Setelah menyerahkan laporan intelijen Parker, ekspresi Wali Kota Solomon baru mulai ramah.
"Sepertinya para Gnoll akhirnya menjadi cerdas. Aku menerima laporan mereka telah bersekutu dengan bangsa orc Batu Hitam membentuk pasukan gabungan, berencana menyerang sesuai waktu yang disepakati. Aku butuh laporan detail, teman. Pergilah ke Gua Risban di area barat Ngarai Bukit Merah untuk melakukan deteksi." Paman Mediterania itu menggeram ganas: "Bunuh semua orc berkulit hitam yang kalian temui - ambil informasi dari mayat mereka!"
"Baik, seperti yang Anda kehendaki." Membunuh adalah hal yang paling sederhana.
Meski jumlah personil mereka berkurang akibat perang bertahun-tahun, di bawah kekuasaan Penghancur Tangan Jahat selama ini, kekuatan mereka masih cukup kuat.
Lu Li dan Elf Air sebagai dua pencuri tidak perlu terlalu jauh memasuki markas Klan Blackrock, cukup membunuhi sampah-sampah kecil di area pinggir. Asalkan jumlah lawan tidak terlalu banyak, mereka akan menyergap dua target dengan Pukulan Mematikan terlebih dahulu, lalu membersihkan sisanya dengan cepat.
Tujuan mereka sangat jelas: mendapatkan salinan Rencana Serangan Blackrock.
Mengingat setiap bangsa orc Blackrock memiliki probabilitas menjatuhkan item tersebut, tak perlu repot-repot mencari masalah dengan pasukan besar di dalam.
Rencana yang dihasilkan ternyata ditulis dalam bahasa orc, memunculkan masalah penerjemahan. Untungnya Wali Kota Solomon tidak memaksa Lu Li dan Elf Air untuk menerjemahkannya.
Dia meminta Lu Li dan Elf Air beristirahat dulu di kota sementara mengirim surat ke orang Draenei di Rawa Kesedihan untuk diterjemahkan.
Draenei di Rawa Kesedihan menyebut diri mereka "Kaum Terbuang". Mereka berasal dari Draenor seperti para orc, namun merupakan musuh abadi yang mampu menafsirkan bahasa orc kuno yang sulit dipahami.
Memanfaatkan waktu luang sebentar, tidak tahu kapan surat itu akan dikirim kembali, jadi tidak bisa pergi leveling di area liar.
Lu Li dan Elf Air akhirnya memiliki sedikit waktu luang yang langka, mereka memilih untuk menjelajahi Kota Tepi Danau yang konon dianggap sebagai tanah suci tempat tinggal di hati para pemain.
Meski kota nyaman ini ramai oleh lalu lintas pelancong dan pedagang, mereka tampak puas mengamati perubahan zaman, menghabiskan hari dengan memancing atau duduk di toko-toko sambil berdiskusi tentang politik Stormwind, mencemooh bahwa jika saja di sana bisa diterapkan kebijakan politik yang longgar sehingga rakyat hidup tenang, maka semua masalah akan terselesaikan.
Kota Tepi Danau mengadakan dua festival setiap tahunnya selama periode pertengahan musim panas dan pertengahan musim dingin.
Meski saat ini masih beberapa hari sebelum festival mereka, dan ancaman Gnoll membuat warga tak bersemangat mengurus persiapan, namun suasana festival akhirnya mulai terasa.
Beberapa pelancong bahkan memutuskan untuk tidak pergi ke Stormwind lagi, mereka lebih memilih tinggal di Kota Tepi Danau.
Bagi para penghuni di sini, termasuk petani, nelayan, dan mantan prajurit serta penyihir yang sudah pensiun, semua merasa tempat ini istimewa dengan penduduk yang ramah dan baik hati, masing-masing menyimpan rahasia mereka sendiri.
Kota Tepi Danau menyambut semua pengunjung. Terdapat penginapan dan kedai minuman yang menyediakan bir gandum untuk para pelancong.
Orang-orang dengan lantang membicarakan urusan pribadi warga. Walikota Solomon yang tidak disukai Lu Li dan Elf Air justru sangat dicintai rakyat. Penduduk merasa berkat perlindungan maksimal darinyalah mereka terbebas dari gangguan bangsa orc dan gnoll.
"Jika suatu hari nanti pemain bisa menguasai wilayah, aku akan taklukkan Kota Tepi Danau ini." Elf Air memiringkan kepala cantiknya sambil menatap Lu Li, tersirat pertanyaan apakah dia akan merebutnya dariku kelak.
