Lompatan sejauh belasan yard ini membuat jarak antara Lu Li dan BOSS menyusut drastis. Efek gempa dari pendaratan tinggi membuat Lu Li terhuyung-huyung hampir terjatuh.
Lu Li tak lagi menyimpan kemampuan. Seketika ia berubah menjadi macan tutul dan meluncur kencang.
Gorila Berbulu Biru terkejut melihat perubahan bentuk Lu Li. Meski Sistem menganugerahinya kecerdasan, proses penilaian situasinya justru menjadi lebih lambat.
Penundaan ini membuat Lu Li kembali menjauhi bos cukup jauh.
Gorila itu merasa dipermainkan, amarahnya meluap. Dengan gerakan refleks ia menyambar batu besar dan melemparkannya ke arah Lu Li.
Lu Li tidak berani menengok ke belakang, tapi telinganya menangkap suara mendesing yang menembus udara dengan kecepatan tinggi. Tanpa pikir panjang, dia memutar kakinya dengan kuat, memaksa mengubah arah larinya.
Inersia membuatnya berguling-guling di tanah beberapa kali. Setelah bangkit, dia menoleh dan melihat pemandangan yang langsung mengeluarkan keringat dingin.
Di jalur yang seharusnya dia lalui, kini berdiri sebuah batu besar. Tanah terhujam hingga membentuk lubang besar - jika itu mengenai dirinya, pasti akan langsung mati seketika tanpa ampun.
Siapapun yang melihat fisik Gorila Berbulu Biru pasti akan mengira itu adalah BOSS jarak dekat mutlak.
Namun kenyataan menampar Lu Li: salah satu serangan gorila itu ternyata adalah melempar batu, dan itu bukan lemparan sembarangan. Dia menggunakan pengalaman dan kemampuan komandonya untuk memprediksi posisi kemunculan Lu Li.
Lu Li tidak berani lagi menggunakan rute lari yang monoton. Dia terpaksa mengubah arah secara acak.
Gorila melempar beberapa batu tapi tidak mengenai "kutu" kecil di depannya, Dia mulai gembira, terus meneriakkan dan mengambil batu-batu lalu melemparkannya. Jika ini adalah skill, apakah perancang lupa menambahkan sesuatu yang disebut Waktu Tunggu?
Yang menderita hanya Lu Li.
Dia tidak tahu apakah sekarang dia sedang bermain game, atau justru dipermainkan oleh game.
Sekarang dia akhirnya paham kenapa pulau ini punya begitu banyak batu dan lubang plot dalam-dalam—semuanya gara-gara kera berbulu biru ini!
Manusia bisa salah, kuda bisa terpeleset. Akhirnya sebuah batu seolah bermata mengikuti Lu Li sampai ke jalan buntu. Dia dihujamkan dan terbang jauh.
Apa yang terjadi ketika batu kecil bertabrakan dengan batu besar?
Ada yang bilang batu kecil akan hancur. Tapi mereka belum pernah benar-benar mencoba—batu kecil bukan telur ayam, Bagaimana mungkin pecah? Lu Li adalah "batu kecil" itu, dia melesat terbang seperti panah.
HP terkuras sepertiga, seluruh tubuhnya terbang melayang di udara sejauh 70-80 yard.
Satu-satunya keuntungan adalah jarak dengan BOSS langsung bertambah jauh, dan Lu Li juga menyadari sesuatu yang selama ini diabaikannya.
Alasan apa yang membuatnya terus lari kencang di lapangan kosong? Mengapa tidak masuk ke hutan? Pepohonan rimbun itu bukan hanya bisa menyembunyikan postur tubuhnya yang kecil dibanding BOSS, tapi juga menyediakan penghalang alami untuk kabur.
Lu Li yang sudah tersadar langsung meninggalkan area terbuka, menyelam masuk ke dalam hutan di samping.
Postur Gorila Berbulu Biru terlalu besar, pergerakannya sangat terhambat di dalam hutan. Meski dalam waktu dekat masih bisa melacak Lu Li, tapi sekarang mustahil lagi melempar batu dengan asal-asalan.
"Dewa game, aku sudah menyelamatkan Putri dan sedang menuju tepi pantai. Apa BOSS sudah kembali?" teriak Yu Beige Xiao Jiutian keras-keras.
“Jangan berteriak, aku bisa dengar. Gorila besar ini sedang mengejarku.” Lu Li menyelinap di balik pohon besar, menghindari batu raksasa yang meluncur, bahkan dalam kesibukannya masih sempat merespons pertanyaan rekan.
