Jalanan suram dan rusak, tak lagi mencerminkan kemeriahan masa lalu.
Bisa dibayangkan, bertahun-tahun silam, Stratholme masih merupakan kota yang ramai.
Warga berjalan di jalanan yang harum bunga dan kicau burung, saling menyapa dengan sopan. Bila bertemu teman lama, mungkin mereka mampir ke bar, mendengar alunan kecapi penyair pengembara sambil menyelami aroma tembakau Flathz Hyabi.
Sayangnya, invasi Wabah mengubah segalanya menjadi fatamorgana.
Tentang Mayat hidup kecil yang sedang mendekat ini: Namanya Timmy. Saat masih kecil ia tumbuh di desa yang cantik, dan memiliki dua kisah menarik.
Kisah pertama dimulai saat dia masih menjadi anakku.
Konon ketika Arthas masih menjadi Pangeran, suatu hari saat melakukan pemeriksaan di tanah warisan, seorang ibu dengan gelisah memohon bantuannya karena anaknya Timmy hilang, berharap Arthas mau mencarinya.
Sebagai Pangeran, Arthas tanpa basa-basi mengajak orang-orang untuk mencari di mana-mana, akhirnya menyelamatkan anak yang hampir dibantai Gnoll di hutan.
Arthas mengembalikan Timmy ke sisi ibunya, mendapat ucapan terima kasih dari sang ibu.
Saat itu sang Pangeran adalah sosok mulia yang mencintai rakyat seperti anak sendiri dengan darah berdesir panas, mencintai teman-temannya dan negaranya. Hatinya pernah seperti dikatakan Uther, hanya berisi cahaya dan cinta.
Orang-orang menyaksikan tumbuh kembangnya hari demi hari, berharap suatu saat dia akan naik takhta dan menjadi tuan bagi negara ini.
Timmy kecil bertanya pada Arthas: Bagaimana dengan orang-orang yang ditangkap bangsa orc?
Saat itu, Arthas yang tinggi membungkuk dan berkata pada anak itu dengan nada lembut namun tegas: "Jangan khawatir, Nak, aku akan membawa mereka pulang."
Dalam suaranya tak terdengar sedikitpun kesombongan bangsawan maupun keangkuhan prajurit, yang ada hanyalah cinta tulus tanpa pamrih pada rakyat.
Namun takdir terus mengujinya. Pertama, bangsa orc melanggar prinsip perang dengan membunuh kurir, membuatnya geram. Lalu ia gagal menyelamatkan rakyatnya, bahkan di detik terakhir harus membantai seluruh Stratholme dengan tangannya sendiri, sehingga janji pada Tammi tak terpenuhi.
Yang Mulia Pangeran, apakah Paduka akan terus melindungi kami?
Ya, aku bersumpah!
Akhir ini meninggalkan luka mendalam berupa rasa gagal dan bersalah, meskipun bukan sepenuhnya kesalahannya.
Namun bagaimanapun gagahnya, ia tetaplah remaja yang baru pertama kali ke medan perang, tumbuh besar dalam kasih sayang dan kebahagiaan istana.
Reaksi manusia terhadap rasa takut umumnya ada dua jenis: satu adalah melarikan diri, satu lagi adalah bertarung mati-matian. Pria perkasa seperti Arthas yang memilih "kebebasan atau kematian" jelas termasuk kategori kedua.
Kegilaannya mengejar Mal'Ganis kemudian, setengah karena amarah, setengah lagi untuk mengakhiri akar ketakutannya sendiri.
Mungkin dengan naifnya dia mengira bahwa dengan kematian iblis Mal'Ganis, monster mengerikan abadi itu akan lenyap dari mimpi buruk dan kehidupannya. Tapi takdir kembali mempermainkannya - seperti yang semua lihat dalam game, dia akhirnya menjadi Raja Lich, musuh bagi mereka yang pernah dia sumpahi untuk lindungi.
