Peta kali ini sangat aneh, pertama kali muncul di Piala Magis edisi ini.
Harus dikatakan ini adalah peta paling kontroversial dalam berbagai pertandingan Fajar, karena terdiri dari lima sub-peta, dimana lima pemain dari kedua tim masing-masing memasuki peta mini.
Hal ini menciptakan situasi 1 lawan 1.
Bagian yang paling dikritik adalah di sini, karena siapa pun tidak tahu lawan mereka siapa, secara alami tidak bisa menyusun strategi perang.
Jika kurang beruntung, sangat mudah menemui profesi yang mengcounter diri sendiri.
Bisakah lebih parah lagi?
Tentu saja, contohnya tim dengan dua healer. Formasi dual healer lima orang tidak jarang, formasi ini memiliki daya tahan kuat yang biasa digunakan untuk mengalahkan tim dengan healer tunggal.
Begitu masuk ke peta seperti ini, profesi penyembuh langsung menjadi beban pasukan.
Bahkan damage dealer sekadar, selama berhadapan dengan healer, seharusnya tidak ada tekanan.
Lawan Pedang Penghakiman kali ini adalah Penjaga Biru Murni. Jubu Tanhan membawa lima atlet baru berpartisipasi di edisi ini.
Serikat-serikat besar sejenis umumnya mengambil cara melatih anggota baru seperti ini. Mereka tidak tertarik dengan bonus kecil Piala Magis, tapi ikut kompetisi juga tidak merugikan. Jadilah kompetisi tidak penting semacam ini menjadi ajang latihan anggota baru.
Kenyataannya banyak anggota baru pernah melewati tahap ini, tidak sedikit juga yang langsung membuat kejutan di kompetisi kecil.
Misalnya Qingcheng Yun dari Paviliun Hujan Ringan, mantan Ibu Kota Kejayaan yang sekarang diambil alih Legiun Angin Kencang, serta Windwhisper - mereka semua membuktikan diri melalui pertandingan-pertandingan kecil.
"Sialan, kenapa peta seperti ini." Jubu Tanhan tak kuasa mengumpat.
Membawa lima anggota baru masuk 8 besar sudah menunjukkan kepemimpinannya, sayangnya kali ini kurang beruntung karena lawan menyedot Pedang Penghakiman.
Suasana hatinya sangat buruk. Dulu pasukan inti saja kalah melawan Lu Li dan kawan-kawan, apalagi sekarang cuma anggota baru pemula, harapan menang semakin tipis.
Sekarang bertambah parah, malah dapat peta seperti ini.
Kelemahan anggota baru tidak hanya di teknis, tapi juga ketahanan mental - pasti akan kerepotan menghadapi jagoan terkenal.
"Kak Jubu, aku melihat Moonlight, hu hu hu..." Seorang anggota tersedu-sedu dalam keputusasaan. Sebagai penyihir gelap seharusnya ia tidak takut prajurit, tapi semua orang tahu Moonlight sulit dilawan.
Moonlight adalah figur nomor dua di Pedang Penghakiman. Pemain biasa mungkin tidak tahu, tapi di lingkar profesi siapa yang tidak mengenalnya sebagai dewa game zaman purba.
Julukan Xuegui mungkin tidak sampai membuat anak kecil menangis di malam hari, tapi setidaknya tidak ada pemain profesional berani klaim bisa mengalahkannya secara mutlak, bahkan level sekelas Xiao Mo pun tak punya kepastian.
Lu Li dan Moonlight kadang sparing. Meski Lu Li lebih sering menang, kemenangan itu selalu diraih dengan kesulitan luar biasa.
Pendatang baru di arena yang harus berhadapan dengan dewa game purba seperti Moonlight, jika sampai mengalami Bayangan psikologis dalam pertandingan, bisa-bisa karirnya hancur total.
"Latihan kalian selama ini buat apa?!" Jubu Tanhan membentak keras di saluran obrolan tim mereka, "Tak perlu takut! Paling-paling kalah. Ingat, kalian atlet esports! Lambat laun pasti akan bertemu dewa game macam ini. Dewa game pun dulunya pemula. Kumpulkan semangat! Penjaga Biru Murni tak pernah punya atlet pengecut!"
Gelar 'atlet esports' memang beban berat. Akhirnya penyihir baru itu bisa kembali tenang.
Jubu Tanhan sendiri tidak bisa tenang. Dia sudah melihat lawan yang mendekat ke arah mereka. Meski sama-sama pencuri, lawan ini tidak menyamar, malah berjalan dengan sikap percaya diri.
"Kakak Jubu, ayo bermain." Pandangan Lu Li tidak fokus, tapi dia sudah memperhitungkan kecepatan gerak lawan—seharusnya sudah di sekitar sini.
Jubu Tanhan bingung, tetap diam.
"Aku tahu lawanku adalahmu. Kita sama-sama pencuri. Peta ini cukup luas, lebih baik kita tidak menyamar dan selesaikan cepat. Anak buahmu sedang menunggu hiburan darimu." Lu Li tersenyum.
