Di depan ada Lu Li yang berkeliaran dan selalu siap bergerak, di belakang ada healer yang dikeroyok. Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir akhirnya harus menerima kekalahan dalam pertandingan ini dengan penuh kekecewaan.
Saat Fat Monkey tewas, semua orang mengira Ordo Pedang Penghakiman kehilangan penyihir utama mereka dan pasti akan kalah. Siapa sangka yang muncul justru Lu Li yang sebelumnya tak terlihat.
Meski semua terkejut dengan kehadiran Lu Li, tak ada yang menyangka dia bisa dengan mudah mengalahkan Mo Wangfeng.
Baru setelah dia membunuh penyihir lawan, banyak yang tersadar mengapa tadi dia terus-menerus berlari kencang.
Setelah penyihir terbunuh, Lu Li kembali menghadapi situasi 1 lawan 2. Semua mengira dia akan kabur menggunakan Langkah Angin, lalu mengumpulkan sebagian besar anggota untuk menang dengan keunggulan jumlah 5:4.
Tak disangka dia justru tidak kabur, malah bertarung sebentar dengan gaya seolah nyata sekaligus palsu.
Waktu sejenak ini, cukup bagi anggota Serikat Pedang Penghakiman untuk membuka medan pertempuran lain dari sisi berbeda. Setelah direnungkan, hasil seperti ini memang terasa wajar saja.
Mo Wangfeng dengan wajah lesu memimpin timnya meninggalkan tempat lebih awal, menyerah sebelum mini BOSS di markas mereka terbunuh.
Sebenarnya dia sadar strateginya tak sebanding dengan Lu Li. Dalam pertandingan kecil ini, Lu Li telah menunjukkan begitu banyak hal kepada penonton.
Orang awam akan berkata "seandainya penyihir pengganti berjalan lebih cepat", atau "penyembuh bisa mengikuti sebagian besar tim", mungkin ada yang mengeluh Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir tidak tahu mengatur grup...
Hanya orang yang benar-benar ahli yang bisa memahami makna lebih tersirat yang ditampilkan dalam permainan ini.
"Selamat kepada Serikat Pedang Penghakiman yang lolos ke 8 besar Piala Magis." Di angkasa arena pertandingan, kembang api beterbangan membentuk tulisan besar berwarna keemasan, menandakan akhirnya mereka memasuki babak perempat final.
Piala Magis memang turnamen yang lambat, babak 16 besar ke 8 besar saja memakan waktu berhari-hari.
Setelah Lu Li dan beberapa orang berkumpul, mereka tidak langsung mundur. Mereka merobohkan sisa empat menara panah sepanjang jalan, lalu mulai melawan mini BOSS itu.
Sebenarnya banyak yang memilih peta ini tidak akan mudah menyerah, toh kemenangan baru tercapai setelah membunuh mini BOSS.
Dalam proses melawan mini BOSS, mungkin saja muncul kesempatan yang bisa dimanfaatkan.
Hanya saja Mo Wangfeng sama sekali tidak sudi mengandalkan kekuatan mini BOSS, dan dia juga yakin Lu Li tidak akan tak berdaya. Saat rasio jumlah pemain menjadi 5:3 ditambah kehilangan healer, dia langsung memutuskan untuk menyerah.
Mini BOSS ini tingkat kesulitannya tidak tinggi. Dengan lima orang menyerang, selama tidak ada faktor gangguan lain, mengalahkannya hanya soal waktu.
Alasan Lu Li tetap melawan karena mini BOSS ini memberikan EXP yang cukup melimpah.
Ini bisa disebut sebagai "buah zakar" tersembunyi di peta. Tentu saja tidak akan ada peralatan bagus, Piala Magis belum punya pengaruh sebesar itu sampai perusahaan game memberikan hadiah semacam itu.
Mini BOSS hanya bertahan satu menit lebih sebelum tumbang. Batas pengalaman Lu Li bergetar halus, sulit dilihat apakah benar-benar bergerak.
"Lu Li, bisakah menerima wawancara?" Saat masuk sebagai pengganti tidak ada permintaan, tapi saat keluar harus mengikuti pasukan besar termasuk Fat Monkey yang dikeluarkan pertama.
Mereka berjalan di saluran penghormatan. Langsung ada yang mendekat meminta wawancara.
Kabar mereka cukup cepat, sudah tahu Lu Li absen beberapa pertandingan lalu kembali dengan performa yang tetap mempertahankan reputasinya sebagai buku panduan dan maestro strategi.
"Tanyakan saja." Lu Li berhenti, memberi muka pada wartawan.
Wartawan yang bisa masuk saluran atlet esports pasti punya latar belakang kuat, minimal dari majalah digital dengan langganan di atas tiga ratus ribu.
"Saya wartawan《Game Kingdom》, bisakah jelaskan mengapa Anda absen beberapa pertandingan?" Wartawan ini juga berwujud pemain - penyihir wanita manusia yang cukup cantik.
