Lu Li memang agak "mencari mati". Area yang dipilihnya adalah peta level 40 - Tanaris.
Dalam "Fajar", Tanaris adalah lautan pasir tak berujung.
Di bawah langit tanpa awan, ini adalah area panas membara yang dipenuhi pasir hisap.
Legenda mengatakan sejak zaman purba, Sang Naga Waktu Nozdormu menjadikan tanah ini sebagai rumahnya, tumbuh subur sendirian di bawah terik suhu tinggi dan hamparan gurun yang luas.
Area luas Gurun Tanaris menyimpan banyak rahasia. Sebagian besar wilayah ini tak berpenghuni, namun dihuni makhluk-makhluk raksasa seperti Kodo, cacing pasir, dan para pejalan tinggi yang berkeliaran mencari makanan.
Berbicara tentang Kodo, Lu Li hampir lupa menjual satu dari dua ekor Kodo itu.
Tidak perlu membuang-buang sel otak untuk memikirkan kepada siapa harus menjualnya.
Elf Air adalah kandidat terbaik, juga tidak perlu membuang waktu bernegosiasi harga. Si Kaya sangat royal dalam hal ini - meski tak sampai menjadi orang yang ditipu, dia tak pernah merendahkan barang yang diminatinya.
Tidak perlu juga kembali untuk bertransaksi. Kota yang dituju teleportasi Lu Li ini bukan desa kecil, pasti memiliki surat dalam game semacam kotak surat.
Di sebelah kotak surat luar penginapan, dia langsung mengirimkan mount Kodo putih itu. Percaya Si Kaya akan memahami maksudnya, dan memberinya harga yang sangat memuaskan.
Mount di tahap ini masih barang langka, apalagi Kodo yang sangat sulit didapatkan pemain Alliance.
Oh ya, warnanya putih. Lu Li tidak sebodoh Minotaur tua yang mengira Kodo albino jadi tidak berharga. Barang putih murni sangat menarik perhatian makhluk betina.
Setelah mengirim barang, barulah Lu Li sempat mengamati kota tempatnya berada.
Gadgetzan adalah kota netral gurun di ujung selatan benua Kalimdor sebelah barat. Kota berteknologi tinggi yang didominasi kurcaci dan goblin ini merupakan kampung halaman banyak goblin.
Keberadaan kota besar seperti ini di tengah gurun pasir, sudah merupakan keajaiban tersendiri.
Bagian luar permukiman kecil ini hampir seperti tembok tembaga dan dinding besi, yang sangat terkenal adalah bengkel tukang besi untuk memproduksi dan memotong struktur logam serta banyak mesin berat. Tentu saja, ada juga pelatih teknik Goblin yang berpengetahuan luas di sini.
Berbagai mesin di Gadgetzan terus beroperasi tanpa henti, langit hampir selalu tertutup asap hitam yang dikeluarkan.
Di sini para penjelajah bisa melakukan sebagian besar persiapan yang mereka butuhkan, juga menghindari terik matahari dan bahaya lain di gurun. Karena ini kota netral, pemain dari Alliance dan Horde sama-sama datang ke sini. Di mana ada konflik, penjaga Goblin akan menyerang tanpa ampun para pengacau yang pertama kali memprovokasi kubu lawan.
Lu Li pernah tinggal lama di sini di kehidupan sebelumnya. Monster di gurun jarang tapi ganas, namun sangat kaya dan bisa menghasilkan banyak koin.
Konon kabarnya karena gurun ini dipenuhi reruntuhan dan hal-hal mistis.
Di bawah tanah terdapat jaringan terowongan raksasa yang sebagian besar masih belum dijelajahi, karena sangat sedikit orang yang memiliki kegigihan untuk menjelajahi wilayah sepanjang ini. Meski demikian, beredar rumor tentang berbagai monster prasejarah yang tersembunyi di terowongan, konon mereka akan tanpa ragu membunuh para penjajah.
Kodo, pejalan tinggi, singa, dan beberapa burung pemangsa raksasa umum ditemukan di sini. Anak naga dan sesekali naga dewasa terlihat terbang di atas gelombang panas yang melingkupi gurun besar - meskipun lautan pasir ini tampaknya tidak bisa memelihara keberagaman satwa liar.
Pilihan Lu Li sebenarnya mengandung masalah besar, atau bisa dibilang sangat stimulasi.
Karena peta ini tidak kekurangan makhluk terbang: Elang Botak, Phoenix Api, semuanya adalah burung pemangsa udara yang sangat agresif. Meski komunitas naga tidak mudah bertindak, tapi siapa yang bisa memastikan mereka tidak bersin?
