"Kakak, ini salah paham." Pria itu berkata sambil tersenyum lebar.
Lu Li sama sekali tidak mempercayai alasan "salah paham" itu. Panah yang masih terpasang di tali busur lawan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kendur - satu gerakan menampakkan kepala saja akan langsung disambut serangan mematikan.
Tapi terus bersembunyi juga bukan solusi.
"Kalau memang salah paham, aku keluar ya." Dengan nada kekanak-kanakan yang dibuat-buat, Lu Li benar-benar melesat keluar dari balik pohon besar.
Namun kecepatannya sungguh luar biasa. Meski tanpa bonus atribut atau peralatan, sprint jarak penuh secepat ini sulit ditembak. Apalagi sang penyerang jelas-jelas khawatir: jika gagal mengenai target, bisa-bisa dirinya yang jadi sasaran balik.
Maka panahnya tetap bersiap serangan balik, menunggu kesempatan lebih baik.
Lu Li berlari ke balik pohon yang lebih besar dengan batang lebih tebal dan sudut tembak yang lebih baik.
Pria itu berdiri di lapangan terbuka yang terpapar jelas, secara jelas menjadi sasaran Lu Li.
"Kalau kamu tidak percaya padaku, lebih baik kita masing-masing menjaga jarak." Pria itu mulai menyesali usilnya pada Lu Li. Dengan tetap mempertahankan pose menembak, dia berusaha mundur perlahan.
Tapi Lu Li tidak memberinya kesempatan. Dia mengarahkan busur silang kecil yang bisa dioperasikan satu tangan itu dan menarik pelatuknya. Senjata ini memiliki daya mematikan yang cukup baik.
Panah silang meleset beberapa meter dari pria itu, namun cukup untuk membuatnya tidak berani lengah lagi.
"Jangan pergi dong, mari kita berbincang." Lu Li menyesuaikan posisi lalu melepaskan anak panah kedua. Kali ini jaraknya lebih dekat, membuat musuhnya semakin takut bergerak.
"Beri saudara kesempatan, aku benar-benar salah mengenali kemampuanmu." Pria itu menyunggingkan senyum pahit.
"Busurnya harus ditarik penuh, kalau tidak tidak cukup untuk menggentarkan Lu Li."
Meski ini adalah game, namun realitas direproduksi dengan sangat akurat. Menarik busur penuh dalam waktu lama sama sekali bukan pengalaman yang baik. Jika sebelumnya hanya menyesal menyerang Lu Li, sekarang ususnya sudah menyesal hingga menghitam.
"Bisa saja, asal kau keluarkan uang tebusan nyawa." Teriak Lu Li: "Kudaku mati dipukul Beruang Hitam. Aku mau kudamu. Asal kau serahkan kuda, aku bebaskan kau pergi..."
Percaya, atau tidak?
"Baik, sekarang kuletakkan senjata. Keluarlah." Pria itu seketika terjebak dalam kebimbangan. Semakin lama waktu berlalu semakin merugikannya. Tangannya kini mulai tumpul. Begitu panah di tali busur terlepas, yang mati pasti dirinya.
"Lempar ke sini." Dalam hati Lu Li menyungging senyum dingin.
"Ini tidak mungkin!" Pria itu membentak marah, seperti benih konspirasi yang terbongkar membuatnya nyaris gila.
“Membunuhmu juga bisa mendapatkan kudamu.” Lu Li sepertinya sama sekali tidak keberatan dengan penolakan terhadap usulannya.
“Sudahlah, kali ini aku benar-benar kalah.” Pria itu dengan pasrah melepaskan panah dan membuang busur panjangnya jauh-jauh.
Lu Li perlahan keluar dari balik pohon, busur silang di tangannya masih terarah.
Tangan pria yang menggenggam pisau belati di pinggangnya membeku, wajahnya dipenuhi kepahitan. Tiba-tiba sebuah anak panah melesat dan menancap di dadanya.
“Kamu tidak menepati janji!”
“Kita sama-sama begitu.” Dua anak panah lagi menyusul, membuat pria itu segera mati kaku.
Kompetisi Berburu Beruang lebih realistis daripada game. Pancaran darah dari luka mungkin sama dengan realitas, tapi Lu Li sama sekali tidak terganggu.
Peringatan sistem: Mendapatkan 47 poin, hampir setara dengan poin Beruang Hitam.
Membunuh manusia juga memberi poin!
Kompetisi Berburu Beruang memang demikian, tidak hanya tidak melarang pemain saling membunuh, tetapi juga memberikan semua poin yang diperoleh lawan selama periode pertandingan asalkan berhasil membunuh lawan.
