Lu Li terus tidak ikut pertandingan. Hingga tiga hari setelah operasi adik perempuannya, ketika kondisi sudah sepenuhnya stabil, pagi itu dia diberi kabar boleh mengunjungi adiknya.
Berkat kesuksesan operasi, alat pacu jantungnya sudah dilepas.
Tentu saja, selang-selang dan peralatan terdeteksi masih bekerja, saat ini Lu Xin terlihat rapuh seperti kucing kecil.
Lu Li mengenakan baju pelindung, dengan hati-hati memberinya pelukan virtual melalui efek perisai isolasi, suaranya terdengar terdistorsi namun tetap jelas: "Xinxin sayang, dokter bilang kamu akan segera membaik."
Bibir Lu Xin bergerak-gerak, baru terdengar jelas ketika Lu Li mendekatkan telinganya.
"Kakak, kamu bisa nyaman bermain game, harus bisa menghasilkan uang dengan baik." Tidak ada kata-kata berlebihan, anak yang terbiasa hidup susah memang selalu realistis seperti ini.
Untuk mencegah infeksi, Lu Li segera mendapat permintaan untuk meninggalkan ruang isolasi.
Beberapa waktu lagi setelah kondisi Lu Xin benar-benar stabil, dia akan dipindahkan dari ruang isolasi khusus transplantasi jantung ke ruang transplantasi biasa. Sampai waktu pulang, selama sebulan ini tetap dalam isolasi relatif, termasuk persediaan makanannya harus melalui proses sterilisasi.
Jadi jika tidak mempertimbangkan perasaan pasien, sebenarnya menolak semua tamu adalah tindakan paling rasional.
Ketiga tuan tanah perempuan hanya mengunjungi Lu Xin melalui kaca.
Elf Air ingin datang menjenguk, setelah Lu Li menolak dengan halus tidak berhasil, akhirnya ditunda sampai satu bulan kemudian.
Artinya, satu bulan kemudian saat kondisi Lu Xin sudah pulih secara dasar, yang tersisa hanyalah terapi imun penolakan tahap lanjut dengan pemantauan konsentrasi obat imunosupresan, lalu pemeriksaan rutin setiap satu atau dua bulan.
Untuk memastikan segalanya sempurna, saat ini tiga perawat paling profesional di Jinling bertanggung jawab merawat Lu Xin dengan sistem bergiliran mengganti shift, ruang perawatannya dijaga 24 jam non-stop.
Setelah keluar dari rumah sakit, akan disewa seorang perawat 24 jam untuk pendampingan penuh.
Dia juga berencana menyewa rumah di dekat rumah sakit Jinling ini selama satu atau setengah tahun, sehingga jika ada masalah bisa langsung terselesaikan.
Tentu saja, berbagai biaya ini akan membuat orang biasa putus asa.
Rumah Sakit terletak di area orang kaya, Kota Jinling juga lebih sukses dibandingkan Kota Jiangnan. Sewa, kehidupan, dan biaya pengobatan semuanya berada di tingkatan yang lebih tinggi.
Dia mengambil helm game, mencolokkan sumber daya dan kabel jaringan di ruang tamu kecil di luar ruang perawatan isolasi, memutuskan untuk bermain game di sofa. Karena termasuk klien penting, pihak rumah sakit tidak melarang aktivitasnya.
"Benar-benar tidak bisa tanpa dirimu." Genhao San mengeluh melalui sambungan telepon, meski hanya sekadar meluapkan kekesalan.
"Hanya kalah dua pertandingan saja, kenapa Kamu takut? Performa Houzi cukup bagus, Mu Qiu juga tampil gemilang. Semuanya sedang berkembang ke arah yang baik." Setelah online, Lu Li melanjutkan leveling.
"Apa maksudmu 'hanya kalah dua pertandingan'? Jika kalah sekali lagi, kita bahkan tidak bisa masuk 8 besar." Genhao San mendengus ringan.
"Baiklah, nanti Aku yang turun. Masih ada setengah jam, kira-kira bisa naik ke level 35." Lu Li mengumpulkan belasan koin tembaga yang dijatuhkan monster, melirik batas pengalamannya.
Naik level kali ini benar-benar melelahkan.
Selain kebutuhan pengalaman yang terlalu besar, hal utama yang mempengaruhi adalah persoalan di dunia nyata.
Sekarang Hua Di Li Qing yang peringkat kedua sudah mencapai lebih dari setengah level 34, beberapa orang lain juga setara di level 34. Nama Xiao Mo yang belakangan muncul ini sekarang menempati posisi ke-12, pagi ini baru naik ke level 34.
Ketika level tidak ada kesenjangan, dan para atlet esports ini sudah melewati masa adaptasi game baru, Lu Li harus berusaha lebih keras lagi.
Tapi Genhao San tidak terlalu berharap pada partisipasinya: "Bagaimana kalau kamu terus istirahat dulu saja."