“Kalau begitu Dewa Game, aku mundur dulu.” Yu Beige Xiao Jiu Tian juga tidak bisa membantu banyak.
“Aku akan memutari BOSS sekali lagi sebelum kembali. Kabari aku setelah kamu naik kapal.” Lu Li mulai terbiasa menghindari batu-batu, dari awal yang nyaris tertimpa hingga sekarang sudah penuh kendali. Andai bukan karena harus memancing BOSS agar tidak kembali, bahkan dia merasa bisa melepaskan diri kapan saja dari si bodoh besar ini.
Kecerdasan yang diberikan sistem... Hē hē... Mana bisa dibandingkan dengan pemain.
Dengan angkuh seseorang itu berpikir, menoleh memandang BOSS yang memukul dada dan meratap putus asa, tetap tak mampu menangkapnya.
Gorila Berbulu Biru mungkin belum pernah merasakan penghinaan seperti ini sepanjang kehidupannya.
Dia selalu sangat menyukai hutan dan cuaca di pulau ini, yang menurutnya menyediakan rumah terindah di dunia. Namun justru hutan-hutan inilah yang membuat efek lempar batu andalannya berkurang drastis.
Tenaganya sangat besar, stamina fisiknya mencengangkan, bahkan mampu merobohkan pohon yang menghalanginya.
Tapi Sistem tidak memberikannya sifat kebal. Merobohkan pohon justru mengulur kecepatannya, mengurangi stamina fisiknya. Perilaku yang tampak heroik ini malah membuatnya semakin jauh dari target.
Kera besar itu tersinggung, hampir menangis.
Lu Li merendahkan kera bodoh yang meratap bagai orang berduka itu, dalam hati telah menyimpulkan bahwa kekuatan BOSS tingkat tinggi ini mungkin hanya sebatas ini.
"Aku tidak bisa Membunuhmu, kamu juga tak bisa menggangguku."
Ketika dia hendak berbalik untuk membuat gerakan penghinaan lagi untuk memprovokasi lawan agar tidak berhenti mengejar, tiba-tiba terdengar riuh rendah suara cicitan. Dengan ngeri dia menemukan kera-kera berhamburan ke arahnya dari segala penjuru.
Ada yang berlarian di tanah, ada yang melompat-lompat di antara semak. Sekilas terlihat jumlahnya begitu padat dan tak terhitung.
Aku salah... Seharusnya tak meremehkan desain Sistem, tak meremehkan Kera Besar Berbulu Biru.
Lu Li tak sempat menitikkan air mata penyesalan. Dia terus berlari, terus menghindar, menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya untuk mengelak dari hujan batu - besar kecil bertebaran!
Bukan keluarga tak masuk satu pintu, semua kera ini memang satu watak.
Buat apa melempar batu sembarangan? Nanti kena anak kecil bagaimana? Meski di pulau ini tak ada anak-anak, tapi bunga-bunga dan rumput...
Lu Li segera dipenuhi benjolan di kepala akibat hujan batu itu.
Konon sebelum ajal menjemput, banyak pikiran akan membanjiri benak seseorang. Lu Li curiga statusnya sekarang seperti itu, meski ini cuma pertempuran besar pengejaran dan kematian dalam game.
Saat kawanan kera muncul, takdirnya sudah ditetapkan.
Mungkin ada yang bertanya: Kenapa dalam film begitu banyak peluru tidak bisa membunuh pemeran utama? Itu karena sutradara perlu mengulur waktu sampai dua puluh menit.
Lu Li hanya bisa memilih arah penerobosan dengan tenaga penghalang terlemah, sudah jauh menyimpang dari rute pelarian yang direncanakan - awalnya dia berniat berputar lalu bertemu rekan.
Di bawah kejaran kera-kera, sekarang bahkan dirinya sendiri tidak tahu sedang lari ke wilayah mana.
Bertahan satu menit lebih lama, Lu Li terus berlari sambil meminum ramuan kelincahan dan ramuan penyembuhan. Dengan efek tambahan sepatu, dia menghindari tiga empat batu besar - salah satunya dilempar BOSS dengan ofensif luar biasa. Tidak mungkin dia berani menahan serangan itu.
Sebenarnya, jika ada yang memandang ke bawah pulau dari atas, akan terlihat Lu Li melarikan diri dengan rute tanpa pola sama sekali.
Meski tak beraturan, dia tetap bergerak tegas menuju pusat pulau. Seolah ada tenaga tak kasat mata yang terus menariknya ke sana.
