Hanya dalam satu putaran ini, Lu Li berhasil menguras lebih dari dua ribu HP kurcaci pencuri.
Sebenarnya, tujuannya bukan sekadar dua ribu HP itu. Dua ribu lebih HP ini tidak bisa menentukan kemenangan/kekalahan pertarungan, mengingat Buku Ur memiliki Waktu Tunggu yang sangat panjang, sementara total HP sepuluh ribu kurcaci pencuri jelas tidak akan kehilangan keunggulan hanya karena kehilangan dua ribu.
Yang utama adalah menghancurkan keyakinan diri lawan.
Kurcaci pencuri tentu tidak tahu bahwa Buku Ur Lu Li memiliki batasan Waktu Tunggu sepanjang itu. Dia hanya merasa pencuri ini benar-benar mengerikan ala Nima, tidak mengikuti pola umum.
Keyakinan semula bahwa "Aku memiliki pengajaran satu arah dari master" telah hancur total.
Setidaknya, gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengajarinya berubah menjadi manusia serigala, apalagi serigala besar dengan peningkatan sebesar itu.
Inilah perbedaan antara pemula dan prajurit sejati. Kepercayaan diri pemula dibangun di atas faktor eksternal, sementara Lu Li yang berpengalaman tempur ditambah pengetahuan dua tahun dari kehidupan sebelumnya mampu menghancurkan kurcaci pencuri level 48 ini hingga tak tersisa.
Seorang pencuri yang bahkan belum lulus ujian, apa lagi yang tersisa setelah kepercayaan dirinya hancur?
Saat dia menyadari Lu Li takkan lagi menggunakan skill berubah serigala, pertempuran telah lepas dari kendalinya. Pisau belati Lu Li tertancap di lehernya, skill Mati Leher dengan lima Combo Point sudah siap dilepaskan.
"Kamu kalah." Lu Li menarik kembali senjatanya tanpa khawatir lawannya akan mangkir janji.
HP-nya masih tersisa seribu lebih, bisa dikatakan dia menyelesaikan ujian ini dengan keunggulan mutlak.
"Ya, kau memang lebih unggul dariku." Kurcaci pencuri itu menunduk, postur kecilnya membuat Lu Li tak bisa melihat wajahnya. Namun dari nada bicaranya, bisa dibayangkan betapa lesunya ekspresinya.
“Sesungguhnya keunggulanku dibandingmu hanyalah pengalaman tempur.” Lu Li berkata dengan keterusterangan: “Aku telah bertarung dengan berbagai jenis lawan, mulai dari petualang licik hingga BOSS ganas. Banyak yang kukalahkan, tapi juga sering terkalahkan. Sedangkan kamu, sepertinya belum pernah keluar dari Manor Ravenholdt kan?”
“Ternyata begitu…” kurcaci pencuri itu membeku sejenak, bergumam pelan.
“Bolehkah aku bertanya, apakah ujian ini sudah kulalui? Masih adakah tantangan lain?” tanya Lu Li.
“Aku pun tak tahu masih ada ujian atau tidak. Tapi ada satu tugas dariku: kau harus mengikutiku melihat sesuatu.” Sang kurcaci pencuri memanggil mount burung gagak.
Dasar, bahkan mount-nya saja yang langka! Sambil memanggil kuda perang Ksatria Tak Berkepala, Lu Li menggerutu dalam hati tentang si anak orang kaya generasi kedua ini.
Mount burung gagak itu bernama lengkap Kendali Dewa Gagak, sejenis kendaraan dengan kecepatan luar biasa.
Banyak orang tidak tahu bagaimana mendapatkan mount ini. Sebenarnya, mount ini bukan hadiah reputasi, bukan dijatuhkan dungeon, apalagi dijatuhkan secara acak di alam semesta, melainkan dijatuhkan secara acak setelah membunuh BOSS misi khusus Raja Gagak Anzu dalam misi bentuk terbang epik Druid.
Dahulu kala, Dewa Gagak Anzu terkena kutukan sehingga kehilangan kemampuan terbang. Karena itu, mount ini hanya bisa kabur tapi tidak bisa terbang.
Lu Li menggerutu dalam hati tentang kurcaci pencuri, tanpa sadar si kurcaci pencuri juga sebenarnya sedang menggerutui dia dalam hati. Meski mount gagak terlihat keren, tetap tidak bisa menyaingi kuda perang Ksatria Tak Berkepala.
Lagi pula mount kurcaci pencuri itu diberikan oleh mentor, sedangkan Lu Li jelas-jelas mengandalkan kemampuannya sendiri.
Selain rasa iri karena tidak bisa sok gaya, sebenarnya kurcaci pencuri juga cukup mengagumi Lu Li. Setidaknya dari orang-orang yang pernah dia temui, jarang ada yang memiliki vitalitas dan semangat hidup yang pesat seperti ini.
