Pedoman Rahasia Tailor (Khusus): Intelejensia +15, kecepatan menjahit +10%, tingkat kesuksesan menjahit +10%, membutuhkan level 10, daya tahan 36/36.
Ini adalah peralatan wakil yang khusus hanya untuk Tailor.
Buku-buku umumnya dipasang di slot wakil, contohnya "《Kronik Rahasia Kegelapan》" yang sangat termasyhur.
Dari segi properti, statistik Intelejensia bisa diabaikan karena hanya properti pengisi. Peningkatan kecepatan menjahit memang bisa menghemat waktu - lebih baik ada daripada tidak. Tapi mustahil Buku Rahasia Tailor ini menjadi berharga hanya karena properti itu. Yang benar-benar membuat Lu Li memandang tinggi peralatan ini adalah penambahan 10% Tingkat Kesuksesan. Tingkat kesuksesan ini bisa dipahami sebagai probabilitas untuk menghasilkan peralatan dengan Tingkatan yang lebih unggul, sehingga lebih mudah mendapatkan peralatan berkualitas tinggi.
Setelah mendapatkan peralatan ini, beberapa jam perjalanan akhirnya tidak sia-sia.
Sebenarnya misi ini tidak sulit untuk pemain di atas level 30. Jika memang ada kesulitan, letaknya pada kemungkinan melakukan kesalahan selama proses misi - sekali salah, seluruh misi akan gagal.
Tingkat Kegagalan misi ini sangat tinggi. Meskipun Lu Li menggunakan bug yang diketahui dari guide, tetap saja ada beberapa momen menegangkan selama proses.
"Apa kalian sudah selesai menjelajahi dungeon?" tanya Lu Li.
“Ngapain juga, Piao Ling ini barang tiruan nggak sehebat itu.” Biru Muda Laut Angin langsung mengolok: “Mending kita keluarin dia dan ganti pakai Lu Li sebagai dirigen.”
“Dasar, skillmu sekarang makin jelek. BOSS cuma Amuk dikit langsung berlutut, lemah banget. Tadi malem jajan di luar ya?” Piao Ling balas menyerang tanpa ampun. Tanpa pengaruh Lu Li, jangan harap mereka bisa tenang.
“Sudah lawan BOSS ke berapa?” Lu Li mendengarkan dengan frustasi.
“Terakhir. Sebentar lagi pasti menang. Kalau nggak ribut, mungkin sudah selesai.” Kali ini Fat Monkey yang menjawab dengan lebih waras.
“Bagus. Kalau Maret sudah selesai, kabari aku. Ada barang untukmu...” kata Lu Li.
“Barang apa?” Sebelum kalimat Lu Li selesai, Perpisahan di Bunga menyela dengan suara suram: “Keluarga Lu, jangan berani-berani mendekati adikku! Nanti kubuat kamu menyesal!”
Lu Li: “......”
Hujan Maret: “......”
Para pelaku lainnya: “......”
Kecenderungan adik-complex orang ini semakin parah.
Sejak menginjak arena pertandingan menjadi atlet esports pendatang baru yang menarik perhatian, sekaligus seorang wanita cantik berwajah menawan, Hujan Maret tiba-tiba mendapat banyak pengejar.
Li Qing terus-menerus waspada, semangatnya selalu kencang karena khawatir adik perempuannya dibawa kabur oleh pria nakal.
"Aku menyelesaikan tugas dan mendapatkan alat bantu untuk skill Tailor," Lu Li membagikan Buku Rahasia Tailor sambil menjelaskan. Untuk menjaga perasaan si pengidap adik-complex, dia sengaja tidak menyebutkan bahwa misi ini sengaja dilakukan demi alat tersebut, seolah-olah ini hanya hasil tak terduga.
"Terima kasih, Lu Li," Hujan Maret mengucapkan terima kasih sambil berkomentar dengan sedikit penyesalan: "Sayang dua set peralatan itu sudah selesai. Andai dibuat setelah dapat alat bantu ini, mungkin massanya akan lebih baik."
"Yang sekarang sudah Bagus," Lu Li menjawab dengan puas.
Lu Li berpikir sejenak, lalu mengirimkan Buku Panduan Tailor ke kotak surat Hujan Maret melalui sistem pos dalam game, menghindari penyerahan langsung yang mungkin membuat Li Qing waspada seperti menjaga pencuri.
Seolah-olah hanya dia yang punya adik perempuan. Padahal adikku jauh lebih menggemaskan daripada adikmu!
Lu Li melanjutkan aktivitas leveling-nya.
Saat waktu log out tiba, dia segera keluar dari game. Setelah membersihkan diri, sesuai perintah dokter dia mengajak adiknya jalan-jalan. Luka besar di tubuhnya sudah hampir sembuh total, namun fungsi raga mengalami kemunduran setelah lama terbaring di tempat tidur. Jika tidak rajin berolahraga, otot di sekitar bekas operasi bisa menyusut - tidak hanya meninggalkan bekas luka yang jelas, tapi juga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Lu Xin sangat antusias mengikuti ritual jalan sore ini, motivasi utamanya adalah untuk menghilangkan bekas luka operasi yang terlihat menakutkan saat ini.
