melakukan hal yang tidak rasional.
Untungnya tidak, Nyonya Mei hanya mengupas apel, setelah selesai dengan mahir langsung meletakkan pisau.
"Konon di rumah kalian hanya tinggal kalian berdua saudara?" Tanya Tuan Mei tiba-tiba setelah berbincang beberapa saat.
"Ya, Ayah meninggal sejak kami masih kecil, lalu kami hidup bersama." Barulah Lu Li teringat, ia belum bertanya pada dokter tua berapa uang yang harus dibayarkan kepada keluarga donor - nyawa tak ternilai harganya, agak dipaksakan menyebutnya transaksi, tapi soal memberi kompensasi untuk donor organ memang belum ia pahami.
Sebenarnya donor organ tidak meminta bayaran, donor berbayar selalu melanggar hukum.
Seluruh biaya yang timbul berada di mata rantai rumah sakit.
“Tidak ada keluarga lain lagi?” Tuan Mei tampak terkejut. Saat Dokter Dong membujuk mereka untuk menyumbangkan organ, disebutkan bahwa ini adalah sepasang kakak adik yang kehilangan orang tua. Dulunya ia mengira pasangan kakak adik ini diadopsi oleh kerabat atau keluarga lain.
“Tidak.” Bahkan jika ada, sudah bertahun-tahun tidak ada hubungan. Lu Li bahkan tidak bisa mengingat apakah ada kerabat dari pihak orang tuanya.
Persoalan utang budi dan kekerabatan tidak bisa dipaksakan. Mungkin kerabat miskin itu memang tidak mampu mengadopsi mereka. Karena tidak pernah dipedulikan, tentu tidak ada kekecewaan. Kini pun sudah tidak mungkin lagi untuk menjalin hubungan.
“Kamu membesarkannya sejak kecil, padahal selisih usia kalian hanya beberapa tahun.” Sebenarnya Tuan Mei tidak punya tujuan khusus.
Mereka hanya ingin melihat seperti apa orang yang akan melanjutkan hidup dengan jantung putri mereka. Apakah secantik putri mereka? Apakah memiliki keluarga yang hangat? Mampukah membiayai operasi yang luar biasa besar ini? Semoga tidak mengecewakan jantung putri mereka.
Semua yang terlihat di hadapan mereka membuat pasangan suami istri ini tersentuh.
“Gadis kecil itu sangat cantik, menggemaskan, murni bagai malaikat kecil, setidaknya tidak akan mempermalukan putri mereka.”
“Hubungan kakak adik ini juga sangat harmonis. Dari gerakan-gerakan kecil dan ekspresi wajah terlihat jelas betapa dekatnya hubungan mereka.”
“Hanya saja tak disangka mereka sudah menjadi anak yatim sejak kecil.”
“Kakak sudah membesarkanku sejak kecil. Demi aku, dia rela melakukan apapun—pernah mengemis, jadi kuli. Sekarang dia main game sebagai pemain profesional, punya puluhan ribu anak buah!” kata Lu Xin dengan penuh kebanggaan.
Tak seorang pun boleh meragukan kakaknya. Di mata gadis kecil ini, sang Kakak adalah manusia paling hebat.
Saat guru bertanya di sekolah: “Siapa orang terhebat?” Ada yang jawab pemimpin negara, ada yang sebut ilmuwan. Hanya Lu Xin yang tegas: “Kakak! Orang yang paling kucintai, paling kukagumi… semuanya Kakak!”
“Bagus, sungguh luar biasa.” Tuan Mei menghela napas lega.
“Ada yang bisa kami bantu?” Lu Li tak kuasa menahan tanya.
Dia benar-benar tidak mengerti tujuan kedatangan kedua orang ini. Di saat seperti ini, seharusnya mereka menemani putri mereka, mengingat nyawanya bisa pergi kapan saja.
Pasangan Keluarga Mei saling memandang. Nyonya Mei mengusap mata sambil mengangguk, baru Tuan Mei berbicara: "Awalnya kami ingin melihat apakah kalian butuh bantuan. Jika kekurangan biaya, kami bisa meminjamkan. Jika tidak, kami datang untuk memberitahu persiapan operasi."
Nyonya Mei melanjutkan: "Kami berharap kalian baik-baik saja. Jangan sampai membuat hati putri kami..."
Lu Li mengerutkan kening, tapi dia bisa memahami perasaan orang tua yang kehilangan anak ini. Dengan tegas dia berkata: "Aku akan merawat adikku dengan baik. Sepanjang hidupnya tidak akan ada kesedihan menyentuhnya."
Dengan koordinasi dari keluarga donor, operasi segera dimulai.
Dua bulan setelah Lu Li terlahir kembali, Lu Xin didorong ke ruang operasi. Sebuah tim ahli yang dipimpin oleh dokter bedah jantung ternama global Helen Swarford bertanggung jawab atas medan gaya penyembuhan ini.
Setelah menunggu dengan cemas selama lebih dari satu jam, operasi berhasil diselesaikan dengan sukses.
"Operasi sangat sukses, tetapi pasien akan mengalami periode lemah. Saya secara pribadi menyarankan isolasi dan perawatan jangka panjang. Harap patuhi semua rencana terapi selanjutnya dengan ketat. Saya tidak ingin reputasi saya hancur." Kata Dr. Helen Swartfort yang terlihat kelelahan kepada keluarga pasien Lu Li.
Dokter tua yang mendampingi sepanjang proses juga terlihat sangat kelelahan di usianya yang sudah lanjut.
Kesimpulannya sejalan dengan ahli bedah utama. Dalam hal prosedur operasi, tidak mungkin ada keadaan yang lebih baik lagi.
Namun yang terpenting dalam transplantasi organ bukanlah operasinya. Pengamatan lanjutan, penolakan tubuh, semuanya membutuhkan biaya besar. Diharapkan Lu Li sudah mempersiapkan diri.
Dia juga menyarankan agar Lu Li tinggal di Jinling untuk sementara waktu, dengan perawatan lanjutan Lu Xin tetap diserahkan kepada ahli di sini.