Itu kan pertandingan resmi, selisih tipis bisa berakibat fatal. Kesalahan apapun bisa menyebabkan kegagalan, menuntut atlet harus memusatkan perhatian sepenuhnya. Tapi status Lu Li sekarang masih terasa kurang.
"Kan kamu yang bilang tidak bisa tanpa aku." Lu Li menghela nafas pasrah.
"Kamu jadi cadangan saja." Genhao San juga frustasi, secara tidak sadar dia merasa seperti ini lebih memberikan rasa aman.
Pertandingan berikutnya ini terlalu penting bagi Pedang Penghakiman. Jika kalah, mereka akan terhenti di luar 8 besar.
Bahkan di turnamen skala menengah-kecil yang hanya diikuti sebagian serikat besar saja, mereka gagal masuk 8 besar.
Hasil seperti ini tidak bisa diterima oleh Genhao San.
"Baik, mungkin bisa memberikan efek kejutan." Lu Li juga tidak bisa menerima. Mengingat ucapan adik perempuannya yang lemah seperti boneka pagi tadi, ia memutuskan untuk terus berusaha.
"Pertandingan tinggal satu jam lagi, bersiaplah." Beban berat di hati Genhao San terangkat, membuatnya lebih lega.
Ternyata yang hilang dari pertandingan adalah Lu Li. Baik penonton maupun orang dalam mereka, memang benar tanpa Lu Li segalanya tidak mungkin. Keberadaan Lu Li seolah membuat semua masalah sirna.
"Oh iya, lawan siapa kita kali ini?" tanya Lu Li.
Aspek paling kontroversial Piala Magis adalah sistem undian lawan mereka. Orang yang beruntung bahkan bisa menghindari tim kuat dari awal sampai akhir.
“Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir, kekuatan mereka sekarang cukup kuat, jangan sekali-kali meremehkan.” Genhao San mengingatkan dengan rasa khawatir.
Di kalangan game ada dua veteran yang paling mudah diremehkan: Pertama adalah Mo Wangfeng dari Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir, orang ini licik seperti rubah. Selain dijuluki Gadis Feng, ada juga yang menyebutnya rubah tua. Kemampuannya memimpin serikat yang mayoritas berisi pemain paruh baya santai sampai sejauh ini, tingkat kelicikannya bisa dibayangkan.
Lalu ada Sangat Takut Seperti Kayu dari Twilight of the Gods, orang ini tidak pernah tahu arti menyerah, keteguhan hatinya bisa dibilang tertinggi.
Sebenarnya Pedang Penghakiman pernah bertarung dengan Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir sebelumnya. Saat itu Lu Li tidak bermain, tapi rubah tua Mo Wangfeng yang biasa menghitung strategi lawan tidak berpikir demikian. Dengan tegas dia yakin Lu Li duduk di bangku cadangan sambil menunggu kesempatan menyerangnya, akibatnya taktik bermainnya menjadi sangat hati-hati dan defensif. Hasilnya bisa ditebak, Moonlight dan kawan-kawan menang tanpa alasan jelas.
Pada momen ini, kita bertemu lagi di arena pertandingan.
Mo Wangfeng tertawa terbahak-bahak setelah mendapatkan hasil undian.
Rekan satu tim di sebelahnya bertanya mengapa dia tertawa, dengan senyum licik ia berkata: "Mengingat reputasiku yang tak ternoda, terakhir kali aku malah tertipu oleh mereka. Kali ini pasti akan kuhajar mereka sampai babak belur."
"Tapi kita tidak bisa menentukan apakah Lu Li akan turun atau tidak," anak buah di sampingnya berkedip-kedip bingung.
Mo Wangfeng mengelus kepala anak buahnya sambil tersenyum: "Apa yang perlu ditakuti dari Lu Li? Menurutku ini bukan lagi tentang melatih anggota baru. Tidak masuk akal melatih anggota baru dengan terus-menerus kalah. Pasti ada sesuatu yang membuat Lu Li tidak bisa turun - mungkin sedang melakukan tugas kontinu yang menyita waktu, atau ada masalah di dunia nyata."
"Tapi bos," anak buah memandang Dewa Sihir dengan penuh kekaguman, semakin bingung: "Lu Li baru saja naik level."
“Upgrade？” Mo Wangfeng membuka Peringkat Level, dan benar melihat Lu Li kembali unggul sendirian mencapai level tiga puluh lima, sementara semua orang lain tertindak di bawahnya.
“Apa dia sedang melakukan tugas? Pengalaman yang diberikan cukup banyak.” tanya anak buah.
“Benar, pasti sedang tugas.” Mo Wangfeng menghalau kabut gelap yang mengganggu pikirannya, berkata dengan garang: “Hari ini aku akan menguliti monyet mati itu, berani main Penyihir di hadapanku, benar-benar tidak tahu hidup mati.”
