"Terjun ke medan perang demi Kota Tepi Danau-mu, cuma dikasih segini." Lu Li berpura-pura mau memukul orang tua itu, Elf Air buru-buru menahannya.
Tentu saja, dia cuma sok-sokan saja.
Wali kota ini termasuk unit bersahabat baginya, tidak bisa ditantang. Bahkan kalau benar-benar berkelahi, dia tetap tidak akan menang.
"Peraturan tugas maksimal cuma lima belas emas, aku juga tidak bisa apa-apa. Lima koin ekstra itu dari tabungan pribadiku." Solomon mengeluh sambil merasa perih: "Aku cuma wali kota kecil, bukan bangsawan sungguhan."
Perkataannya memang bukan omong kosong. Sumber daya alam Kota Tepi Danau tidak melimpah, namun kota ini bisa dibangun sebaik ini dan rakyat hidup makmur, wali kota pelit ini memang bukan manusia serakah.
"Baiklah, bagaimana dengan poin pengalamannya?" Lu Li tidak terlalu mementingkan emas. Kenyataannya, hadiah uang dari tugas memang selalu sedikit.
Wali Kota Solomon menyebutkan sebuah angka, Lu Li menghitungnya dan hanya cukup untuk menaikkan 4% levelnya. Sebenarnya untuk levelnya saat ini, misi yang bisa memberikan 4% pengalaman sangat langka, tapi dia tetap ingin lebih.
Misi perlindungan semacam ini biasanya memiliki ruang gerak yang sangat luas.
Semakin tuntas penyelesaiannya, semakin tinggi hadiahnya - tapi harus diperjuangkan sendiri, terutama ketika pemberi tugas adalah si kikir. Wali Kota Solomon jelas bukan tipe yang akan secara aktif meningkatkan hadiah tugas.
Wali Kota Solomon yang sudah kepayahan digebuk, sekaligus benar-benar khawatir Lu Li akan menyerah, akhirnya memberikan angka yang lebih besar.
Sekitar kenaikan 9%, tampaknya sudah mencapai batas-nya. Bagaimanapun Lu Li memaksa, dia tetap tidak melunak, bahkan mengancam akan mental tempayan pecah dengan rencana meninggalkan Kota Tepi Danau dan mundur ke Stormwind.
Lu Li sama sekali tidak percaya dia akan melakukan itu.
Selain dua puluh koin emas, ada paket pengalaman yang bisa membuat Lu Li naik 9% level.
"Untuk peralatan atau material, sama sekali tidak ada. Wali Kota Solomon justru menawarkan beberapa set ikan kering kecil pada Lu Li, tapi semuanya ditolak. Barang-barang kasar seperti ini bahkan tidak layak untuk memberi makan hewan peliharaan Can Meng."
"Kemarin aku mengirim seorang pengintai untuk menyelidiki area itu. Dia meninggalkan tanda rahasia berbentuk bunga Mei. Kalian bisa menghubunginya." Wali Kota Solomon berbicara dengan gesit.
Saat ini dia hanya ingin Lu Li dan Elf Air cepat-cepat pergi dengan hina.
"Satu permintaan terakhir." Lu Li tiba-tiba teringat sesuatu: "Setelah kami menyelesaikan tugas, kau harus memberikan pekerjaan untuk Keeshan dan kawan-kawan. Mereka adalah prajurit yang bisa melindungi Kota Tepi Danau. Ingatlah pelajaran ini, jangan sampai nanti kalau ada masalah baru kelabakan minta bantuan orang."
Wajah Elder Solomon memerah. Dengan suara parau dia mengaku sudah mendengar permintaan itu.
Setelah Lu Li pergi, barulah si orang tua ini kembali ke gudang dengan perasaan kecewa. Saat ini, gudang tidak lagi dipenuhi ikan kering kecil seperti sebelumnya, setidaknya tidak semuanya. Selain lebih banyak bom garam meledak, ada juga senjata, baju besi, kain, bulu binatang, mineral, dan material lainnya. Bahkan terdapat material langka serta tumpukan koin emas. Padahal Kota Tepi Danau ramai dengan aktivitas manusia, tidak seperti klaimnya yang mengatakan tempat ini tandus.
Inilah alasan mengapa dia menerima pemerasan Lu Li. Ketika uangmu sudah mencapai tingkat tertentu, kamu tidak akan peduli apakah memberi orang satu bakpao atau dua.
Lu Li menyewa perahu kecil lagi. Sebenarnya dia punya kapal sendiri, hanya saja tidak dibawa.
Kota Tepi Danau menyewakan kapal wisata. Tujuh koin emas bisa digunakan selama lima jam. Uang segini tidak berarti bagi mereka.
Saat Lu Li dan Elf Air kembali, beberapa orang termasuk Kieshann sedang menunggu di Danau Air Tenang. Mereka semua orang yang tahu batasan, tidak ada yang mabuk. Setiap orang telah mengenakan peralatan yang sudah diperbaiki.
