Darkmoon Card: Void (Khusus): Pakai, memberi 50% probabilitas regenerasi. Jika sukses, HP dan MP pulih 20%, fluktuasi EXP level terkini -5%~10%, sisa penggunaan 5/5. Efek aktif saat disimpan di tas. Membutuhkan Level 10.
Lu Li mengambang di permukaan laut, terombang-ambing ombak. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memilih menggunakan Darkmoon Card.
Darkmoon Card juga tidak 100% menjamin regenerasi. Bahkan jika berhasil, ada konsekuensi lain yang cukup menyiksa.
EXP terkuras atau justru melonjak?
Setelah konfirmasi, sebuah kartu muncul tiba-tiba di otaknya—sisi hitam dan putih berputar kencang bagai roda keberuntungan.
Lu Li pernah mendengar skenario penggunaan Kartu Darkmoon, tahu bahwa jika terakhir berhenti dengan sisi putih, maka regenerasi dianggap sukses. Jika berhenti dengan sisi hitam, berarti gagal.
Sebenarnya ini periode waktu yang ekstrem, tapi bagi Lu Li terasa sangat panjang.
Kartu itu berputar semakin lambat. Dia hampir berhenti bernapas karena tegang - Kartu Darkmoon hanya bisa digunakan lima kali. Gagal sekarang akan menjadi bencana. Aksi mengumpulkan monster ini benar-benar merugi, panah Agamaggan Raksasa itu sama sekali di luar perkiraan.
Kau ini prajurit, bukannya fokus mengayun kapak, main-main panah untuk apa?
Main panah boleh saja, tapi sampai segitua mahirnya. Bagaimana para pemburu yang khusus menggunakan panah bisa bertahan?
Sementara pikirannya melayang-layang, kartu itu berhenti berotasi. Lu Li hanya melihat pandangannya tiba-tiba dipenuhi cahaya putih tak berujung. Ia terbangun dari kegelapan.
Lalu merasakan air masuk ke hidungnya.
Batuk-batuk...
Lu Li membalikkan badan, dengan lincah berubah menjadi seekor anjing laut.
Hal pertama yang dilakukannya setelah hidup kembali bukanlah meninggalkan tempat, melainkan memeriksa batas pengalamannya...
Apakah bertambah atau malah terkuras!
Awalnya di level 40 6.5% - ia ingat betul. Meski Darkmoon Card maksimal hanya mengurangi 5% pengalaman, bahkan jika berkurang pun levelnya tidak akan turun. Tapi siapa yang mau kehilangan pengalaman? Semua orang ingin dapat tambahan 10%!
13.8%！
Dengan tambahan 7.3% pengalaman, Lu Li menghela napas lega.
Meski bukan 10%, 7.3% tetaplah kejutan yang menyenangkan. Jika orang lain yang tewas, pasti setidaknya kehilangan 5%.
Melepas beban berat di hatinya, Lu Li tak berani menunda lagi. Dengan kecepatan luar biasa ia berenang menuju garis pantai.
Makhluk hidup di wilayah laut ini bukanlah lawan yang bisa dihadapinya sekarang. Untuk sementara tak ada monster yang mengganggu, tapi itu bukan berarti daerah ini aman. Ia juga penasaran hasil apa yang dicapai oleh teknik Mengumpulkan Monster-nya.
Di pantai, Kampung Grom'gol bergemuruh oleh teriakan perang!
Tembok benteng yang sederhana telah dirobohkan oleh ogre yang marah. Lu Li hanya melihat lautan pemain Alliance membanjiri masuk, seluruh area Utara benar-benar tak bertahan.
Ogre dan Horde terlibat dalam perang besar yang amat sengit.
Cahaya putih kematian pemain berkelap-kelip di mana-mana, mayat-mayat berjatuhan, berbagai skill menghujani medan perang. Tak ada lagi serikat, tak ada tim - yang ada hanya musuh!
Semua yang bisa menyebabkan kerusakan adalah musuh!
Tak mungkin hanya mengawasi dari jauh! Lu Li melirik ke kiri dan kanan, lalu maju ke medan tempur. Belum sempat masuk gerbang, HP-nya sudah tinggal setengah. Dengan panik ia menggunakan Langkah Angin untuk mundur.
Membayangkan peralatan yang melekat di tubuhnya - kehilangan satu pun akan menyakitkan - Lu Li memutuskan tetap bertahan di luar saja.
Kalau bicara prestasi besar, adakah yang bisa menandinginya? Sejak kehilangan Lu Li sebagai target, ogre sekarang telah mengarahkan tombak mereka ke Markas Grom'gol. Bagi mereka, Lu Li jelas-jelas adalah utusan bangsa orc.
Setelah bertanya pada Genhao San, ternyata dia juga tidak masuk ke markas, hanya memberikan arahan jarak jauh dari luar.
