Jika benar peralatan itu ditemukan anggota Kota Wushuang, mengembalikannya pada Lu Li pun tak akan membuatnya merasa kehilangan.
BOSS level 50 yang terbunuh dalam pertempuran massal biasanya menjatuhkan peralatan level 50. Untuk sementara Lu Li belum bisa memakainya. Ketika semua orang sudah bisa menggunakan peralatan level 50, mana mungkin seorang Ketua Serikat Besar masih mempedulikan satu item peralatan.
"Barang apa yang dijatuhkan?" Genhao San bertanya di saluran serikat kepada anggota mereka.
"Sepertinya ada perisai besar dan tongkat sihir yang jatuh," jawab Biru Muda Laut Angin yang ternyata sedang bertarung melawan BOSS di dalam. Dia bahkan terlihat tidak akan mati dalam waktu dekat.
“Dicolong Siapa, apakah orang dari serikat besar?” Jika benar anggota serikat besar, Genhao San pasti akan meminta kembali.
Di hadapan banyak orang, bagaimana mungkin para Ketua Serikat Besar ini melakukan penunggakan pembayaran.
“Hah?” Biru Muda Laut Angin tidak paham situasi. Setelah Genhao San menjelaskan, dia bertanya pada orang di sisinya lalu berseru girang: "Perisai besar diambil orang dari Bangsawan Jiangnan. Saat dia terbunuh, itemnya tidak menghasilkan. Soal tongkat sihir kurang jelas, si pengambil tidak ada lambang serikat."
Kebetulan sekali?
Lu Li dan Genhao San saling pandang, sama-sama melihat kilau tawa di mata masing-masing.
Jinse Wushang mungkin juga mendapat kabar dari anggota serikatnya yang mengambil peralatan. Ekspresinya bingung antara ingin tertawa dan menangis. Dia benar-benar berharap anggotanya tidak mengambil barang itu.
Siapa suruh mereka mengirim perwakilan terbanyak? Logikanya, makin banyak orang makin besar probabilitas mendapat item.
Kenyataannya, ada dua barang yang diambil anggota mereka: satu perisai besar Emas Gelap dan satu material langka.
Material langka tidak ditemukan, perisai besar Emas Gelap volumenya terlalu besar, setelah dihasilkan langsung menjadi sorotan semua orang, saat ini bahkan jika ingin ngambek pun tidak bisa, banyak orang yang mengawasi.
Jinse Wushang sangat menjaga muka, dia tidak ingin kehilangan muka itu.
"Terkekeh, terima kasih Ketua Jinse Wushang." Genhao San melipat tangan sambil mengucapkan terima kasih, matanya menyipit karena tersenyum lebar.
Perisai besar Emas Gelap ini dihasilkan dari BOSS NPC level 50, Sang Nabi Agung Thrall adalah salah satu bos terkuat di Lembah Duri, pasti tidak akan menghasilkan peralatan sampah, tanpa melihat pun sudah tahu ini barang langka.
Perisai kuat berarti MT lebih kuat, MT lebih kuat berarti bisa membunuh BOSS lebih kuat, sangat bermakna.
"Nanti akan kami kirim ke Ketua Genhao San, Bangsawan Jiangnan kami tidak kekurangan satu dua peralatan." Wajah Jinse Wushang gelap sambil tersenyum paksa, tidak lupa menyindir Pedang Penghakiman.
Genhao San sama sekali tidak tersinggung, malah memuji habis-habisan Bangsawan Jiangnan.
“Baik, tanya situasi di dalam sekarang. Bisakah kita kalahkan Aggro'osh juga?” Sarang Tawon mulai tidak sabar melihat tingkah para petinggi yang sok akrab ini.
“Sulit, Aggro'osh adalah tank darah yang jauh lebih kuat dari Sang Nabi Agung Mokthaldin.” Mo Wangfeng menggelengkan kepala.
“Bagaimana dengan dua BOSS ogre itu?” Sarang Tawon mengerutkan kening.
“Salah satunya Rolok sedang bertarung dengan Aggro'osh. Mazos kehilangan lawan dan sekarang sedang membantai pemain. Di dalam benar-benar seperti bubur kacang. Lebih baik kita ambil untung saja.” Mo Wangfeng tersenyum pahit.
Semua tahu tanpa perlu ditanya - Mazos tidak hanya akan membunuh pemain Horde. Di matanya, semua pemain adalah serangga menyebalkan.
“Berapa HP mereka yang tersisa? Suruh pasukan kita fokus serang Yang Mulia Aggro'osh!” Jinse Wushang masih memaksakan wewenangnya sebagai Komandan Utama. Mustahil mundur sekarang.
Perintah segera disampaikan ke dalam, pemain Alliance menghentikan serangan terhadap pemain Horde, mulai memusatkan serangan ke Yang Mulia Agrogosh.
Genhao San justru mengeluarkan perintah yang berbeda.
Berganti anggota!
