Sebagian tumbuhan tumbuh di lumpur lunak, sementara yang lain lebih suka menancap di wilayah yang relatif keras. Tentu saja tidak menutup kemungkinan adanya pengalaman lain yang muncul.
Area Batu Persembunyian yang luas ini selamanya tidak akan pernah disukai. Selain penampilan menjijikkan Ooze, lingkungan buruk di sini dengan ribuan rawa lumpur besar kecil yang tersebar. Jatuh ke dalamnya berarti akhir tragis mayat tak bersisa, bahkan rekan yang menguasai Mantra Kebangkitan pun tak bisa menolong. Beberapa orang menganggap rawa-rawa ini sebagai sarang Ooze, tempat terciptanya makhluk aneh ini.
"Ikuti di belakangku, jangan sembarangan jalan..." Peringatannya ternyata agak terlambat. Seorang pemburu terperosok, hampir tertelan rawa lumpur.
"Hadapi kejadian mendesak seperti ini tanpa panik, karena kepanikan tak menyelesaikan masalah. Genggam erat!" Dengan cepat Lu Li mengeluarkan tongkat sihir sampah dari tasnya dan mengulurkannya ke arah pemburu.
Siapa pun yang mengalami situasi seperti ini pasti akan kaget, pemburu pun tidak terkecuali. Setelah kehilangan keseimbangan, dia mulai melompat-lompat kegirangan. Kemudian mendengar suara tenang Lu Li, dalam perjuangannya berhasil menggenggam "jerami penyelamat" yang diulurkan Lu Li, lalu diseret keluar dari rawa olehnya.
Ratusan orang mengawasi rawa yang masih menganga seperti mulut raksasa, ekspresi mereka memucat.
"Jangan sampai takut seperti ini. Sebenarnya selama bisa tenang menyusun strategi, ini bukan masalah besar. Jika kalian benar-benar khawatir, carilah tali untuk mengikatkan diri dengan orang lain. Dengan begitu tidak perlu takut terjatuh dan tidak bisa naik." Sambil berkata demikian, Lu Li langsung mengubah senjata menjadi busur silang dan melepaskan panah ke arah gumpalan lumpur.
Gumpalan lumpur itu langsung bergerak-gerak setelah diserang, perlahan berubah menjadi monster bermata – makhluk Lumpur hidup yang menghuni lingkungan mirip rawa seperti ini.
Monster Ooze level 50 memiliki serangan tinggi dan pertahanan tinggi, dilengkapi dua skill: menyemprotkan racun dan terbelah. Ditambah kemampuan menyamar yang baik, jika pemain solo diserang, benar-benar mungkin tewas di sini.
Panah yang ditembakkan Lu Li hanya memberikan damage belasan poin, lebih rendah dari perkiraannya.
Tapi dia masih punya tim. Hujan skill menghujani Ooze, membuat angka damage belasan hingga puluhan bertubi-tubi bermunculan di atas kepalanya. Hampir tidak ada yang melebihi 100. Monster itu pun tewas sebelum sempat mendekati Lu Li, toh cuma monster biasa.
"Bos, dapat equipment putih polos." Tanpa Can Meng, seorang pemain yang dikenal beruntung mengais mayatnya. Hasilnya, seperti diduga, sampah.
"Tak apa, lanjutkan. Tak perlu sebanyak ini. Bagi diri jadi grup 20 orang bebas. Hati-hati jangan jatuh ke lumpur." Lu Li mulai membagi tugas.
"Lima orang saja cukup." Karena Lu Li dianggap mudah diajak bicara, ada yang berani mengajukan pendapat berbeda dalam situasi ini.
“Sebagian besar Ooze/Lumpur hidup memiliki skill terbelah. Jika tidak bisa membunuh dalam waktu singkat, mereka akan terbelah menjadi banyak monster kecil. Darah tipis tapi serangan tidak rendah, kalau tidak berhati-hati bisa memakan korban jiwa. Lebih aman menyerang cepat dengan banyak orang.” Lu Li menjelaskan.
“Bos masih yang paling paham.”
Topografi wilayah ini disebut cekungan, tapi sebenarnya tidak rata dengan banyak Batu Raksasa tersebar. Sebagian besar tertutup lumpur hitam, beberapa terlihat jelas menghalangi penglihatan. Tempat refresh Peti harta banyak terdapat di balik batu raksasa, celah antara dua batu besar, atau gua kecil yang terbentuk alami dari tumpukan batu.
Biasanya perancang tidak akan menempatkan Peti harta dalam lumpur. Itu bukan tersembunyi, tapi menguji kesabaran.