"Hmph! Mereka belum tentu kalah. Setidaknya Pastormu dan Shamans kalian sulit menang." Jubu Tanhan membantah dengan kesal.
Hujan Maret adalah Pastor yang fokus pada penyembuhan. Kemampuan bertarungnya biasa saja. Kecuali menghadapi sesama healer, damage dealer profesional mana pun dengan level atlet esports bisa mengalahkannya.
"Dan Luo Ying Hui Yi, perannya lebih condong ke arah meningkatkan kemampuan bertarung seluruh tim. Jika bertarung solo, probabilitas kalahnya juga cukup besar."
"Bahkan jika kalian menang dua pertarungan, di sisi kami Fat Monkey dan Moonlight setidaknya sudah pasti menang." Lu Li tidak membantah, terus membujuk dengan sabar: "Hasil pertarungan kita berdua akan menentukan kemenangan hari ini. Apa kamu takut kalah?"
"Hmph, Lu Li, dari mana keyakinanmu itu?" Jubu Tanhan membalas cibiran.
Saat melakukan percobaan pembunuhan terhadap Xiao Mo dulu, mereka pernah bekerja sama singkat. Pada saat itu, Lu Li memang membuat Jubu Tanhan sangat kagum. Namun kekaguman tidak sama dengan menyerah. Apalagi Jubu Tanhan yakin dirinya tidak menyia-nyiakan waktu selama ini.
Namun setelah mendengar perkataan Lu Li, akhirnya dia keluar dari penyamaran. Dengan jarak tiga puluh yard dari Lu Li, jarak ini cukup baginya untuk melakukan respons apapun.
“Nah, begitu baru benar. Kamu juga pencuri kelas atas, seharusnya tidak takut dengan tantangan seperti ini.” Lu Li tersenyum lebar.
Jubu Tanhan juga sudah lama berkecimpung di dunia ini, terkenal selama bertahun-tahun. Kemampuannya sangat tinggi dengan gaya bermain yang stabil, inilah alasan dia sering dikirim untuk membina anggota baru.
Sehari-hari, lawan utamanya adalah Mo Wangfeng. Hampir di setiap game mereka selalu saling bunuh dengan sengit.
Setelah permainan "Fajar" dimulai, mereka berdua semakin sering membuka ruang di arena pertarungan. Kalangan game berbisik bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang terus saling mencintai dan membunuh, padahal dalam hati mereka sangat memperhatikan satu sama lain...
Tentu, ini hanya imajinasi para Fujoshi (penggemar BL) belaka.
Jubu Tanhan dan Mo Wangfeng memiliki catatan kemenangan dan kekalahan yang seimbang. Tentu dia tidak akan tunjukkan kelemahan di hadapan Lu Li.
Sebenarnya, dia sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya telah tertipu.
Kondisi Lu Li saat ini tidak dalam performa terbaik, sulit dibandingkan dengan masa kejayaannya. Dalam duel internal antar Pencuri yang sangat menguji Kehendak seperti ini, dia sama sekali tidak yakin bisa menarik Jubu Tanhan - sesama Pencuri garis depan - keluar dari status penyamaran.
Pastor Xingchen Yinhuui yang satu klub dengan Jubu Tanhan memiliki kalung legendaris yang sangat efektif menangkap Pencuri. Bisa jadi item itu sedang dipakai anggota ini sekarang.
Di antara Pencuri, kehilangan inisiatif serangan berulang kali jelas menghilangkan harapan akan kemenangan.
Bahkan Lu Li mulai merasakan kemungkinan kekalahan, kecuali Jubu Tanhan melakukan kesalahan selama pertempuran.
Maka dengan sikap percaya diri dia justru tidak menyamar, langsung menghampiri untuk menantang duel. Dalam hatinya, rencana provokasi ini sudah dihitung matang.
Jika kelas profesi lain yang meminta Jubu Tanhan bertarung frontal tanpa penyamaran, pasti akan ditertawakan. Tapi karena Lu Li juga Pencuri, cara bertarung tanpa menyamar ini memiliki dasar yang adil.
"Dan Lu Li dijuluki sebagai 'Pencuri Nomor Satu Fajar'..."
Blood Dagger tidak menerima, Jubu Tanhan tentu juga tidak mau mengakui!
"Dalam seni tak ada yang pertama, dalam bela diri tak ada yang kedua" - kita semua yang berkecimpung di dunia ini, atas dasar apa orang tak jelas asal-usul ini bisa disebut Pencuri Nomor Satu?
"Katakan mau bertarung seperti apa." Jubu Tanhan dipenuhi semangat bertempur.
"Jangan gunakan skill penyamaran maupun kabur, lihat pergerakan dan Tingkat Penyelesaian Skill. Sekadar info, Tingkat Penyelesaian Skillku terkenal tinggi lho." Nada bicara Lu Li penuh kesombongan.
Sudah sampai di tahap ini, Jubu Tanhan tentu tidak mau menunjukkan kelemahan. Maka duel internal antar Pencuri yang cukup unik ini pun disepakati.
