"Terima kasih, mungkin aku masih agak kekanak-kanakan." Galarmo menggaruk-garuk kepala dengan malu.
Kalau dipikir-pikir, strategi Lu Li sama sekali tak bermasalah. Di aula tambang yang penuh sesak itu, gegabah menerjang hanya akan jadi bunuh diri. Bahkan Galarmo sendiri bingung, bagaimana cara membunuh begitu banyak target tanpa kerugian.
Dan sepertinya Lu Li telah menyelesaikan masalah hanya dengan satu bom.
"Manusia tumbuh perlahan-lahan, terutama dalam hal pertempuran. Sekarang bisakah kau memberitahuku isi ujian tahap berikutnya?" Lu Li dengan susah payah menepuk bahu kurcaci pencuri itu. Gerakan dengan perbedaan tinggi badan seperti ini memang cukup merepotkan.
"Tahap berikutnya?" Galarmo membeku sejenak, lalu tersadar: "Tidak ada."
"Tidak ada?" Lu Li agak terkejut.
"Ya, apakah kau belum puas? Mentorku hanya merancang tiga mata rantai ini. Tahap pertama menguji apakah kau selalu waspada terhadap bahaya tak terduga, tahap kedua menguji tingkat penyelesaian skill-mu sekaligus membuatmu mengalami makna kematian, tahap ketiga menguji teknik penyamaran dan pertempuranmu. Kau lulus semua tiga tahap ini." Galarmo menjelaskan.
"Kalau begitu kapan aku bisa menemui mentor?" Hati Lu Li merasa lega.
Setelah melewati tiga ujian ini, semangat yang awalnya menggebu pun mulai mereda. Saat ini, menjelang pertemuan dengan legenda pencuri Garona, kecemasan mulai merayap di hatinya.
Garona mungkin bukan petarung super seperti Medivh atau Malfurion, namun perannya sama pentingnya dalam mendorong perkembangan sejarah Azeroth. Bahkan bisa dikatakan dia termasuk tokoh kunci yang menentukan.
"Kapan saja bisa." Kurcaci itu memberi hormat ke arah lapangan kosong di samping: "Yang Mulia, misi hamba telah terlaksana. Kini hamba akan kembali melapor."
Lu Li nyaris terlonjak. Apakah ada orang lain di sini? Ia terkesima dengan persepsi Garona yang begitu tajam, sementara dirinya sendiri sama sekali tidak merasakan keberadaan siapa pun.
Begitu kata-kata Garona menggema, suara bergema dari belakang Lu Li: "Sampaikan salamku pada mentormu. Terima kasih telah menguji murid ini."
Pencuri kurcaci itu menggaruk-garuk kepala dengan canggung, lalu memanggil mount dan pergi meninggalkan tempat itu.
Lu Li berbalik tubuh dengan kaget, melihat sebuah bayangan hitam berdiri di belakangnya. Rupanya Galamo juga tidak memastikan posisi pengikut ini, dia hanya sudah tahu sebelumnya Garona berada di sini.
Bayangan itu tampaknya mengenakan jubah lebar yang menyelimuti tubuhnya yang tidak terlalu tinggi.
Di atas jubah terdapat ribuan ukiran mantra yang saling menjalin, membuat cahaya terus-menerus berdistorsi. Meski Lu Li bisa melihat sosok di hadapannya, wajah asli lawan bicaranya tetap tak terlihat.
Minimal ini adalah peralatan level legenda, sangat mungkin berupa semi-artefak suci yang lebih mulia dibanding jubah Medivh yang terbuat dari bulu semi-dewa.
"Salam hormat, Yang Mulia Grandmaster." Lu Li membungkuk dalam-dalam.
Ini adalah bentuk penghormatan kepada petarung kuat. Kehadiran makhluk yang berada di puncak profesi pencuri ini membuatnya lebih terguncang dibanding saat bertemu Medivh.
"Kamu lulus ujianku. Sekarang bisa memanggilku mentor." Suara Garona terdengar serak.
“Mentor.” Lu Li menjelaskan dengan lancar. Mulai sekarang dirinya bisa dianggap memiliki orang belakang panggung. Meski "orang belakang" ini tak mungkin membantunya mengganggu orang lain, setidaknya bisa mengajarkan beberapa teknik pembunuh. Manor Ravenholdt pun kini memiliki sosok yang mampu melindunginya.
“Beri padaku bom yang baru saja kau gunakan tadi.” Grandmaster bangsa orc itu mulai menagih properti muridnya.
Tentu saja Lu Li tidak akan menolak. Karena kelangkaan Starwood, saat ini dia hanya bisa memproduksi sedikit untuk dibawa ke mana-mana. Di tasnya hanya tersisa empat atau lima buah.