"Elder troll bilang ini harta berharga," Lu Li sebenarnya agak meragukannya. Bagaimana mungkin seorang tetua suku yang merosot, apalagi yang jadi tawanan, punya barang bagus? Dia cuma berharap bisa cepat menemukannya dan kembali leveling. Kalau sampai ratusan orang harus menemaninya mencari seharian, utang budi yang harus dibayar akan sangat besar.
Seiring berjalannya waktu, Lu Li akhirnya tak tahan lagi: "Sudahlah, terlalu sulit dicari. Semua pulang saja, terima kasih untuk hari ini."
"Boss bercanda ya? Sudah cari lama begini, masa menyerah gitu saja? Kami kan juga nggak ada urusan penting. Membunuh monster di sini kan sama saja leveling!" Lu Li ingin menghemat waktu orang lain dengan menyerah, tapi anggota tim malah protes.
Mustahil tidak terharu, karena klaim bisa leveling di tempat ini jelas omong kosong.
Sistem "Fajar" untuk membunuh monster di atas level memang tidak memberikan hadiah melimpah. Berbagi pengalaman satu monster ke 20 orang jelas jauh lebih buruk dibanding area lain. Klaim mereka bisa tetap leveling hanyalah upaya menenangkan Lu Li.
Yang lain juga serentak menyatakan tak apa-apa.
Seolah-olah mengancam akan menangis jika tak diizinkan ikut, Lu Li akhirnya menyerah dan melanjutkan membunuh monster serta mencari Peti harta.
"Bos, cepat ke sini! Aku seperti melihat peti harta." Begitu terdengar teriakan itu, semua yang hadir langsung berkerumun - kecuali yang masih sibuk membunuh monster. Seluruh peta Batu Samaran telah diobrak-abrik, Ooze/Lumpur hidup pun habis dibantai. Sayangnya setelah berjam-jam mencari, hasilnya nihil. Bahkan mulai timbul kecurigaan bahwa Lu Li telah dipermainkan Elder troll.
Lu Li mengamati lama-lama, tetap tak menemukan Peti harta. Di depan mereka hanya dua Batu Raksasa yang hampir menyatu - lebih mirip bukit kecil. Celah di tengahnya terlalu sempit untuk dimasuki bahkan dengan badan menyamping, termasuk untuk cewek sekalipun. Kecuali yang benar-benar "datar", tapi di game ada opsi penyesuaian tubuh jadi mustahil ada cewek yang sedatar itu.
"Hanya dari posisiku ini bisa terlihat, Bos. Kamu ambil tempatku." Pemain itu mengosongkan posisinya.
"Aduh, tersembunyi dengan sangat rahasia." Berdasarkan sudut pandang yang ditunjukkan pemain itu, Lu Li barulah melihat posisi Peti Harta.
Jika bukan karena sinar matahari yang kebetulan menyusuri celah dan menyinari Peti Harta keemasan di atasnya, memantulkan sedikit cahaya, meski sudut pandang dipilih sebaik mungkin, dalam kegelapan lubang hitam itu mungkin tidak terlihat apa-apa.
Sekarang masalahnya muncul, bagaimana cara membuka Peti Harta ini?
Pertama harus menjadi pencuri, lalu harus memiliki skill Membuka Gembok tingkat empat, terakhir adalah bisa menyelip masuk ke celah sempit ini. Semua orang saling pandang dengan wajah bingung.
Kebanyakan di sini adalah elit guild Fajar, namun sama sekali tidak punya cara.
"Aku akan coba." Lu Li mengaktifkan skill Putra Hutan, berubah menjadi macan tutul kecil keemasan yang nyaris bisa masuk ke celah ini. Sebenarnya di ikat pinggang barunya ada efek kabut tambahan yang memungkinkannya melewati topografi yang biasanya tidak bisa dilalui, jelas lebih mudah untuk membuka Peti Harta. Tapi itu akan menjadi menyia-nyiakan talenta besar, tidak perlu mengekspos kemampuan lainnya.
Lu Li dengan susah payah menyusup masuk, setelah masuk baru menyadari ada dunia lain di dalamnya.
Batu Raksasa itu berongga, seperti dua mangkuk yang ditangkupkan, membentuk ruang yang bisa menampung belasan orang. Di mana-mana berserakan tulang-tulang membusuk, langkah ringan macan tutul kecil di atasnya terus mengeluarkan suara kretek-kretek patahan.
Di posisi pusat terdapat Peti Harta keemasan yang menjadi target Lu Li.
