Setelah rampung membagi trofi, semua orang pun berpisah ke tujuan masing-masing.
Kehidupan serikat memang seperti ini - hanya saat ada panggilan serikat barulah ingin berperang bersama, sementara di waktu lain bebas mengatur sendiri. Semua trofi yang didapat di waktu bebas mutlak menjadi hak pribadi.
Makanya, para pemain profesional yang mendapat gaji sekaligus bisa bermain game dengan leluasa ini hidupnya sangat sejahtera.
Tentu saja, jika ingin melakukan leveling dengan menguasai area demi efisiensi grinding tanpa diganggu, kita bisa memanfaatkan kekuatan serikat. Dengan cara sukarela membentuk kekuatan yang tidak bisa dilawan oleh orang biasa.
Tapi Pedang Penghakiman jarang melakukan monopoli area grinding. Peta Azeroth yang luas tak bertepi memiliki puluhan zona yang cocok untuk level pemain saat ini. Sama sekali tidak perlu merebut monster, kecuali untuk monster yang menghasilkan barang bagus atau memberikan EXP melimpah, konflik lokal mungkin terjadi.
Lu Li hari ini tidak berencana grinding. Dia ingin menemani adik perempuannya bermain game.
Lu Xin akan login hari ini, ini pertama kalinya sejak operasi. Dokter yang menyarankan agar Lu Li mengizinkan gadis ini masuk game.
Menurut dokter spesialis tersebut, proses pemulihan membutuhkan kondisi hati yang gembira. Seperti Lu Xin yang hanya berdiam di kamar setiap hari, sama sekali tidak baik untuk terapi pemulihan.
Udara luar belum tentu baik untuk raga. Lu Li juga tidak nyaman melepasnya keluar. Jadi game menjadi salah satu dari sedikit Pilihan yang tersedia.
Hari ini adalah kompetisi memancing di festival olahraga "Natal", dia sangat ingin datang melihat.
Memancing adalah salah satu skill kehidupan di "Fajar" yang terbuka untuk semua profesi. Meningkatkan skill memancing memberi lebih banyak kesempatan menangkap kawanan ikan dan makhluk hidup lain di bidang di area liar.
Hasil ini kebanyakan adalah material untuk daftar makanan memasak, bisa juga menjual material ke pemain lain, atau untuk menyelesaikan tugas khusus. Bahkan mungkin mendapatkan alat yang sangat berharga seperti peralatan, material, peta harta karun, hewan peliharaan, mount...
Terutama saat event kompetisi memancing digelar, ribuan pemain memadati garis pantai Lembah Duri, masing-masing melemparkan pancingan mereka dengan mahir.
Skill kehidupan di dalam game tentu tidak bisa persis sama dengan dunia nyata, tapi jika Kamu jago memancing di realitas, selamat! Di game pun Kamu tidak akan pulang tangan hampa.
Lu Li si miskin ini, tentu tidak punya kemewahan waktu untuk memancing di kehidupan nyata.
Tapi meski saat menyusup dengan sukses di kehidupan sebelumnya, dia tidak pernah melupakan memancing. Dan dia tahu sebuah buku yang sangat berguna berjudul "Buku Harian yang Terpaan Angin dan Embun".
Buku ini mampu mengajarkan pemain cara menemukan kawanan ikan.
Perairan yang dasar-dasarnya terlihat jelas jarang ada ikan, inilah yang sering disebut "air terlalu jernih tak ada ikan". Sementara perairan berikan tak bisa dilihat dasarnya, mungkin nelayan senior di dunia nyata bisa mengamati posisi kawanan ikan melalui metode lain. Tapi bagi 90% pemain, kemampuan ini tidak dimiliki, dan sangat mungkin tak akan pernah bisa memilikinya.
Maka, sebuah "Buku Harian yang Terpaan Angin dan Embun" akan terselesaikan semua masalah.
Kemampuan memancing Lu Li belum banyak dilatih, tak bisa menyaingi mereka yang seharian memancing. Alat ini menjadi semakin krusial.
Di kehidupan sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan alat ini, karena meski ada banyak cara mendapatkannya, kebanyakan bersifat sekali pakai. Setelah pemain lain mendapat dan membagikannya, saat kamu datangi sudah tak ada lagi.
Berdasarkan situasi saat ini, satu-satunya kesempatan yang dia miliki adalah buku di Southshore Town.
Tempat ini hampir menjadi wilayah yang paling sering dikunjungi Lu Li selain Darnassus. Kota kecil yang terkikis oleh waktu ini dipenuhi aura mengerikan di setiap sudutnya.
Dua orang mendekat - satu adalah Kel'Thuzad, satunya lagi bernama Hercula. Kel'Thuzad sedang membujuk muridnya ini untuk mempelajari ilmu necromancy. Padahal, Kel'Thuzad yang sesungguhnya telah menjadi sosok kedua dalam Legiun Bencana.
