Harus diakui, Lu Li sedang menyusun strategi besar. Segalanya dirancang sejak mengetahui Shiyishao memakai Set Armor Prajurit Gila Azada's.
Dia lebih memilih menghabiskan waktu lebih lama untuk mengasah HP Shiyishau, daripada menggunakan satu pun skill armor break padanya.
Dalam kondisi lima bintang yang mengurangi setengah Armor, seberapa tinggi pun bonus Armor set Shiyishao, pasti akan berdampak besar. Tapi Lu Li sengaja tidak menggunakannya, seolah skill ini sama sekali tidak penting baginya.
Tapi kalau tidak penting, mengapa dia menghabiskan sisa-sisa skill point-nya untuk meningkatkan skill ini begitu mendapatkannya?
Semua demi menunggu momen kritis seperti sekarang.
Di awal pertandingan tim, Lu Li sebenarnya punya kesempatan menggunakan skill ini untuk membunuh Hanxian Bubudian. Tapi dia harus mempertimbangkan faktor interferensi lain.
Bukan Lu Li yang mengontrol "Fajar", segalanya tak mungkin berjalan sesuai rencananya.
Bagaimana jika Fajar Bersayap punya skill penyelamat seperti "Intervene"-nya Shiyishao atau skill lain?
Karena itu dia menahan diri dan menunggu kesempatan.
Kemudian, dia terus-menerus mengganggu Hanxian Bubudian tapi tak kunjung membunuhnya, menciptakan ilusi perlawanan sengit bagi tim Fajar Bersayap.
Lu Li memang tipe orang yang tak akan menyerah sebelum melihat peti mati, jadi tidak ada yang merasa aneh.
Saat Fajar Bersayap memutuskan serangan terpusat ke Shamans Luo Ying Hui Yi, Lu Li tahu kesempatan yang ditunggunya tiba. Dengan diam-diam ia mengumpulkan lima Combo Point, skill Armor Penetration siap menusak armor kain rapuh Hanxiao Bubudian kapan saja.
Dalam pertempuran tim seperti ini, perintah serangan terpusat ke satu target pasti membuat semua anggota berhamburan maju sekaligus.
Hanxiao Bubudian juga bergerak mendekat, dia harus memastikan HP rekan satu tim tetap di atas batas aman.
Tiba-tiba ia merasa dingin menusuk di punggung - tanda Lu Li yang menyelinap di sisinya sedang unjuk kehadiran lagi. Dalam hati ia meremehkan gelar "Nomor Satu Fajar" ini.
Kalau sudah tahu itu mustahil, kenapa tidak bisa lebih legawa?
Profesi armor kain di jalanan bisa asal kamu bunuh dengan satu set skill, tapi lihatlah HP dan peralatan kami. Sebagai pastor yang fokus pada survival di arena, mana mungkin mudah terbunuh?
Lalu Hanxiao Buanbudian langsung dipukul hingga pingsan.
Dia tahu taktik Lu Li - Serangan Bayangan dengan tingkat penyelesaian tinggi yang bisa memingsankan lawan sudah bukan rahasia lagi.
Tapi apa yang bisa dilakukan dalam satu detik? Bahkan jika Hanxiao Buanbudian tidak menyembuhkan tim selama 3-5 detik, mereka tidak dalam bahaya. Apalagi Shiyishao dengan pertahanan super tinggi tidak butuh perawatan darinya.
Saat Hanxiao Buanbudian baru tersadar belakangan bahwa damage Serangan Bayangan ini melebihi imajinasinya, letusan skill Lu Li sudah selesai.
Dua tebasan biasa, tiga skill, lalu Skill Akhiran langsung menghabisi Hanxiao Buanbudian sekejap, membuatnya bahkan tak sempat menyelesaikan teriakan minta tolong.
Mengapa bisa begini?
Bukan hanya Hanxiao Buanbudian yang kebingungan total, rekan satu timnya juga sama-sama tak mengerti apa yang terjadi di kepala mereka.
Seperti adegan di mana Lu Li menyerang Hanxiao Banbudian sebelumnya, ini sudah terjadi beberapa kali. Bahkan jika dibiarkan bertindak semaunya, itu hanya akan mengurangi setengah HP. Begitu lepas dari kendali, Hanxiao Banbudian bisa langsung memulihkan dirinya sendiri dengan cepat.
Tapi hasil kali ini mengalami perubahan yang sangat drastis.
Lu Li ternyata hanya membutuhkan beberapa detik saja untuk mengalahkannya.
"Bunuh Jejak, kenangan Haus Darah sudah siap, langsung gunakan!" Lu Li tidak membeku. Dia langsung menerjang Jejak yang HP-nya tersisa paling sedikit. Dengan adanya Pastor, 40% lebih HP sebenarnya bukan masalah besar. Tapi begitu tidak ada Pastor, bagaimana mungkin sisa darah segini bisa bertahan dalam pergulatan?