"Pemburu Khasien, Penyihir Mesenna, Ksatria Suci Jorgensen, Prajurit Danvers, Pencuri Karakel, serta Lu Li dan Elf Air. Total ada tiga pencuri dalam pasukan, tidak ada penyembuh. Sebenarnya komposisi ini tidak ideal, tapi mengingat ini adalah misi penyusupan, formasi seperti ini justru lebih masuk akal."
"Apakah barang ini masih bisa digunakan?" Lu Li melemparkan tank ke lapangan kosong di depan mereka.
"Ini ternyata CTF-2 Goblin Tank! Barang bagus! Untukmu Danvers, perbaiki ini." Khasien menepuk pelapis besi yang membungkus tank itu dengan gembira.
Danvers yang pendiam maju untuk melakukan pemeriksaan, kemudian mengajukan beberapa material teknik.
Semua material bisa ditemukan Lu Li yang sendiri adalah engineer level tinggi.
Proses perbaikan yang sederhana hingga hampir mengabaikan ini selesai dalam sekejap. Tank yang sebelumnya compang-camping perlahan mulai aktif. Selain ahli teknik, Prajurit Danvers juga merupakan pengemudi ulung.
Lu Li memuji tanpa segan kemampuan teknik yang luar biasa ini.
"Jika Kamu ingin mempelajarinya, aku bisa mengajarkan skill perbaikan teknik ini padamu, sebenarnya tidak terlalu berguna." Prajurit Danvers berkata dengan ramah.
"Tentu saja, terima kasih atas kemurahan hati Anda." Lu Li sangat bersuka cita.
Danvers memberikan sebuah buku kepada Lu Li. Begitu membukanya, notifikasi sistem langsung muncul yang memberitahukan dia telah mempelajari skill Perbaikan Teknik.
Skill ini membutuhkan konsumsi material tertentu untuk memperbaiki benda-benda teknik yang rusak, memerlukan keahlian teknik level ahli dan memiliki kemungkinan gagal.
Menguasai satu keahlian baru berarti mendapat kesempatan penghasilan tambahan, apalagi kemampuan sakti seperti perbaikan benda-benda teknik.
Berkat pengetahuan dari kehidupan sebelumnya, Lu Li mengetahui banyak reruntuhan dan situs kuno yang menyimpan komponen teknik. Cukup memperbaiki beberapa saja, itu sudah menjadi kekayaan tak terduga.
Kemudian Lu Li mengeluarkan Bomb Garam Peledak.
“Empat puluh enam bomb garam meledak, kalian benar-benar jujur.” Kishar menyimpan bomb yang dibawa Lu Li, lalu mendorong kapal yang disewa Lu Li ke dalam air.
Lu Li terkekeh, lalu ikut naik ke kapal.
Yang mendayung adalah Penyihir Masonar. Dia melepaskan mantra api ke belakang, menggunakan daya dorong berlawanan arah untuk maju. Mungkin sering melakukan hal ini, perahu kecil melaju cepat dan stabil.
“Setelah tugas ini selesai, aku akan menggunakan keahlian ini menjadi nelayan.” Masonar berkata sambil tersenyum.
“Aku akan bertani. Kakekku, ayahku, semua menghidupi istri dan anak dengan bertani.” Ksatria Suci berbaju zirah perak yang gagah dan sakral ini ternyata hanya ingin menjadi petani.
Para pelaku lainnya juga mengutarakan rencana setelah kembali.
Kishar, legenda prajurit elit itu duduk di haluan kapal, menatap kosong ke air danau yang berkilauan. Setelah sadar, dia berkata: “Aku... mungkin akan kembali ke tinju.”
“Sebenarnya tidak perlu seperti ini, aku sudah berkoordinasi dengan Wali Kota Solomon. Dia akan menyediakan pekerjaan beridentitas untuk semua orang.” Lu Li berkata.
Mengira kabar baik ini akan disambut sorak gembira, nyatanya kelima NPC hanya menggelengkan kepala tak acuh. Kishan melihat suasana semakin canggung, menepuk bahu Lu Li sambil berkata: "Niatmu yang tulus sudah cukup, terima kasih saudaraku."
Sembari berbincang, Benteng Batu sudah terlihat jelas di kejauhan.
Benteng Batu pernah menjadi benteng pertahanan Alliance. Dalam Perang Besar Kedua, tempat ini direbut oleh Orc Batu Hitam dan masih diduduki mereka hingga kini. Berlokasi di bukit kecil bernilai strategis di sebelah timur Kota Tepi Danau, para Orc Batu Hitam ini terus-menerus merampok pelancong yang melintas, bahkan kerap berkumpul untuk mengganggu area pinggiran kota.
Bahkan kafilah Horde pun sering menjadi korban serangan mematikan mereka.