“Apakah kamu juga murid Garona?” Lu Li mendadak bertanya untuk mencari informasi.
“Tentu tidak, meski nama guruku tak bisa kusebutkan, tapi dia sama sepertiku - seorang kurcaci. Guruku sangat hebat, tak kalah dari Yang Mulia Garona.” Nada bicara kurcaci pencuri itu penuh kebanggaan.
“Mengapa kamu yang memimpin ujian untukku?” tanya Lu Li.
Secara hitungan, dia sebenarnya menggunakan taktik licik dalam ujian ini. Kalau tidak, mungkin saja tidak bisa lolos. Tingkat penyelesaian kurcaci pencuri itu tidak kalah, dan anggota ini setidaknya memiliki dua keterampilan penguatan.
“Hah…” Ekspresi kurcaci pencuri itu langsung masam, dia mengatupkan gigi: “Karena kekuatanku yang paling lemah.”
Lu Li langsung terdiam. Alasan itu memang luar biasa kuat.
“Ayo.” Kurcaci pencuri yang menunggangi mount gagak itu dengan mudah melihat sekelompok Kodo yang perlahan mendekat dari kejauhan.
"Kodo-kodo ini beragam bentuknya, tapi semuanya memiliki ciri khas yang signifikan, yaitu langkah kaki yang terhuyung-huyung, lamban dan berat, jelas-jelas sudah tua dan hampir mati."
"Ini Tanah Berduka?" Lu Li merasakan sesuatu di hatinya, melalui pengamatan terhadap Kodo-kodo ini ia menentukan posisinya sendiri.
Sebelumnya dia pernah datang ke Tanah Berduka, hanya saja tidak sampai ke area di bawah kakinya ini. Di sini tidak ada sumber daya maupun monster, berlari jauh pun belum tentu bertemu seorang manusia, hanya kalajengking-kalajengking yang terpisah-pisah berkeliaran di tanah gersang. Bahkan di Tanaris yang gerah sekalipun, masih bisa dilihat keramaian orang yang lalu lalang.
Kesunyian di tempat ini membuat seseorang merasa kehidupan mereka perlahan-lahan sirna.
"Benar, kita cukup mengikuti saja. Ngomong-ngomong, pernahkah kamu melihat Kodo sebelumnya?" Si kurcaci pencuri menepuk kepala burung gagak, mount gagak pun perlahan mengikuti dari belakang.
“Pernah, beberapa hidup di area liar, beberapa adalah mount Minotaur yang dipelihara secara bebas, sebelumnya aku punya dua ekor.” Lu Li menggambarkan jenis mount tersebut.
Kodo putih murni langsung membuat kurcaci pencuri penuh harapan, juga secara samar-samar menumbuhkan keinginannya untuk berpetualang ke luar. Di luar tidak hanya bisa melatih kekuatannya, tapi juga ada kekayaan tak terbatas.
“Mari kita lihat ke mana Kodo-Kodo ini pergi.”
Kodo tua yang sekarat ini terlalu lambat. Kalau bukan karena Lu Li memang penasaran dengan tujuan makhluk-makhluk ini, dia mungkin benar-benar merasa bosan.
Secepat apa pun kecepatannya pasti ada titik akhir. Tak lama kemudian mereka tiba di suatu wilayah. Di sudut Tanah Berduka terdapat cekungan yang bernama "Kuburan Kodo" – inilah tujuan mereka.
Wilayah ini dipenuhi tulang putih yang tandus, hanya sesekali ada satu dua Elang Botak terbang melintas. Kerangka raksasa tersebar di seluruh cekungan.
Kodo-kodo tua ini berbaris rapi, dengan tenang melangkah satu per satu menuju kuburan mereka, lalu menunggu dengan diam akan berakhirnya kehidupan di sini—sungguh menggemparkan hati, Lu Li juga tak menyangka ada adegan seperti ini di dalam game. Suasana di sini dengan kerasnya menafsirkan apa yang disebut sebagai titik akhir dan maut.
"Guruku dulu sering membawaku ke sini untuk melihat Kodo." kata kurcaci pencuri itu.
"Terima kasih." ujar Lu Li penuh rasa syukur.
Secara jujur, dia paham makna dibalik ajakan kurcaci pencuri menonton Kodo setelah ujian tersebut. Namun sebenarnya, hasil yang dia peroleh tidak banyak—kepasrahan akan penyakit adik perempuannya di kehidupan sebelumnya, perjalanan intuitifnya kembali ke tiga tahun lalu, terlalu banyak hal terkait kehidupan dan kematian di sini.
Bisa dikatakan dia adalah orang yang pernah mati dalam keputusasaan. Tentang kematian, tak ada lagi yang bisa memahaminya lebih mendalam darinya.
Inilah alasan dia tak pernah menyerah berusaha.