Bukan berarti tidak mengirim orang sama sekali, namun komposisi tim yang dikirim mengalami transformasi.
Awalnya semua anggota tim elit guild atau kandidat elit dengan level dan peralatan bagus, namun setelah mereka tewas tidak akan masuk lagi - digantikan oleh umpan meriam legendaris.
"Umpan meriam" Pedang Penghakiman bahkan lebih memprihatinkan: anggota baru yang baru bergabung dengan level sekitar tiga puluhan.
Mereka yang selama ini tak ikut bertempur akhirnya mendapat perintah, langsung masuk dengan semangat membara. Secara visual Pedang Penghakiman terlihat lebih agresif, namun kenyataannya nyawa mereka sering Terkuras dalam Pembunuhan Sekejap.
Tak perlu ditanya, guild lain pun memainkan trik serupa. Entah apakah Jinse Wushang akan melakukan hal yang sama.
"Mengingat semua orang mulai memberikan bantuan langsung tanpa usaha maksimal, mustahil untuk mengalahkan Agrogosh. Tidak diketahui perjanjian apa yang dibuat BOSS-BOSS, ketiga BOSS mulai melakukan pembantaian pemain."
Kelompok-kelompok pemain terus dibersihkan, posisi yang kosong diisi oleh pendatang baru, lalu dibersihkan kembali.
Saat darah berdesir panas mereda, akhirnya ada yang mengajukan proposal untuk mundur.
"Bunuh jalan keluar, serahkan BOSS ke pemain Horde!" Jinse Wushang awalnya masih ingin bertahan, sayangnya tak ada yang mau menemani. Akhirnya ia terpaksa memerintahkan mundur.
Tembok benteng dihancurkan oleh ogre, kematian Nabi Agung Mok'tharudin juga dibantu ogre. Seluruh prestasi besar direbut oleh Lu Li.
Kondisi di luar sudah gelap, pemain Alliance mulai mundur bertahap. Setelah bertempur sebentar dengan pasukan ogre dan pemain Horde, Malkor dan Kor'lok membawa sisa-sisa pasukan ogre menerobos keluar dari markas Grom'gol.
Saat tiba, ogre berjumlah hampir sepuluh ribu. Saat pergi, hanya tersisa satu hingga dua ribu.
Kedua BOSS besar juga tidak menyisakan banyak HP. Pemain tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Baik pemain Horde maupun Alliance, ribuan orang mengepung mereka.
Pemain dengan level rata-rata 35 melawan BOSS level 50. Kedua pihak bertempur frontal tanpa interferensi NPC dari markas Grom'gol.
Saat itulah mereka baru menyadari betapa mengerikannya kesenjangan level sebagai jurang pemisah.
"Fajar" memiliki beberapa titik kritis: level 10, 30, dan 50. Melewati batasan level ini, peningkatan kekuatan bukan sekadar sedikit.
Sepanjang perjalanan, tak terhitung pemain terbunuh.
Sementara HP kedua BOSS perlahan pulih. Ketika sampai di Gunung Troll Moshar'og, kedua BOSS hampir kembali ke HP penuh.
Mayat pemain yang ingin mencari untung bertebaran di sepanjang jalan. Berdasarkan saran Lu Li, Pedang Penghakiman tidak ikut campur. Tak ada yang lebih memahami kekejaman BOSS level 50 daripada Lu Li.
Komandan Agrogosh, seorang prajurit, dengan satu serangan bisa meregang nyawanya.
Pedang Penghakiman tak perlu berbuat lebih. Dalam Perang Besar Lembah Duri kali ini, mereka cukup unjuk gigi. Sekitar sepuluh ribu ogre yang diarahkan Lu Li berhasil mematahkan semangat Horde.
Di pihak Alliance, aura legenda Lu Li semakin bersinar.
Kabar ini makin berkembang jadi versi absurd: ada yang bilang Lu Li bisa bunuh satu dari tiga BOSS sendirian, dua sisanya mati-matian balas dendam; versi lain menyebut dia mengacungkan token magis hingga ogre takluk...
Perisai Besar Emas Gelap itu akhirnya dikirim Jinse Wushang via pos, sedangkan tongkat sihir yang diambil orang tak dikenal—sudah menghilang tanpa jejak.
Pertempuran Lembah Duri berakhir, Rangkaian Gelombang selanjutnya berdampak sangat signifikan. Area ini semakin menjadi medan pertempuran rutin antara kedua kubu. Markas pasukan pemberontak sering dibantai tiga hari sekali, begitulah rasanya tanpa kehadiran BOSS - penuh kekesalan.
Sebagai balas dendam, markas besar Horde di Lembah Abu-abu juga kerap menjadi sasaran racun.
Lembah Abu-abu dan Lembah Duri, dua lembah ini dilanda pertempuran sengiat. Tiga bulan setelah server dibuka, Horde dan Alliance akhirnya resmi menjadi kubu musuh yang saling membunuh.