Pria ini total memiliki 47 poin, jika tidak memburu hewan besar seperti beruang, setidaknya setara dengan membunuh lebih dari sepuluh buruan.
Kemampuan seperti ini jelas menunjukkan dia adalah pemburu berpengalaman tempur nyata.
Sayangnya dia tetap kalah oleh Lu Li, busur silang menunjukkan performa 10.000 kali lebih baik daripada busur konvensional dalam situasi seperti ini. Pada pertarungan terakhir, Lu Li menggunakan kuda untuk membuat lawannya mati rasa, membuatnya benar-benar mengira Lu Li mengincar kudanya.
Faktanya, kuda Lu Li sudah ditambatkan di hutan lebat tak jauh dari sana.
Setelah mendapat peringatan sistem, Lu Li tak perlu lagi memastikan apakah lawannya benar-benar tewas. Dia segera mengumpulkan trofi: beberapa panah, sebuah busur panjang, pisau belati, sekantong air tawar, dan beberapa potong ransum kering.
Hasil terbesar sebenarnya adalah poin.
47 poin, ditambah 4 poin dari Lu Li yang membunuh serigala, serta 95 poin dari dua Beruang Hitam, totalnya sekarang dia telah memperoleh 146 poin.
Lu Li menemukan kuda milik lawan dan menjualnya ke Sistem, mendapatkan 2 poin - lebih baik daripada tidak sama sekali.
Medan perburuan semakin berbahaya, membuat Lu Li harus lebih berhati-hati.
Dua jam berlalu dalam pertandingan, akhirnya dia menunggu sampai beruang ketiga muncul. Namun menghadapi kombinasi seperti ini, dia agak ragu karena beruang ketiga di kejauhan bukanlah lajang - di sisinya ada spesies sejenis lain dengan postur lebih kecil.
Jangan tanya bagaimana Lu Li bisa memastikan yang satunya lagi adalah betina, bukan sepasang kekasih.
Seperti pepatah, dua harimau tak bisa hidup di gunung yang sama kecuali jantan dan betina - hal yang sama berlaku untuk Beruang Hitam.
Tapi keraguan tidak sesuai dengan gaya khas Lu Li. Lagipula dua Beruang Hitam sudah mendekat mengikuti aroma madu, jarak mereka semakin dekat. Jika kabur sekarang, belum tentu dia bisa naik kuda sebelum dihadang oleh mereka.
Lu Li meletakkan senjata busur silang yang sudah terpasang di satu sisi, lalu mengambil busur panjang itu.
Sepanjang perjalanan, dia pernah mencoba memanah beberapa kali. Harus diakui bahwa senjata virtual yang diciptakan dalam game ini sangat berkualitas tinggi, baik dari segi tenaga maupun akurasi, jauh melampaui buatan tangan di dunia nyata.
Dua ekor Beruang Hitam berlari ke arah lokasi madu, satu di depan dan satu di belakang.
Lu Li tidak terburu-buru melepaskan panah. Dengan tenang, dia menunggu timing yang tepat. Dia harus mengenai sasaran sekali tembak dan harus tepat di titik vital, jika tidak, dia takkan sanggup menghadapi dua beruang sekaligus.
Sekarang dia agak menyesal tidak membunuh lebih awal. Andai ada senapan buru di tangannya, tingkat kesuksesan pasti lebih tinggi.
Senapan buru memiliki daya mematikan lebih besar daripada busur silang, hanya saja suaranya terlalu bising sehingga mudah menarik perhatian binatang buas atau serangan mendadak pemain lain. Ditambah proses pengisian peluru, hanya anggota kekanak-kanakan yang berani memilih senjata ini.
Kedua Beruang Hitam menerjang ke dekat pohon besar, mengulurkan tangan untuk merogoh sarang madu di lubang batang.
Saat Beruang Hitam berhenti, Lu Li melepaskan jari-jarinya. Panah panjang melesat menerobos tenguk beruang itu, ujung panah langsung menembus sisi seberang.
Anehnya, Beruang Hitam yang terluka ini tidak tewas seketika meski mendapat pukulan seperti ini. Alih-alih mati, ia mengamuk dengan mengayunkan cakar ke segala arah, hampir saja menjatuhkan Beruang Hitam lainnya.
Lu Li segera memasang panah baru dan membidik Beruang Hitam kedua.
Beruang Hitam kedua yang semula marah karena "suaminya" menamparnya, baru menyadari ancaman mematikan setelah menoleh dan melihat Lu Li yang telah muncul dari semak-semak. Dengan raungan menggelegar, ia menerjang sambil mengaum "Boom!".
