Lu Li tentu tidak benar-benar ingin memukulnya. Dengan Kecepatan Gerak dan teknik pergerakannya, menangkap si penipu kecil ini semudah membalikkan telapak tangan.
"Sudah, jangan main-main lagi, tidak pantas." Piao Ling bersuara dengan malas.
Mungkin alasan sebenarnya adalah dia ingin tidur. Belakangan ini levelnya meningkat cukup baik, sudah mencapai level 34 setengah, lebih tinggi dari Xiao Ba Jiang dan Can Meng. Jadi wajar jika dia mulai malas lagi.
Setiap hari tidur di luar game, tidur juga di dalam game. Bahkan suka mencari tempat-tempat dengan pemandangan indah untuk tidur.
Tapi, meski tidur terus-menerus masih bisa mempertahankan levelnya tidak ketinggalan. Harus diakui orang ini memang punya keunikan tersendiri. Setelah dia berbicara, Lu Li memanfaatkan kesempatan untuk berbesar hati "memaafkan" Can Meng si Pemburu kecil.
"Tapi... ini benar-benar Buku Ur lho." Can Meng berkata dengan frustasi.
"Sudah, jangan main-main. Cepat bagi peralatan. Besok kita harus bertanding, cepat log out dan istirahat." Waktu memang sudah larut, Lu Li juga berencana keluar game untuk menjenguk adik perempuannya.
"Kalian……" Can Meng menghentakkan kaki marah, Ia menyemburkan atribut peralatan dengan wajah cemberut.
Buku Ur (Emas): Semua Sifat +15, CRIT+10%, Efek 1: Memanggil Serigala Besar, bertahan lima menit, Waktu Tunggu 24 jam. Efek 2: Transformasi Manusia Serigala, Instan, berubah menjadi serigala besar selama sepuluh detik, Waktu Tunggu 24 jam. Membutuhkan Level 35, Daya Tahan 120/120.
Dua baris tulisan kecil di bawahnya.
Baris pertama tertulis: Kami semua adalah kehidupan nyata, tidak ada prinsip yang bisa diabaikan.
Baris kedua tertulis: Bisa di-upgrade (1/3), Jumlah pembunuhan (monster setara level pengguna 0/50.000).
Lu Li menatap bodoh ke peralatan di tangan Can Meng. Ia tak menyadari betapa konyolnya ekspresinya saat ini. Setelah berulang kali kecewa, tiba-tiba melihat peralatan yang selalu dirindukannya, perasaan ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Jujur saja, nilai peralatan ini jauh kalah dengan Cincin Supreme miliknya, bagaikan dua hal yang sama sekali berbeda tingkatan.
Bahkan Achilles pun tidak bisa menandinginya. Sebagai senjata, Achilles memiliki sifat-sifat legendaris, sementara Buku Ur yang ada di dalam tas hanya bisa dianggap sebagai barang spesialisasi niche.
Memanggil serigala besar selama lima menit tidak memiliki makna besar bagi pemain biasa.
Meski kekuatan meledak saat berubah menjadi serigala besar, durasinya hanya sepuluh detik. Apa yang bisa dilakukan dalam waktu sesingkat itu? Sebagian besar pemain pasti bingung memanfaatkannya.
Untuk bonus Semua Sifat +15, pemain lebih memilih properti bernilai seperti Kelincahan+20 atau sejenisnya.
Hanya atribut CRIT+10% ini yang menyelamatkannya dari kategorisasi sebagai peralatan sampah.
"Ahem... Meng Meng, ini lima puluh koin emas, untuk membeli permen." Lu Li akhirnya sadar diri. Dengan membungkuk, ia meraba kepala Pemburu Kecil sambil berusaha memuji.
"Hmph! Nggak mau!" Can Meng merasa sangat tersinggung. Rasa sakit hatinya justru bertambah setelah dirayu seperti itu.
“Hah, itu... Bagaimana kalau Kakak kasih lebih? Kakak cuma punya 150 emas, semua untukmu. Jangan marah lagi ya.” Sebenarnya 150 emas jumlah yang cukup besar. Bagi pemain profesional normal seperti Lu Li di kehidupan sebelumnya, pendapatan 150 emas sebulan sudah bisa dibelikan hidangan daging untuk merayakan.
Utamanya karena status Buku Ur terlalu tinggi di hati Lu Li, sehingga dia asal saja menyuap pahlawan yang mengeluarkan peralatan dengan 150 emas.
Ini bukan Pembunuhan Pertama, meskipun tingkat kesulitan mimpi buruk, probabilitas munculnya Buku Ur menurut Lu Li tetap tidak melebihi 1/100,000. Di kehidupan sebelumnya pun dia jarang mendengar tentang Buku Ur.
Satu-satunya kali turun ke dungeon Kastil Bayangan Taring dan melihat langsung Buku Ur, malah di-"jahat"i oleh pemimpin tim.
Tangan kecil Can Meng memang benar-benar "merah". Banyak barang bagus di pasukan mereka berasal dari gadis ini yang mengeluarkannya.
"Harus tetap sombong marah, atau menerima 'uang banyak' ini?" Pemburu kecil yang terobsesi dengan hewan peliharaan itu ragu selama 3 detik, lalu membuang semua prinsipnya: "Kak Lu Li, lain kali jangan marahin aku lagi ya."
