Setelah menyingkirkan Penjaga Biru Murni, Lu Li tidak pergi leveling.
Pada pertandingan terakhir kali melawan Mo Wangfeng, strategi yang digunakan adalah merebut selisih waktu. Merencanakan strategi lalu menjalankannya sebenarnya tidak menghabiskan banyak energi. Tapi kali ini berbeda, pertarungannya dengan Jubu Tanhan hanya berlangsung satu dua menit, namun kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Sekarang bahkan ada dorongan untuk langsung terjatuh dan tidur.
Duel antara pencuri top, kesalahan kecil sekalipun tidak boleh terjadi. Kelelahan yang terkumpul akhirnya mulai terlihat.
Lu Li memilih tidur di rumah Darnassus karena mereka masih ada pertarungan sore ini. Lawan belum diketahui, bagaimana jika Wushuang City? Statusnya mutlak akan menjadi beban pasukan Pedang Penghakiman.
Yang membangunkannya adalah Elf Air.
Di sistem pertemanan, kita bisa mengatur siapa yang boleh mengganggu kapan saja. Selain murid-murid Unit Tentara Bayaran Xinxin, hanya Genhao San dan Elf Air.
Lu Li memegangi kepala yang masih agak pusing, merenungkan apakah harus memutus wanita ini.
"Apakah jadi sedikit lebih cantik bisa berbuat semaunya? Bagaimana jika sore nanti statusnya tidak bagus dan kalah pertandingan, dengan apa dia mau ganti rugi? Jika koin emas kurang, pasti bukan segalanya."
"/（ㄒoㄒ）/~~ Lu Li, apakah tugas Assassin Alliance selalu sesulit ini?" Dengan nada tersedu-sedu, menampilkan sisi rapuh Si Kaya yang jarang terlihat. Elf Air seperti ini sulit dibenci.
"Oh iya, tugasmu apa?" Barulah Lu Li teringat urusan tugas.
"Harus membunuh BOSS level tiga puluh lima Leipuxikaier, buaya di Dustwallow Marsh itu. Itupun harus satu orang. Kenapa? Kenapa tugasnya seperti ini? Hari ini aku sudah mati dua kali, mencoba berbagai topografi yang mungkin untuk membunuh BOSS, tapi semuanya gagal, gagal semua!" Si Kaya yang biasanya elegan ini berubah jadi perempuan pemarah.
Lu Li bahkan bisa berimajinasi wajahnya yang penuh amarah.
Meskipun sudah mengatur healer untuk berjaga di dekatnya, dan langsung dihidupkan kembali setelah mati, pengalaman yang hilang akibat dua kali kematian itu tetap cukup untuk membuatnya sibuk setengah hari.
"Apa karena aku belum menemukan metode yang tepat? Kalau NPC memberi tugas seperti ini, pasti ada solusinya, kan?" Elf Air menarik napas panjang sebelum bertanya.
"Apa dasarmu berpikir begitu." Lu Li berbaring telentang di tempat tidur, dalam hati menghela napas.
"Hei, game ini dirancang untuk dimainkan pemain. Masa sih para idiot itu membuat quest yang tidak bisa diselesaikan?" Elf Air membentak, "Kau sedang apa sekarang? Kok suaramu terdengar aneh?"
"Hmm, tadi aku sedang tidur, tapi kamu membangunkanku." Lu Li menggeretakkan giginya.
Susah payah memaksakan diri untuk tidur, malah dibangunkan olehnya. Di dalam game, dia baru tertidur sekitar sejam lebih, sekarang malah semakin mengantuk.
"Ngapain tidur di siang hari bolong? Tugasmu apa?" tanya Elf Air.
"Bunuh BOSS, juga bunuh BOSS." Lu Li merespons dengan suara samar-samar penuh rasa kantuk. Dia merasa masih bisa melanjutkan tidur, lagipula suara si kaya raya itu tidak terlalu mengganggu, tentu saja akan lebih sempurna jika sedikit lebih lembut.
"Kalau begitu pasti kamu juga belum menyelesaikan. Kalau tidak bisa menyelesaikan, apa konsekuensinya?" Elf Air berkata dengan nada yang seolah-olah itu sudah seharusnya.
Bertarung solo melawan BOSS sama sekali bukan hal yang bisa dilakukan orang normal.
"Siapa bilang? Aku sudah menyelesaikan tugas, bahkan melawan BOSS level 40, jenis yang sangat kuat." Karena kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, Lu Li lupa mempertahankan prinsip rendah hati yang biasa dipegangnya.
"Bagaimana mungkin?!" Elf Air menjerit histeris.
Mengapa Lu Li bisa membunuh BOSS level 40, sementara dirinya bahkan tidak bisa melawan yang level tiga puluh lima?
