"Ssst, sembunyi di semak sebelah." Lu Li benar-benar tak tega meninggalkan gadis kecil ini.
Suara orang-orang yang berbicara keras tanpa keraguan, dipenuhi umpatan dan kesombongan, memperkirakan mereka adalah anak-anak muda non-mainstream yang bisa melakukan hal nekat bahkan mencari stimulasi melalui kejahatan.
"Udah dari dulu pengen cobain cakar beruang bakar, waktu muda ayahku pernah masuk hutan berburu beruang bareng anak pejabat..."
“Hari ini benar-benar Nima seru, entah di dunia nyata sekarang masih ada beruang atau tidak. Kalau ada yang tahu di mana ada beruang, lebih baik kita mengorganisir, aku bisa cari senjata...”
Ternyata maksudnya datang ke sini untuk membuat barbekyu.
Tujuan kelompok ini benar-benar membuat Lu Li bingung antara ingin tertawa dan menangis. Ini kan Kompetisi Berburu Beruang, tapi mereka menganggapnya seperti apa?
Dengan pasrah Lu Li mulai mempersiapkan diri. Alasan mereka membakar barbekyu di sini tentu karena hutan tidak kekurangan kayu bakar. Pasti mereka akan masuk ke dalam hutan, dan melihat kondisi kegembiraan mereka sekarang, sulit untuk bergaul dengan damai.
Pisau berburu terlalu besar, meskipun memiliki keunggulan melawan Beruang Hitam, tapi Lu Li lebih suka menggunakan pisau belati.
Busur panjang tidak dipakai. Untuk berburu beruang mungkin masih berguna, tapi untuk membunuh orang, jika serangan pertama gagal mungkin tidak ada kesempatan menarik busur lagi. Jadi dia tetap menggunakan busur silang.
Sayangnya anak panah busur silang yang dibawa tidak banyak lagi, tersisa dua belas batang.
Harus aktif menyerang barulah bisa, Lu Li mencoba menggerak-gerakkan kakinya, membungkuk dan perlahan mendekati kelompok non-mainstream ini.
Benar-benar non-mainstream, dari jarak jauh sudah mencium bau darah yang pekat, ketika mendekat ternyata wajah mereka diolesi darah secara berantakan, terlihat memang sangat berdarah panas dan berwibawa.
Lu Li menjepit pisau belati di mulutnya, mengarahkan busur silang ke arah anggota yang paling dekat dengannya.
Dia ragu sejenak, tetap tidak menarik pelatuk, bukan karena tidak yakin bisa mengenai anggota ini, tapi khawatir akan menarik perhatian para pelaku lainnya.
Pasukan berjumlah tiga belas orang ini dilengkapi berbagai senjata lengkap, hampir setiap orang membawa lebih dari satu senjata, para remaja ini jelas sudah banyak membunuh pemain lain.
Lu Li perlahan mundur, menyelinap kembali ke dalam hutan.
Dia bersandar pada pohon, menyampingkan telinga dengan sabar menunggu, di semak-semak tak jauh darinya ada sosok yang tengkurap sampai hampir dikira murid SD yang tertidur.
Akhirnya, Dia mendengar langkah kaki. Orang yang datang itu bergumam kesal, sepertinya tidak puas dengan tugas mengumpulkan kayu yang dibebankan padanya. Bahkan senjata besar pun tidak dibawanya.
Lu Li menentukan posisinya melalui suara. Setelah orang itu lewat, dia perlahan merayap keluar.
Mekanik penyamaran dalam game tidak berlaku lagi di area berburu ini. Namun Lu Li tak bisa menghindari refleks mengaplikasikan gerakan menyelinap yang terasah melalui latihan di game.
Pemain yang sedang membungkuk mengumpulkan kayu itu sama sekali tidak menyadari ada seseorang berdiri di belakangnya.
Saat bangkit sambil memegang ranting kering, tiba-tiba mulutnya ditutup rapat oleh tangan asing. Dingin pisau menyentuh lehernya - bahkan rasa sakit pun tidak terasa sebelum kehilangan kesadaran.
Lu Li menurunkan target pelan-pelan, menyeretnya ke pinggir, lalu kembali ke posisi semula.
Tak lama kemudian, seorang pemain lain memasuki hutan. Dia dikirim untuk memeriksa mengapa orang yang mengumpulkan ranting belum kembali. Yang menyambutnya adalah pisau belati yang menancap di tengkuk.
Demikianlah, Lu Li total telah membunuh empat orang.
Para pemain ini toh orang biasa, dan jumlah mereka tiga belas. Bahkan jagoan pun akan menghindari mereka, jadi sama sekali tidak terpikir ada yang melakukan serangan mendadak di hutan.
"Biarkan mereka pergi." Bukan Murid SD berbisik pelan.