"Mana berani. Kedepannya akan lebih sayang sama si Tangan Merah kita." Cara menenangkan anak-anak ala Lu Li ini terkesan terlalu manis.
Buku Ur tidak terlalu berguna bagi yang lain, mengingat tak ada satupun anggota tim yang suka petualangan solo. Bahkan Xiao Ba Jiang sang ahli misi pun tidak terlalu tertarik.
Dengan hati lega, Lu Li membagikan peralatan itu untuk diri mereka sendiri.
Proses upgrade Buku Ur lebih mudah daripada Acheus. Tak perlu membunuh elite monster maupun undead, bahkan jumlah monster yang harus dibunuh dipotong setengah.
Diperkirakan dalam 10-20 hari ke depan, Lu Li kemungkinan besar bisa menyelesaikan upgrade ini.
Upgrade peralatan emas akan menjadi Emas Gelap. Jika di-upgrade lagi, akan berubah menjadi peralatan legenda. Saat ini hanya soal waktu sebelum semuanya terwujud.
Ekspedisi ke Kastil Bayangan Taring kali ini berakhir dengan sempurna, satu-satunya penyesalan adalah Borgol Rakus yang masih belum berhasil diperoleh, hanya bisa berharap bahwa Genhao San dan Shen Wansan bisa mendapatkannya di pasar.
Setelah logout, Lu Li tetap menjaga adik perempuannya.
Hanya terpisah selembar kaca satu arah, sekadar mengawasi dengan tenang pun telah membuat jiwanya kembali tenang.
Biasanya di waktu seperti ini dia sudah makan dan tidur, tapi beberapa hari terakhir jarang bisa tidur nyenyak, hanya mengandalkan status tidur ringan saat bermain game untuk memulihkan energi.
"Apa yang kamu lihat?" Salah satu tuan tanah perempuan Yang Liu duduk di sebelah Lu Li.
"Xinxin tidur dengan tenang, ini menunjukkan pemulihannya berjalan baik, kan? Alisnya sama sekali tidak berkerut." Begitu penjelasan dokter padanya, bahwa pasien dalam masa adaptasi jika merasa baik akan lebih menguntungkan untuk terapi tahap lanjut.
Tingkat kecocokan cukup tinggi, ditambah ahli bedah terbaik global yang berhasil ditemukan.
Menurut penilaian tim ahli, ini adalah operasi paling sukses dalam beberapa tahun terakhir. Jika saja keluarga pasien tidak terlalu berhati-hati, sekarang sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Biaya ruang perawatan isolasi tidak murah. Entah dari mana kakak adik miskin dari keluarga kurang mampu ini mendapatkan uang sebanyak itu.
"Benar." Yang Liu mengangguk lalu menggelengkan kepala, "Lebih baik kamu istirahat. Aku yang akan berjaga di sini. Ada perawat yang bertugas, bahkan jika perawatnya lengah, masih ada aku yang mengawasi."
Ruang perawatan dijaga 24 jam non-stop. Sekalipun petugas jaga bermasalah, masih ada tiga tuan tanah perempuan yang berjaga bergiliran di luar.
Tapi Lu Li tetap tidak bisa merasa nyaman. Setiap kali keluar dari game, dia selalu berjaga seperti ini.
Saat bermain game, pemain berada dalam status tidur ringan yang secara teori memang bisa menggantikan sebagian waktu tidur. Tapi Lu Li bukan pemain biasa - dia atlet esports, dirigen dungeon, sekaligus damage dealer utama.
Dia mengeluarkan energi jauh lebih banyak daripada pemain biasa saat bermain game.
“Aku merasa lebih tenang duduk di sini mengawasi, tidur pun tak bisa.” Lu Li menggelengkan kepala.
Yang Liu benar-benar tak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, akhirnya menelepon untuk mengirim makanan bernutrisi tinggi. Lu Li yang sadar perlu menjaga kesehatan raga pun tak menolak penjadwalan ini.
Di dunia nyata, Genhao San datang dari Kota Jiangnan. Tanpa memasuki ruang perawatan, ia hanya berdiri memandang Lu Xin dari balik dinding kaca.
Gadis lincah dalam ingatannya kini terbaring rapuh di ranjang rumah sakit. Ia semakin memahami Lu Li, berkesedihan: "Besok kalau tak ingin bertarung, tak perlu dipaksakan."
Setelah tiba di sini, barulah ia tahu Lu Li sama sekali tak beristirahat dengan baik, tekanan psikologisnya pun sangat besar.
"Tak apa, kamu harus percaya padaku." Senyum tenang Lu Li tak pernah lepas dari sorot mata yang menembus dinding kaca satu arah ke arah sang adik.
"Aku juga tidak bisa menasihatimu apa-apa, hanya berharap kamu banyak istirahat. Jangan sampai Xinxin sudah sembuh, malah kamu yang kelelahan dan tumbang." Genhao San menepuk bahu Lu Li: "Aku sudah sadar, menang atau kalah pertandingan sebenarnya tidak penting, yang utama adalah bagaimana ke depannya..."
Kalimat ini tidak hanya untuk menenangkan dirinya sendiri, tapi juga meringankan tekanan Lu Li.
"Kita akan menang." Lu Li menyapu pandangannya padanya, suara lembut namun penuh ketegasan.