"Jangan terlalu memaksakan diri. Untuk gadis, lebih baik bersikap manis." Ini sepenuhnya konsep yang ditanamkan Lu Li pada adik perempuannya: "Aku yang bertanggung jawab menghasilkan uang dan menanggung keluarga, kamu cukup tetap sehat, menggemaskan, dan bertingkah manja."
“Huff… huff…” Hanya dengan tarik napas dalam-dalam, Elf Air bisa menahan dorongan untuk membunuh Lu Li.
Sang Naga Betina menginjak-injak rumput dengan amarah di Dustwallow Marsh. Dua kelompok 100 orang inti elit dari Paviliun Hujan Ringan berdiri bisu di hadapannya, meski sebenarnya semua menyiapkan telinga. Beberapa bahkan berbisik-bisik menebak nasib sial si anggota yang berani memancing kemarahan Sang Ketua.
Tentu saja Lu Li tidak akan mengalami akhir tragis apapun. Elf Air harus menelan amarahnya.
Jika masih ada satu orang di dalam game yang bisa membantunya melewati kesulitan ini, pastilah si menyebalkan inilah orangnya. Entah sejak kapan, Elf Air mulai memiliki keyakinan tanpa alasan terhadap Lu Li.
“Jagoan ternama, bagaimana caramu membunuh BOSS itu? Bisakah kau memberitahuku?” Elf Air menggigit giginya, berusaha membuat nada suaranya terdengar lebih lembut dan santun.
Hanya karena Lu Li sedang setengah tidur saat ini, barulah dia tidak merasakan niat membunuh di dalamnya. Dia membalikkan badan di tempat tidur, menceritakan pengalaman tugasnya secara terputus-putus.
Sering terputus-putus, harus diingatkan oleh Elf Air baru melanjutkan. Kontennya berantakan, tapi setidaknya Elf Air bisa menangkap intinya: Singkatnya, Lu Li memanfaatkan kekuatan NPC.
Di Dustwallow Marsh ada beberapa gelombang NPC, mana saja yang bisa dimanfaatkan?
"Lu Li, maukah kamu membantuku menyelesaikan tugas ini?" tanya Elf Air dengan agak malu.
Suaranya lembut, seperti mengibaskan bulu di telinga Lu Li, menimbulkan sensasi menggelitik. Bagi orang yang mengantuk, semakin ingin tidur.
Di kepalanya seperti bubur, tapi secara naluri masih memikirkan cara membunuh buaya besar itu. Dia berusaha menyemangati diri: "Suruh timmu memancingnya ke Menara Pengawas Utara, menara yang pernah kita kunjungi. Usahakan sampai menyebabkan korban di kalangan Sentinel..."
“Para Sentinel itu lemah sekali, sama sekali tidak bisa mengalahkan BOSS itu.” Elf Air berkata dengan putus asa.
Sebenarnya level asli BOSS buaya Repscale mencapai 45, baru-baru ini mengalami luka berat turun ke 35. Lalu Assassin Alliance mengeluarkan tugas cabang "Habiskan Saat Lemah" untuk Elf Air.
“Aku tahu... Cukup dengan membuat ilusi serangan BOSS.” Lu Li berkata sambil merem-melek, melanjutkan: “Setelah itu carilah Biru Muda Laut Angin, minta sesuatu bernama Lencana Garis Darah. Setelah dapat, pergilah ke garis pantai dekat Kota Duri Bergerigi, jalan ke selatan ada beberapa pondok...”
Elf Air merasa seperti mendengar dongeng, tapi sama sekali tidak muncul keraguan dalam pikirannya.
“Jika penyihir tua itu muncul setelah melihat Lencana Garis Darah, bicaralah dengannya. Tanyakan apakah dia bisa menuliskan surat rekomendasi. Dengan itu, Jaina pasti akan menghormati kunjunganmu. Kalau penyihir tua tidak muncul, kau harus mencari Jaina sendiri dan mencoba hoki. Oh ya, apakah tugasmu ada batasan waktu?”
“Tiga hari. Harus selesai sebelum besok sore, kalau tidak akan gagal.” jawab Water Spirit dengan suara tersinggung.
“Kalau begitu cepatlah. Untuk wilayah Dustwallow Marsh, kau hanya bisa mengandalkan Jaina. Selain dia, tak ada yang punya kemampuan membantumu.” Lu Li sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Peraturan tugas menyatakan harus diselesaikan sendiri, dia pun tak bisa ikut campur.
“Ngomong-ngomong, hubungan apa antara kalian dengan penyihir tua itu?” Sosok penyihir tua yang begitu mistis membuat semangat bergosip Water Spirit berkobar seperti api.
“Medivh... Dialah yang mengajarkan Transformasi Burung Gagak padaku. Bersikaplah sopan, kekuatannya jauh melampaui imajinasi.” Lu Li menambahkan pesan terakhir, berharap Water Spirit juga bisa mendapatkan keuntungan.
Di dalam game "Fajar", bertemu para dewa game ini sangat sulit, itu sendiri sudah merupakan sebuah peluang.