Meski dokter telah berulang kali berjanji pada gadis kecil itu bahwa bekas luka akan memudar seiring waktu, perkembangan ilmu kedokteran modern selama dua abad lebih membuat masalah kecil seperti ini tak lagi menghantui.
"Kakak, kapan kita pulang ke rumah?" Pertanyaan ini sering dilontarkan Lu Xin belakangan ini.
"Pulang ke mana? Rumah sewaan itu?" Lu Li dengan hati-hati menuntun adiknya yang kelelahan untuk duduk di kursi.
"Aku agak rindu Kakak Huanhuan dan teman-temannya. Katanya hari ini mau menjenguk, tapi sampai sekarang belum datang juga." Pipi Lu Xin mengembung. Kehidupan yang kini membaik, ditambah pengalaman nyaris mati, membuat gadis mandiri yang dulu tegar itu tiba-tiba mahir berbasa-basi dengan level ahli.
"Itu cuma rumah sewa. Mereka pun hanya teman biasa." Sungguh tak pantas anggota-anggota itu diperhatikan sedemikian rupa. Apa mereka menyihir adikku sampai-sampai dirinya terus mengingat? Lu Li merasa iri.
"Tapi..." Alis kecil Lu Xin berkerut.
“Kita beli rumah di Jinling, bagaimana?” Lu Li meminta pendapat adiknya. Meski pengambil keputusan di keluarga ini adalah dia, si gadis kecil punya hak veto.
“Jangan!” Lu Xin langsung menentang. Ia memandang kakaknya dengan tatapan merendahkan: "Apa karena Jie Shui ada di Jinling, jadi Kakak tidak mau pulang? Kalian berdua..."
Pasangan anjing kalian berdua!
"Ngawur sekali." Lu Li bingung antara ingin tertawa dan menangis. Ingin sekali dia menepuk kepala si gadis kecil ini, tapi mengingat dia masih pasien, akhirnya memutuskan untuk mencatat di buku catatan kecil. Nanti setelah sembuh baru dihitung totalnya.
"Kalau tidak kenapa?" tanya Lu Xin.
"Di sini lebih praktis. Bagaimana jika ada keadaan darurat, kita bisa langsung ke Rumah Sakit," ujar Lu Li. "Meski di Jiangnan juga ada rumah sakit, tapi operasimu kan dilakukan di sini."
"Kakak, mana ada orang yang seperti ini, siapa yang mau beli rumah di rumah sakit hanya karena sakit." Lu Xin merasa frustasi dengan pola pikir kakaknya, namun sekaligus sangat tersentuh. Meski tumbuh tanpa didampingi orang tua, namun Lu Li sebagai seorang kakak telah menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dia selalu berusaha maksimal untuk memberikan kehidupan terbaik bagi adiknya sesuai kemampuannya.
"Baiklah..." Setelah dipikir-pikir, Lu Li juga merasa cara seperti ini kurang tepat.
Sebenarnya alasan utamanya adalah karena dia tidak memiliki ikatan batin sekuat Lu Xin dengan tanah kelahiran. Sebagai manusia yang telah mengalami dua kehidupan, dia tidak merasa Jiangnan memiliki daya tarik yang membuatnya sulit berpisah.
Seperti pepatah "Di mana hatiku tenang, di situlah kampung halaman". Bagi dia, di mana pun adiknya berada, di situlah kampung halamannya.
"Apa kita sudah tidak punya uang lagi?" tanya Lu Xin dengan hati-hati.
Sekarang informasi sangat mudah diakses. Cukup cek di internet saja sudah bisa tahu perkiraan biaya operasi ini: ruang perawatan terbaik, dokter terbaik, pendampingan terbaik...
Semua fasilitas terbaik itu membutuhkan biaya hingga jutaan!
“Uang kita sudah cukup, Kakak lebih hebat dari yang kamu bayangkan.” Lu Li tidak memberitahu adiknya bahwa mereka kini memiliki Si Kaya pemberi pinjaman.
Sebenarnya kekayaan pribadi Lu Li bisa menutup biaya operasi ini, namun pengeluaran selanjutnya akan terasa ketat.
Dia tidak ingin menghemat, semua harus menggunakan yang terbaik, makanya meminjam dana besar Lima juta dari Elf Air—di kehidupan sebelumnya bahkan seratus ribu pun tak mampu, kini Lu Li sudah bisa melihat Lima juta itu dengan tenang.
Tak perlu buru-buru mengembalikan, selain menyimpan cukup untuk biaya perawatan dan pengobatan lanjutan, Lu Li juga berencana membeli sebuah rumah.
Kakak-beradik Keluarga Lu membutuhkan rumah sesungguhnya.