Kemudian Lu Li memutuskan untuk mengunjungi Thalan Fordring yang gagal dia selamatkan sebelumnya.
Saat mendekati pintu rumah ini, terdengar obrolan tentang Bencana Mayat Hidup di dalam. Setelah masuk, terlihat pasukan sekuat ini: Atasan Morograine, Abidis, Isillien, Tirion Fordring, serta Penyihir Du An yang sedang numpang lewat di Biara Berdarah. Lambang Ravenholdt yang digunakan Lu Li untuk masuk ke Manor Ravenholdt sebelumnya memang dihasilkan dari tubuhnya.
Lu Li tidak mengganggu mereka, melainkan mengabaikan dan naik ke lantai dua melalui tangga di samping.
Thalan Fordring yang berusia sekitar lima tahun sedang bermain dengan palu kecilnya. Ayahnya yang merasa bersalah karena jarang menemani, sengaja membuatkan palu ini dengan hati-hati, seolah berharap anaknya dapat mengikuti jalan cahaya suci.
"Halo Thalan?" Lu Li berjongkok hingga sejajar dengannya.
"Siapa kau? Kenapa aku belum pernah melihatmu?" bocah itu memeluk palu sambil mengawasi lawan bicaranya dengan waspada.
"Ayahmu adalah orang hebat. Ingatlah untuk selalu mempercayainya, jangan biarkan bayangan mengaburkan cahaya suci di hatimu." ujar Lu Li dengan perasaan haru.
"Tentu saja ayahku hebat! Tapi kenapa aku harus mendengarkanmu? Kau cuma pencuri! Aku sangat tidak suka pada pencuri, selalu menyelinap-selinap merancang kejahatan!" Thalan berkata dengan wajah penuh ketegasan.
“Anakku, kejayaan sejati tidak bisa ditentukan oleh ras atau profesi, tapi harus dinilai dari perilaku dan prinsip seseorang... Selamat tinggal.” Lu Li menepuk kepala anak kecil itu, lalu berdiri dan meninggalkan tempat ini. Dia hanya merasa wilayah ini penuh kesedihan.
Selain itu, suasana seram menyelimuti.
Belum sampai di dermaga, Lu Li sudah mendengar dua nelayan yang sedang cerewet berbicara.
Nat Pagle berkata: Hal...
Harl MacKoster bertanya: Ada perlu apa, Nat?
Nat Pagle berkata: Aku mimpi 'itu' lagi tadi malam...
Harl MacKoster bertanya: Yang mana?
Nat Pagle berkata: Mimpi tentang ribuan orang yang memandangi kita dari ketinggian... Kita seperti boneka kayu mereka - menari, menangis, bertarung, dan mengucapkan kata-kata bodoh hanya untuk hiburan mereka. Terkadang, aku merasa bahkan saat kita terjaga pun mereka mengintip kita. Mungkin... bahkan sekarang ini...
Hal McCollister berkata: Tutup mulutmu dan lanjutkan memancing, Nat.
Mereka mungkin merujuk pada Titan, tetapi sebagai pemain, mendengar perkataan seperti ini terasa sangat aneh, seolah ada perbedaan antara di dalam dan luar permainan. Lu Li tetap berdiri tanpa bergerak, lalu mendengarkan dialog bagian kedua mereka.
Nat Pagle berkata: Hal...
Hal McCollister berkata: Ada apa, Nat?
Nat Pagle berkata: Aku bermimpi itu lagi tadi malam...
Hal McCollister berkata: Yang mana?
Nat Pagle berkata: Mimpi di mana aku berada di Dunhold. Seorang budak orc milik pribadi Blake kabur dari penjara... Pada pertarungan terakhir, anggota itu menghancurkan seluruh kastil, menyelamatkan semua bangsa orc yang kita tahan di kamp konsentrasi, bahkan menjadi raja bangsa orc... Warchief atau apa pun itu. Benar-benar gila, bukan?
Hal McCollister berkata: Tidak mungkin!
Ini masih bukan jawaban yang diinginkan Lu Li, namun hatinya bergetar hebat. Bukankah ini sebuah ramalan, meramalkan bahwa Warchief Thrall akan kabur dari Kastil Durnholde dan langkah demi langkah menjadi raja bangsa orc?
Saat itu, apakah ada yang mau mendengarkan Nat Pagle bercerita tentang mimpinya?
Nat Pagle berkata: Hal...
Hal McAllister bertanya: Ada apa, Nat?
Nat Pagle berkata: Aku bermimpi lagi semalam...
Hal McAllister bertanya: Yang mana?
Nat Pagle berkata: Dalam mimpi ini, aku menjadi maestro memancing dunia. Aku bahkan pindah ke tempat bernama Kalimdor... Orang-orang dari segala penjuru datang memberi hormat padaku... lalu belajar memancing dariku. Aku seperti Dewa Memancing...
Mimpi ini jauh tidak segempar dua sebelumnya, tapi inilah mimpi yang benar-benar ditunggu Lu Li.