Begitu bom dikeluarkan dari tas, benda itu langsung melayang di udara dan mendarap di tangan Garona.
Setelah mengamati sejenak, Garona baru berbicara dengan nada terkejut: “Ini ternyata bom Avi! Barang langka seperti ini, pantas saja mudah digunakan.”
Saat ini teknik rekayasa mampu memproduksi berbagai jenis bom, namun semuanya memiliki kekurangan serius. Tak ada yang bisa menandingi bom karya Avi.
"Jika Mentor menyukainya, silakan diterima." Lu Li segera menanggapi.
Siapa tahu sang mentor yang sedang senang ini langsung memberinya sebuah skill book penguatan. Menukar satu bomb dengan sebuah skill book - bahkan sepuluh bomb untuk satu skill book pun tak masalah baginya.
"Daya hancurnya terlalu kecil." Garona menggelengkan kepala, mengembalikan bomb itu.
Ternyata dianggap tidak memenuhi syarat, Lu Li agak canggung: "Mentor, aku berharap bisa menerima ajaranmu. Meski bakatku biasa, tapi usahaku sangat gigih. Di kalangan petualang saat ini, aku sudah percaya diri bisa menghadapi siapa pun."
Ia memilih pendekatan langsung: Aku datang untuk belajar kemampuan praktis. Langsung saja sebutkan syarat yang kau tetapkan untuk mengajariku.
"Bagaimana kau mengetahui keberadaanku?" Garona tidak langsung berdiskusi tentang kemungkinan mengajar Lu Li, malah mengajukan pertanyaan di luar konteks.
"Murid suka membaca buku-buku non-formal, dan melalui rekaman kebetulan saya berkenalan dengan anggota pendiri Biro Intelijen Tujuh. Setelah mendapat konfirmasinya, barulah saya tahu Yang Mulia berada di Manor Ravenholdt." Lu Li menjawab jujur.
Alasan seperti ini hampir tak terbantahkan. Mengenai siapa di Biro Intelijen Tujuh yang mungkin menguasai informasinya, Garona tak perlu bertanya pun sudah tahu.
"Alasan saya bersedia menjadi mentormu, selain karena tingkat penyelesaian tugasmu yang sangat tinggi dalam organisasi, juga menghormati cincin di jarimu. Pernah suatu kali saya hampir mati, tuan cincin inilah yang menyelamatkanku." Garona bahkan lebih blak-blakan daripada Lu Li.
"Sebenarnya saya juga belum pernah bertemu Yang Mulia Cenarius. Cincin ini saya dapatkan secara tak sengaja." Suara Lu Li terdengar agak putus asa.
Jika bicara warisan generasi, jelas dia lebih cocok sebagai penerus Cenarius. Sayangnya Cenarius bukan pencuri, dan hampir tak ada yang tahu lokasinya sekarang - bahkan kedua anaknya sendiri pun tak tahu keberadaannya.
“Semoga kamu tidak mencoreng identitasnya. Buku ini sebagai hadiah pertemuan.” Garona melemparkan sebuah buku.
Lu Li menangkapnya dan langsung berseri-seri. Buku itu ternyata berjudul "Samaran yang Diperkuat", skill dasar yang sangat langka dan berharga.
Meski semua skill penguatan tergolong jarang, tetap ada perbedaan kualitas. Berdasarkan utilitas sehari-hari, beberapa skill diagungkan sebagai skill dewa oleh para pencuri.
Adakah skill yang lebih penting dari penyamaran?
Oleh karena itu, "Samaran yang Diperkuat" di tangan Lu Li ini benar-benar barang langka sejati. Setelah dipelajari, bisa dibayangkan betapa misteriusnya teknik penyamaran Lu Li nanti.
Teknik peningkatan esensial seperti ini jelas tidak bisa disamakan dengan beberapa peralatan penambah penyamaran. Semakin mendalam penguasaan skill, keterampilan penguatan akan mengalami perubahan kualitatif.
Bisa jadi nanti penyamaran tidak lagi terlihat seperti penyamaran biasa.
“Jika ada Tingkat Penyelesaian Skill yang mencapai 100 persen, mintalah melalui penghubungmu untuk bertemu denganku. Jika ada tugas, aku juga akan memberitahumu melalui penghubungmu.” Garona jelas tidak berniat berdiskusi dengan murid baru, setelah memberikan skill book langsung beranjak pergi.
“Kalau begitu, bisakah aku mendapatkan bimbingan langsung dari Anda?” Lu Li buru-buru bertanya.
Selain menyediakan skill book, bimbingan langsung mentor juga sangat krusial. Banyak teknik yang tidak bisa dipahami pemain, bisa dipelajari dari mentor. Konon jika mendapat bimbingan mentor, kecepatan peningkatan penguasaan skill akan melonjak hingga tingkat yang membuat orang gila.
