Serigala liar empat poin, termasuk hasil yang lumayan, tapi penghasil poin sejati adalah beruang. Bahkan bayi beruang abu-abu paling lemah pun bernilai sepuluh poin.
Tentu saja bayi beruang abu-abu tidak mudah dibunuh, beruang abu-abu dewasa akan melawanmu mati-matian.
Lu Li menghirup udara, mencium aroma harum yang menyengat di udara. Senyum tipis mengembang di wajahnya - ini adalah aroma madu.
Beruang sangat suka makan makanan manis, terutama madu, ini adalah hal yang diketahui umum. Para pemburu memanfaatkan kebiasaan ini untuk menangkap beruang dengan mudah.
Mengikuti aroma madu, Lu Li mencari ke arah atas angin selama ratusan meter, dan menemukan sarang lebah besar di sebuah pohon besar.
Memanen madu juga cukup sederhana. Lu Li menggunakan metode pengasapan, tak lama kemudian berhasil mendapatkan segumpal besar madu. Meski begitu, nasibnya tetap tidak bisa menghindari beberapa sengatan lebah - bagaimanapun dia bukan pemetik madu profesional.
Penglihatan beruang buruk, namun penciumannya sangat tajam.
Menurut panduan, pilihlah pohon besar di wilayah yang sering dilintasi beruang. Gali lubang di bawah pohon, kuburkan guci madu dengan mulut guci terbuka. Lalu gantungkan batu di atas guci madu hingga tepat menutupi mulut guci.
Ketika beruang melewati tempat ini dan mencium aroma madu, dia akan segera berlari ke sana.
Batu yang digantungkan tali di mulut guci mempengaruhinya untuk memakan madu. Demi mendapatkan madu, beruang mengangkat cakarnya dan mendorong batu ke samping. Batu yang didorong langsung berayun kembali, tepat menghantam kepala beruang yang sedang menunduk makan madu.
Kemudian beruang tersebut dipukul hingga pingsan.
Terhadap metode ini, Lu Li menyatakan ketidakpercayaannya, meskipun cara ini bukan tanpa kelebihan sama sekali.
Di lokasi penempatan madu, Lu Li membuat jebakan menggunakan rotan. Jebakan ini tidak terlalu efektif untuk beruang abu-abu bertubuh besar, namun bisa membatasi pergerakannya selama beberapa puluh detik.
Jika bahkan dalam hitungan puluh detik tidak bisa membunuh seekor Beruang Hitam, lebih baik Lu Li jujur saja berburu hewan kecil.
Sebenarnya berburu beruang adalah hal yang sangat berbahaya, sama sekali tidak seperti di dalam game yang hanya melihat level dan sifat. Ratusan tahun lalu ketika populasi beruang masih cukup banyak, para pemburu harus bersumpah sebelum berangkat—siapapun yang terluka atau tewas harus dibawa pulang, baik dalam keadaan berbaring maupun berdiri. Ini karena berburu beruang berbeda dengan jenis perburuan lain, merupakan aktivitas berisiko tinggi.
Lu Li menyamar di bawah semak belukar yang berantakan, tubuhnya diolesi getah pohon berwarna putih susu yang sangat menyengat, namun mampu menutupi bau manusia pada dirinya.
Dia berbaring di tumpukan rumput dengan kesabaran selama lebih dari sepuluh menit, akhirnya melihat seekor Beruang Hitam berukuran luar biasa besar berjalan lambat mendekat. Beruang itu begitu besar hingga tanah terasa sedikit bergetar saat ia melangkah. Lu Li merasa dirinya mungkin terlalu berlebihan.
Untungnya Beruang Hitam itu sepenuhnya teralihkan oleh aroma madu, sama sekali tidak menyadari kehadiran Lu Li yang tidak jauh darinya.
Dia mengulurkan tangan ke dalam lubang untuk mengambil madu, tanpa sadar terjerat oleh akar pohon.
Sekarang juga!
Lu Li melepaskan gumpalan rumput di tubuhnya, mengangkat busur silang dan langsung menembak Beruang Hitam.
Lu Li tidak menembak kaki beruang. Asalkan melukainya, jika tidak bisa membunuh, Beruang Hitam juga tidak akan kabur. Lagipula beruang sangat tahan pukulan, bahkan jika ditembak di kepala atau jantung masih bisa bertahan satu menit. Satu menit itu mutlak akan merenggut nyawa Lu Li.
Target bidikannya adalah mata beruang yang besar itu.
Mengabaikan geraman Beruang Hitam, dari jarak dekat dia menembakkan panah busur silang ke mata beruang. Sayangnya tidak menyebabkan kerusakan tembus otak yang bisa langsung membunuhnya.
Beruang Hitam yang terluka langsung mengamuk.