“Maaf, urusan pribadi.” Lu Li sama sekali tidak ragu meskipun lawannya seorang wanita cantik.
Wartawan cantik itu tercekat sejenak, lalu cepat pulih: "Ada yang berpendapat alasan ketidakhadiranmu adalah untuk melatih anggota baru, bagaimana tanggapan Anda?"
“Bukan.” Lu Li mengerutkan kening, mengapa pertanyaan ini masih muncul.
Tentu saja dia tidak bisa mengungkapkan alasan sebenarnya tidak turun lapangan, tapi berbohong tentang hal ini juga bertentangan dengan prinsipnya.
“Bagaimana pendapat Anda tentang performa rekan tim baru? Pedang Penghakiman sudah kalah dua kali di Piala Magis. Jika hari ini Anda tidak menyelamatkan situasi, perkiraan saya juga akan berakhir kekalahan.” Wartawan cantik yang dua kali ditolak ini mulai emosi, pertanyaannya semakin menusuk.
“Tidak.” Lu Li menggelengkan kepala dengan khidmat: “Karena skenario ketidakhadiran saya tidak terjadi, maka menang-kalah menjadi persoalan lain. Yang ingin saya tekankan adalah, saya sangat puas dengan beberapa rekan tim baru yang memiliki karakteristik unik dan bekerja keras. Pedang Penghakiman membutuhkan usaha mereka.”
“Hah, media umumnya berpendapat Fat Monkey telah mengacaukan irama Pedang Penghakiman. Tanpa dia, mungkin kalian tidak akan kalah dalam dua pertandingan ini.” Wartawan melanjutkan.
Jawaban Lu Li agak mengejutkan.
Semua orang menganggap taktik melawan Fat Monkey bermasalah, dan berhipotesis bahwa Lu Li mungkin telah berkali-kali menegurnya di belakang layar. Tak disangka dia justru terbuka menyatakan apresiasi terhadap taktik rekan setimnya - padahal "satu set" gerakan Fat Monkey itu nyaris tidak layak disebut taktik.
“Setiap orang berhak untuk tumbuh.” Lu Li tidak memberikan konfirmasi.
“Lalu bagaimana dengan Mu Qiu? Kabarnya dia menandatangani kontrak 1,8 juta dengan Pedang Penghakiman. Apa pendapat Anda?” tanya wartawan.
“Nilai melebihi harga.” Itulah penilaian yang diberikan Lu Li.
Sangat ringkas, namun mendapat pujian seperti ini membuat Mu Qiu benar-benar tersentuh.
Awalnya dia berada di jalan buntu, hanya ingin menjual diri seharga satu juta asal bisa tampil. Tak disangka Lu Li tidak hanya menaikkan nilai pasarnya, tapi juga sangat mementingkannya.
“Lalu, menurut Anda hasil apa yang akan diraih Pedang Penghakiman di Piala Magis kali ini?”
“Gelar juara.”
Lu Li menjawab tanpa ragu.
“Tim kalian sudah kalah dua poin, mustahil bisa juara!” Wartawan cantik itu tampak frustasi, ia sangat mencurigai Lu Li sedang mengabaikan pertanyaannya.
“Tapi hati kami akan terus mengudara menuju gelar juara.” Lu Li lupa siapa yang pernah mengatakan kalimat ini, tapi merasa sangat cocok dengan situasi saat ini.
“Baiklah.” Wartawan itu merasa wawancara kali ini sia-sia. Ia malas menanyakan pertanyaan seputar pertandingan dan tim, lalu beralih ke topik yang diminatinya: “Banyak indikasi menunjukkan hubungan spesial antara Anda dengan Elf Air, dari kapan mulai menjalin hubungan?”
Saat bertanya hal formal, wartawan ini terlihat terlalu biasa. Tapi ketika membahas gosip, kemampuannya berbahasa justru menunjukkan keahlian yang luar biasa.
Dia tidak bertanya apa hubungan Lu Li dengan Elf Air, juga tidak menanyakan apakah Lu Li pernah berkencan dengan Elf Air, langsung menanyakan sejak kapan mulai berkencan. Jika hal ini benar, mungkin Lu Li akan menyebutkan waktu sesuai pertanyaannya.
"Kami tidak berkencan..." Lu Li merasa kata "berkencan" ini benar-benar merinding, itu kan permainan orang-orang di dunia hiburan.
Bukannya cuma mencari calon pasangan saja ╭（╯^╰）╮.
"Lalu apakah Anda membenci Elf Air? Dia kan figur dalam Daftar Kecantikan." Sepertinya wartawati ini lebih berharap ada sesuatu di antara mereka daripada pihak terkait.
"Tidak membenci." Lu Li menjawab jujur.
"Oke, saya paham, terima kasih atas kerjasamanya." Setelah berkata demikian, dia memberi jalan untuk Lu Li dan kawan-kawan pergi.
Apa yang sebenarnya kamu pahami? Lu Li memandang ekspresinya yang penuh makna tersembunyi, sangat ingin mengomel.