Satu bersin saja bisa membunuhmu seketika, hal ini bukan tidak mungkin bagi BOSS naga dewasa.
Lu Li lepas landas dari Gadgetzan, pertempuran pertama tentu saja reruntuhan Dongyue.
Mungkin pernah ada sebuah "kota" kuno di sini, banyak penjelajah ingin menemukan harta karunnya, sebagian besar akhirnya ditelan perut cacing pasir.
Cacing pasir di sini level 40, memiliki skill Menelan.
Saat skill diaktifkan akan menghasilkan tarikan kuat, baik pemain, monster, maupun NPC langsung tersedot ke perutnya, menerima kerusakan per detik. Jika tidak mati, akan dimuntahkan setelah 15 detik.
Skill memiliki pendinginan dua menit. Jika tidak berhasil membunuhnya dalam dua menit, dia akan menelanmu lagi.
Hanya sedikit pemain berani menyusup ke wilayah ini, skill cacing pasir saja sudah memberikan tekanan psikologis besar.
Siapa pun tidak ingin mengalami sensasi tertelan itu, yang penakut langsung DC karena ketakutan. Jangan juga berpikir bahwa selama tidak mati akan dimuntahkan kembali, banyak orang menganggap tertelan bukan masalah besar, toh hanya kegelapan sesaat. Justru efek setelah dimuntahkan yang membuat orang tidak nafsu makan berhari-hari.
Tiba-tiba pandanganmu terang, kamu menyadari telah keluar, tapi seluruh tubuhmu berlumuran lendir...
Yang lebih menyebalkan adalah daya tahan peralatan yang terkuras sangat cepat. Setengah hari bertarung dengan Cacing Pasir, biaya perbaikan bisa mencapai belasan koin emas.
Lu Li bergerak dengan hati-hati, dia tidak ingin menjadi kotoran Cacing Pasir. Dengan level dan peralatan saat ini, mungkin bahkan kesempatan untuk dimuntahkan pun tidak ada.
Targetnya saat ini adalah beberapa Peti harta di Reruntuhan Bulan Timur.
Masih teringat jelas Peti Emas yang ditemui di kehidupan sebelumnya. Sayangnya sebagai Druid, dia hanya bisa mengelilingi peti itu berputar-putar, tanpa kemampuan untuk membukanya.
Akhirnya dari daftar teman, dia memanggil seorang Pencuri yang berhasil mengaktifkan sebuah peralatan emas.
"Anggur beras merah memerahkan pipi, harta menggerakkan hati. 'Teman' itu setelah membuka peralatan bersyukur ribuan kali, tapi tak sekalipun mempertimbangkan kemungkinan mengirimkan peralatan itu ke Lu Li..."
Sejak saat itu, dia menambahkan beberapa pemburu peti harta ke daftar teman. Setiap menemukan peti harta, dia jual koordinatnya sesuai tingkat kelangkaan.
Adapun teman itu tentu saja tak pernah lagi berhubungan sejak kejadian tersebut.
Saat ini pemburu peti harta yang bisa menjelajah sampai sini mungkin belum ada. Mereka toh tak tahu cara mengobservasi jejak cacing pasir di sepanjang rute perjalanan.
Pemain berpengalaman bisa menilai apakah suatu wilayah pernah dilalui cacing pasir hanya dari permukaan lapisan pasir. Bahkan berapa lama cacing pasir telah pergi dan posisi perkiraannya sekarang pun bisa ditebak.
Lu Li persis termasuk tipe pemain seperti ini.
Dia mampu menentukan persembunyian cacing pasir dengan presisi. Asal melangkah pelan-pelan, makhluk menjijikkan yang membuat orang tak bisa makan ini tak akan mendeteksinya.
"Peti harta emas, di mana kau berada..."
"，……" Bergumam dalam hati, Lu Li perlahan mendekati tembok batu reruntuhan yang telah terkikis angin selama tak terhitung tahun.
Dulunya ini adalah "kota", di mana bayangan bangunan hanya tersisa siluet kasar akibat terkikis pasir, dan dihuni kekuatan level 38 hingga 40 dari faksi Wasteland yang berkeliaran.
Konon faksi Wasteland merupakan lembaga kuno yang gemar mengeksplorasi berbagai reruntuhan.
Di Reruntuhan Dongyue ini terdapat tiga profesi mereka: Ahli Bertahan Hidup Wasteland (mirip prajurit tapi ahli jebakan), Pelacak Wasteland (pengguna busur-panah dengan skill Sinar Penerangan), dan Penyihir Gelap Wasteland yang bisa dianggap sebagai penyihir darah.