Suasana seperti ini memang tidak butuh dirigen. Tinggal membunuh sepuasnya. Markas Grom'gol yang biasanya terlihat besar seperti kota, kini menjadi penuh sesak setelah dihujani puluhan ribu orang.
Lu Li menemukan Genhao San, baru menyadari di sini tidak hanya ada dia sendiri.
Selain pengawal yang bertugas, para petinggi serikat besar juga terlihat jelas berkumpul di sini. Terdapat banyak jagoan seperti Sarang Tawon, Tongyan Wuji, dan Mo Wangfeng di antara mereka.
Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir memang memiliki ketua, tapi banyak urusan yang tetap ditangani langsung oleh Mo Wangfeng.
"Lu Li, pasti kamu yang menarik monster itu, tidak memberitahu sama sekali. Banyak anggota serikat kami yang dibunuh monster," ujar Ketua Bangsawan Jiangnan, Jinse Wushang. Entah benar banyak yang mati atau sekadar mencari masalah, ekspresinya sangat muram.
"Jadi, kamu ingin membalas dendam padaku?" Lu Li mengangkat alis, bertanya dengan keanggunan legendaris.
"Aku..." Jinse Wushang segera menahan lidah. Sebagai Ksatria Suci level tiga puluh, meski dengan peralatan terbaik, berani melawan Lu Li yang level empat puluh? Tidak jadi Pembunuhan Sekejap saja sudah hoki.
"Menantang pemain non-pejuang duel? Sungguh tak bermoral! Lebih baik kita main." Tongyan Wuji, jagoan pencuri di sampingnya melangkah maju.
Konflik antara atlet esports andalan Bangsawan Jiangnan dan ketuanya memang rahasia umum. Meski Tongyan Wuji tak suka pada Jinse Wushang, penghinaan Lu Li pada serikat mereka membuatnya tak bisa diam.
"Ha." Lu Li menggelengkan kepala penuh cibir: "Aku tidak bertarung dengan homoseksual."
"Dasar, kamu sendiri yang homoseksual! Seluruh keluargamu homoseksual!" Tongyan Wuji melompat sambil menerjang Lu Li, bahkan mengabaikan teknik penyamaran.
Ia paling benci dipanggil homoseksual, tapi ID-nya justru mengandung karakter 'Ji'. Orang luar tak pernah paham maksudnya, sementara status orientasi seksualnya menjadi bahan perbincangan hangat.
Dibicarakan diam-diam saja sudah keterlaluan, apalagi dihadapan banyak orang seperti ini. Mana mungkin bisa diam saja.
Lu Li pun tidak menyelinap, bertarung pisau belati dengannya. Dua pencuri itu bersitegang dalam jarak super dekat, memamerkan teknik luar biasa dalam waktu singkat.
Tongyan Wuji adalah jagoan pisau belati. Di banyak game sebelumnya, belum tentu ia mengkhususkan diri pada profesi pencuri, tapi selalu memilih karakter yang bisa menggunakan belati. Jika suatu game tidak memiliki senjata jenis ini, ia sekalipun mati tidak akan memainkannya.
Sementara Lu Li, di dunia nyata pun sebenarnya pernah memainkan pisau belati.
Anak orang miskin cepat mandiri, dia hidup di lingkungan seperti itu. Dari awal siapa saja yang ingin mengganggu bisa mengganggunya, perlahan-lahan mulai memiliki kemampuan mempertahankan diri, hingga akhirnya tak ada yang berani macam-macam. Pasti ini proses yang sangat legendaris.
Dari segi teknik, kedua orang ini hampir setara. Tapi ini tetap sebuah game, faktor penentu kemenangan lebih condong ke elemen permainan.
Peralatan Lu Li lebih bagus dari Tongyan Wuji, ini tidak diragukan lagi. Dia punya beberapa item peralatan Emas Gelap, bahkan memiliki cincin legenda yang membuat orang tak berdaya. Selain itu, tingkat penyelesaian skill-nya juga sedikit lebih baik dari Tongyan Wuji. Saat HP-nya masih separuh, HP Tongyan Wuji hanya tersisa 30%.
"Cukup sampai di sini." Setelah melakukan blokir dan mundur, Lu Li menyimpan pisaunya.
"Ayo, kenapa berhenti bertarung?" Tongyan Wuji tidak terima. Apa maksudnya ini? Apakah dia menganggap dirinya sudah kalah seperti ini?
Dia punya skill super kuat yang semakin mematikan saat HP-nya sedikit, masih menunggu untuk digunakan demi comeback.
“Kalau aku berubah jadi serigala, menurutmu apakah aku akan langsung terbunuh sekejap.” Lu Li terkekeh, mengekspresikan sikap merendahkan atas kekerasan kepala Tongyan Wuji yang levelnya dua tingkat lebih rendah darinya dengan peralatan yang lebih jelek, mana mungkin bisa melawannya.
Tentu saja, kemampuan Tongyan Wuji yang bisa bertahan sampai tahap ini sudah membuktikan kekuatannya yang luar biasa.