Sebenarnya mereka memang bisa diam-diam melarikan diri sekarang, mengingat kelompok itu tidak langsung menerobos masuk ke dalam hutan.
"Tidak bisa. Kita tidak punya kuda, tidak akan lari jauh. Harus menyelesaikan mereka dulu." Lu Li menurunkan mayat, lalu merogoh pisau belati dari tubuh korban.
"Masa sih, jelas-jelas kamu kecanduan membunuh." Bukan Murid SD tampak agak ketakutan.
"Cara Lu Li membunuh terlalu bersih dan efisien, hanya dalam beberapa menit sudah empat orang yang tewas di tangannya, membuatnya curiga apakah di dunia nyata dia juga pernah membunuh seperti ini."
"Kamu lari menyusuri hutan, cepat!" Ekspresi Lu Li berubah sedikit, menunjuk ke suatu arah sambil berkata.
Setelah kehilangan empat anggota, kelompok ini akhirnya menyadari sesuatu yang tidak beres. Dari suara yang terdengar, kali ini mereka tidak mengirim orang satu per satu untuk mati sia-sia, melainkan sembilan orang sekaligus bergerak bersama.
Bukan Murid SD kali ini sangat patuh, berlari secepat mungkin dengan kaki pendeknya.
"Di sana, di sana!" Kelompok itu melihat murid yang sedang berlari, menembak sembarangan dua kali yang membuat gadis kecil itu semakin cepat lari, memaksa mereka mengejar dari belakang.
Lu Li tidak tampil seperti pahlawan di film yang mengorbankan diri untuk membeli waktu bagi rekannya melarikan diri.
Itu benar-benar klise. Faktanya, dia tidak hanya tidak berniat mengorbankan rekan, malah menggunakan anak kecil imut itu sebagai umpan. Dengan hati-hati dia bersembunyi di balik semak, menunggu sampai kelompok itu melewatinya, baru kemudian mengangkat busur silang di tangannya.
Target bergerak sangat cepat, sulit untuk ditembak.
Lu Li membidik yang paling belakang, menahan napas.
Haa!
Panah menembus leher. Pemain itu mengeluarkan suara serak halus. Sayangnya, rekan-rekannya yang sedang euforia tak menyadari dia sudah tergeletak di tanah.
Lu Li segera menyusul, menggunakan cara sama untuk mengalahkannya lagi.
Ditambah empat sebelumnya, total enam orang telah dikalahkannya.
Saat menembak yang ketujuh, panah meleset dari titik vital. Yang ketujuh ini menoleh sambil mengeluarkan jerit keras yang memekakkan telinga, akhirnya menarik perhatian rekan satu timnya.
Tujuh orang tersisa menatap ke belakang, saling memandang satu sama lain.
"Ada yang menyerangku, ada yang menyerangku." Korban ketujuh berteriak dengan suara tersedu-sedu.
Yang lain merasakan kulit kepala mereka bergidik, keringat dingin seketika membasahi tubuh. Mereka bahkan lupa bahwa ini hanyalah game - rekan mereka dikeluarkan Sistem, bukan benar-benar mati.
Tapi mayat-mayat di belakang tidak direfresh, tetap menjadi saksi bisu semua yang telah terjadi.
"Kita harus bagaimana? Masih mau kejar?" tanya seseorang.
"Sekarang bagaimana mau kejar? Yang di depan cuma gadis kecil umpan. Ular berbisa sesungguhnya ada di belakang kita!" kata pria paling gagah berani dengan ekspresi seperti orang yang baru makan kotoran. "Xiao Si, kau lihat siapa penyerangnya?"
"Tidak. Aku sedang lari tiba-tiba lutut kena panah. Sama sekali tidak tahu dari mana datangnya." Korban yang terluka gemetar ketakutan, sensasi mengintip gerbang kematian sungguh tidak menyenangkan.
"Cari balik arah! Habisi yang satu ini lalu naik kuda kejar yang lain." Si jagoan masih punya sedikit taktik.
Lu Li tidak kabur terlalu jauh, dia berbaring di balik semak-semak dengan wajah penuh goresan darah dari duri, tapi sepertinya sama sekali tidak merasakan sakit.
Ini hanya game, kerusakan apapun hanya memberikan stimulasi rasa sakit pada pemain, tidak perlu khawatir apakah wajah akan rusak karenanya.
Baiklah, Lu Li juga tidak terlalu peduli dengan wajahnya yang biasa-biasa saja saat dilempar ke kerumunan.
Pencarian tidak mungkin dilakukan dengan berkerumun, kelompok ini perlahan menyebar. Beberapa bahkan menembakkan panah ke semak-semak. Lu Li dengan tenang menghindari panah panjang yang nyaris meleset, dia tahu kesempatannya datang lagi.