Pertandingan tim menggunakan mode 5+1. Lima orang masuk ke arena, satu lagi menunggu di luar sebagai ban cadangan. Begitu ada yang tewas di arena, ban cadangan bisa masuk setelah hitungan detik.
Hitungan detik ini umumnya adalah sepuluh detik.
Namun, dengan mempertimbangkan jarak dari titik awal Fajar Bersayap ke lokasi pertempuran, ditambah beberapa detik untuk menempuh perjalanan, Lu Li dan kawan-kawan mendapatkan timing berharga.
Dalam belasan detik ini, Fajar Bersayap tidak memiliki penyembuh!
Begitu Lu Li meneriakkan nama Jejak, Moonlight langsung maju ke medan tempur mengunci gerakannya, bola api Fat Monkey menghantam tepat di wajahnya, sementara Lu Li tanpa ragu mengaktifkan percepatan.
Setelah membunuh Pastor, situasi Pedang Penghakiman di medan ini telah membaik signifikan, meski belum saatnya untuk berleha-leha.
Maka prinsip "bunuh satu kurangi satu" tetap berlaku. Lu Li harus membuka jalan menuju kemenangan secara tuntas dalam waktu terbatas. Jejak yang malang, tanpa provokasi apapun, hanya karena HP-nya rendah menjadi target pertama.
Sebagai pemain senior di arena, Jejak memuntahkan semua skill penyelamatannya. Asal bisa bertahan sampai anggota keenam mereka datang, nyawanya mungkin terselamatkan.
Pemain keenam Fajar Bersayap adalah Shamans penyembuh, ID-nya "Keberuntungan level", kemampuannya cukup bagus. Asalkan bisa segera datang, mereka masih bisa membentuk pasukan sekuat ini yang semula.
Sayangnya Lu Li tidak akan memberi mereka kesempatan seperti ini. Sebuah pedang pencabut senjata melucuti busur panjang Hui Ji, lalu menghujani pukulan padanya.
Banyak skill pemburu membutuhkan senjata busur silang. Kondisi ini hampir setara dengan penyihir yang dibungkam, ditambah rekan setim sudah tidak bisa membantunya lagi, akhirnya ia tumbang dengan penuh amarah.
Tentu saja anggota Fajar Bersayap tidak diam saja. Luo Ying Hui Yi akhirnya gagal melepas skill Haus Darah, dia pun ikut tumbang.
Di arena saat ini, jumlah pemain kembali seimbang dengan 4 orang di setiap sisi. Tapi jangan lupa, pemain keenam Pedang Penghakiman belum turun. Untuk melawan Fajar Bersayap, kali ini yang dijadikan pengganti tim bukan Mu Qiu, melainkan Mao Mao Ai Chi Rou.
Karena begitu Hujan Maret terbunuh dalam serangan terpusat, bahkan Mu Qiu yang turun pun tak bisa menolong.
Justru dengan tambahan satu damage dealer, baru ada harapan memulihkan sedikit vitalitas dalam kekalahan pertandingan tim.
Shamans "Keberuntungan" dari Fajar Bersayap tiba tepat waktu, menghancurkan harapan Pedang Penghakiman untuk membunuh satu lagi. Lu Li terpaksa menghentikan serangan ke Mimpi Kembali Tiga Belas.
Sebab dia sendiri kini jadi target serangan terpusat, HP-nya sudah terkuras lebih dari separuh.
Shiyishao, Mimpi Kembali Tiga Belas, dan Sok Cepat Angin sedang menyerangnya bertiga. Jika bukan karena lencana Hujan Maret yang membatalkan kontrol dan menyembuhkannya, mungkin dia sudah tewas.
"Houzi jangan nekat maju, kita bertahan dulu tunggu Kucing datang." Lu Li menghentikan Mage Api yang hendak menyerbu. Mereka mulai berkumpul menunggu bala bantuan.
Empat lawan empat masih minta bantuan, tidak bermoral!
Ini adalah kesan langsung yang dirasakan oleh semua orang di atas panggung maupun di bawah. Namun Fajar Bersayap memang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap "landak" ini. Meski demikian, mereka tetap harus dengan gigih melakukan serangan aktif. Jika tidak, saat Mao Mao Ai Chi Rou tiba, kesempatan mereka akan semakin kecil.
Kedatangan Mao Mao Ai Chi Rou benar-benar menentukan hasil akhir pertandingan ini.
Pedang Penghakiman meraih kemenangan dengan nilai sempurna, sementara Fajar Bersayap hanya mendapatkan dua poin. Ini menjadi pencapaian terburuk mereka sepanjang Edisi kali ini. Yang lebih menyakitkan hati adalah taktik yang awalnya mereka yakini penuh, akhirnya berakhir seperti "mengambil air dengan keranjang bambu" - usaha yang sia-sia.
Meski begitu, gelar "Dewa Perang Emas" untuk Shiyishao tetap diteriakkan oleh para pendukung.