"Bagus, semoga hari itu datang." Lu Li mengangguk mantap menyetujui.
Dia juga merasa Kota Tepi Danau sangat cantik, tapi sama sekali tidak berniat menguasainya. Justru karena tempat ini terlalu nyaman untuk ditinggali - pemandangan indah, iklim ramah, dan berbagai ancaman di sekitarnya sebenarnya tidak sulit terselesaikan.
Kehidupan terlalu nyaman akan membuat manusia berkarat.
Yang disukai Lu Li adalah wilayah-wilayah yang terletak di garis depan perang, terlepas dari pemandangannya. Saat ini dia banyak menyusun strategi di wilayah Malam, bisa dianggap sebagai persiapan untuk masa depan.
Tapi, pemain yang bisa menguasai kota-kota mungkin masih jauh di masa depan.
"Aku berencana membeli rumah di sini. Kamu mau? Kita bisa jadi tetangga." Elf Air sepertinya tidak menolak ide jalan-jalan ini, bahkan terlihat sangat antusias.
Sekitar semua gadis memiliki skill bakat bawaan dalam berbelanja, baik di realitas maupun di dalam game.
Adik perempuan Lu Li, Lu Xin juga begitu. Meski dulu keluarga mereka miskin, bahkan setelah setengah hari berbelanja mungkin tak membeli satu barang pun, dia tetap akan sangat senang.
"Bagus, nanti kalau ada waktu luang bisa menginap di kota kecil ini." Mengawasi wajah yang berseri-seri karena shopping seperti adiknya, hati Lu Li pun melembut.
"Mumpung properti masih murah, ayo kita beli." Elf Air tiba-tiba mengusulkan beli rumah, tapi setelah dipikir-pikir ternyata sama sekali tidak merasa terpaksa.
Lu Li adalah si miskin, tak punya banyak uang di sakunya.
Tapi membeli rumah bukanlah pemborosan. Investasi paling stabil dan tak pernah rugi di game memang properti. Buktinya pulau kecil di tengah danau Darnassus miliknya.
"Di mana lokasi properti terbaik yang tersedia?" Si Kaya bertindak, tentu memilih yang paling premium.
"Properti terbaik tentu gubuk-gubuk kayu di tepi Danau Air Tenang." Petugas menjelaskan antusias: "Pasangan muda bisa menikmati matahari terbit di atas danau keemasan setiap pagi..."
“Apa yang kau omongkan, kami bukan…” Elf Air juga terlihat tak tahan, sekeras apapun sikapnya dia hanyalah gadis berusia dua puluh tahunan.
“Hah… Kalian tidak bersama?” Petugas sadar telah membuat kesalahan, bingung bagaimana menambal situasi. Jika bukan pasangan, buat apa beli rumah bersama sambil tertawa riang? Jelas-jelas ada hubungan terlarang!
“Apakah kau NPC manusia hidup yang nyata?” tanya Elf Air.
“Apa?! Kau tahu konsep NPC manusia hidup?!” Petugas itu terkejut, seolah ini merupakan rahasia besar.
Lu Li juga terpana. NPC manusia hidup? Meski dia terlahir kembali, tak pernah tahu hal seperti ini. Apakah sebagian NPC dalam game diperankan manusia nyata?
“Banyak NPC yang sering berinteraksi dengan pemain, direkrut perusahaan game 'Fajar' dari dunia nyata. Sebagian besar adalah tentara yang cacat. Di game, mereka tampil normal seperti orang biasa,” Elf Air berbisik menjelaskan di samping Lu Li.
Lu Li memandang NPC itu dengan sikap khidmat.
“Entah bagaimana kamu bisa menemukan, jangan sampai bocor ya. Dengan kewenanganku, aku bisa berikan diskon 10% untuk kalian.” NPC yang terbongkar ini berkata dengan senyum pahit.
“Tidak perlu. Tolong pilihkan dua rumah yang posisinya bagus dan saling berdampingan.” Elf Air menggelengkan kepala.
Lu Li mengerutkan kening, namun tak berkata apa-apa. Mengingat Elf Air sudah bersikap demikian, tak pantas baginya mengungkapkan keinginan akan diskon. Sungguh terasa kesenjangan antara anak orang kaya dan miskin.
“Dua rumah?” Petugas baru agak percaya bahwa hubungan sepasang ini masih murni.
Tapi setelah dipikir, rumah berdampingan atau tinggal dalam satu bangunan sebenarnya tak berbeda jauh. Jika berniat melakukan hal buruk, tetap mudah dilakukan.