Saat seperti ini sangat menguji ketahanan mental. Berburu beruang di lingkungan realitas virtual terasa sangat nyata. Meski pemain terus mengingatkan diri bahwa semua ini palsu, tetap tidak bisa terhindar dari pengaruhnya.
Namun tangan Lu Li yang memegang busur silang tetap stabil, membidik mata satunya Beruang Hitam dan menarik pelatuk.
Saat Beruang Hitam memutus rotan dan menerjang keluar, dia bahkan sempat menambahkan panah ke jantung beruang itu. Sebenarnya sudah tidak perlu, panah kedua yang menembus mata telah menusuk kepala Beruang Hitam, membuatnya mengamuk tak terkendali selama belasan detik sebelum akhirnya runtuh.
Lima puluh poin!
Ini adalah Beruang Hitam dewasa berukuran raksasa, lima puluh poin pantas diterima.
Tidak sia-sia Lu Li menghabiskan waktu lama untuk memburu Beruang Hitam ini. Dia merapikan barang-barang dan cepat meninggalkan lokasi. Bau darah akan menarik lebih banyak binatang buas, keserakahan akan membuat pemburu mati dengan cepat.
Baru setelah menunggang kuda beberapa jarak, dia mulai menggunakan madu untuk mempersiapkan jebakan kedua.
Kali ini yang datang menggoda juga seekor Beruang Hitam penyendiri, ukurannya tidak lebih kecil dari yang pertama, dan ada banyak darah di tubuhnya, lukanya terlihat seperti bekas perebutan. Lu Li memperkirakan setidaknya dia telah membunuh seorang pemburu.
Binatang buas yang terluka seperti ini lebih berbahaya, tapi Lu Li tetap memilih melanjutkan perburuan. Sekarang kabur sudah agak terlambat.
Sebenarnya hokinya selalu bagus. Jika yang tertarik madu bukan Beruang Hitam penyendiri, tapi satu sarang Beruang Hitam, dia hanya bisa menggeber kudanya lari kencang.
Beruang Hitam terjerat perangkap tali yang dia pasang. Panah busur silang Lu Li juga berhasil mengenai target, tapi panah kedua berhasil ditangkis cakar beruang, artinya sang beruang masih punya satu mata lagi yang bisa melihatnya.
Menghadapi Beruang Hitam yang sudah keluar dari perangkap, Lu Li tidak panik. Setelah melepaskan panah terakhir, dia membuang busur silang dan menghunus pisau pemburu.
Faktor utama yang membuat sebagian besar pemburu hampir gagal dalam pertarungan melawan binatang buas bukanlah kesenjangan kekuatan, melainkan rasa takut psikologis. Asal bisa mengatasi ketakutan, Lu Li sama sekali tidak gentar menghadapi Beruang Hitam ini.
Bergegas, mengayunkan pisau.
Setelah menghindari serangan menerjang ini, Lu Li dengan lincah menyelinap ke balik batang pohon di samping. Pinggang beruang itu terkoyak luka lebar oleh sabetannya.
Beruang Hitam mengaum marah sambil menerjang, batang pohon sebesar paha hampir patah ditamparnya.
Melonjak, mengayunkan pisau lagi.
Kemampuan fisik Lu Li luar biasa hebat, sampai-sampai seperti kutu yang terus menyiksa beruang dengan rasa sakit.
Kenyataannya, banyak pemain yang baru pertama kali masuk arena perburuan langsung memberikan penjelasan (game over) pada diri sendiri.
Orang kota yang tumbuh di lingkungan steril, mana mungkin bisa mengalahkan binatang buas.
Saat Beruang Hitam menghembuskan napas terakhir, dia juga mengalami luka di bagian punggung akibat cakaran beruang. Meski tidak melukai tulang atau urat, kondisi daging yang terkoyak terlihat sangat mengerikan.
Bang!
Lu Li secara refleks menunduk saat sebuah panah panjang nyaris meleset di lehernya, menancap kuat di tanah. Tenaga yang terkandung menunjukkan penyerangnya jelas bukan pemula.
Tanpa panik, Lu Li berguling menghindar ke balik batang pohon besar.
Sambil mengambil kembali busur silang yang terlempar tadi, dia merapatkan tubuh di balik pohon dan mencoba mengidentifikasi posisi musuh dengan pandangan samping.
Di kejauhan berdiri pria dewasa berusia 30-40 tahun membawa busur, terlihat tercengang melihat Lu Li berhasil menghindari serangan panahnya.
Jika tadi dia memegang panah dengan kecepatan serangan lambat alih-alih busur silang kuat seperti Lu Li, mungkin Lu Li sudah tumbang. Bagaimanapun, dia baru saja melewati perang besar dan masih terluka ringan.