Kedua tangannya berlumuran darah rakyat.
Kisah kedua juga bisa dimulai dari masa kecil Timmy.
Dia ingat di usia sangat muda, dengan perasaan samar-samar pernah menyukai seorang gadis kecil bernama Pamela.
Untuk menarik perhatian Pamela, Timmy kecil sering menyembunyikan boneka kainnya diam-diam, lalu dengan berani tampil saat Pamela menangis dan membantunya mencari boneka.
Pamela juga selalu berkata dengan bangga: "Kakak Timmy hebat sekali!"
Yang tidak disangka Timmy, beberapa tahun kemudian Pamela pindah ke kota yang jauh dari rumahnya - Kampung Darrow.
Sejak itu Timmy ingin setiap hari mengunjungi Kampung Darrow, tapi tidak ada kesempatan.
Kemudian Timmy juga pindah ke tempat baru yang lebih jauh dari Kampung Darrow yang ingin dikunjunginya.
Dua tahun kemudian, Timmy sudah bisa membantu pekerjaan pertanian keluarga. Ia tidak lagi membawa pistol mainan setiap hari, menyimpannya di lemari dan sesekali mengeluarkannya untuk dilihat.
Akhirnya, suatu hari rumah baru Timmy juga diserang oleh Bencana Mayat Hidup.
Tapi Timmy tidak takut. Dengan memegang garu jerami, ia berjuang melawan mereka dengan gagah berani.
"Saat itu, dia melihat seseorang berambut panjang putih menunggang kuda putih berlari kencang ke arahnya."
"Orang ini mirip Pangeran Arthas, sayangnya rambutnya putih."
Sejak kecil Timmy pernah diselamatkan Pangeran Arthas, dia sangat mengagumi sang pangeran dan bersumpah kelak akan menjadi Ksatria Pelindungnya untuk berperang ke segala penjuru.
Ketika orang itu mendekati Timmy, sabetan pedangnya langsung melambungkan garpu rumput di tangan Timmy. Timmy menatapnya, tiba-tiba dia melihat jelas wajahnya.
"Pangeran Arthas...?"
Orang yang membawa pedang itu juga melihat wajah Timmy. Pedang yang semula hendak membabatnya berhenti sejenak, namun akhirnya tetap menusukkan pedang ke raga Timmy.
Pedang ini... dingin sekali.
Tidak tahu berapa lama, Timmy kembali bangun dari kegelapan. Ia melihat tubuhnya yang membusuk dan layu, lalu menatap sekeliling dengan bingung. Sepertinya ia telah melupakan banyak hal, selain namanya sendiri Timmy, tak ada lagi yang bisa diingat.
Timmy pun mengikuti perintah seorang pria bernama Rivendell bersama rekan-rekan sejenisnya yang sama bingung di sekitarnya.
Mereka menaklukkan kota demi kota, menghancurkan desa demi desa, melahap daging segar yang lezat. Timmy merasa bahkan nama "Timmy" hampir terlupakan, yang tersisa hanya pembunuhan dan penelanan.
Perintah hari ini adalah menyerang tempat bernama Darrowshire.
Darrowshire... nama wilayah ini terdengar familiar. Di tengah pasukan mayat hidup, Timmy terus merangkak sambil berpikir.
Kampung Darrow tiba, sebuah pembantaian baru dimulai. Timmy dengan gila mengejar seorang pria hingga ke dalam sebuah rumah. Pria itu akhirnya tak bisa kabur, lehernya putus oleh gigitan Timmy. Saat darah hangat menyemprot keluar, Timmy menangkap siluet yang gemetar di sudut dinding - seorang gadis kecil memeluk boneka, air mata transparan terus mengalir dari mata besar yang cantik.
Tiba-tiba Timmy merasa sakit luar biasa seperti terkoyak di dada kirinya. Aneh, bukankah dia sudah lama tak memiliki hati?
"Pamela! Pamela!! Pamela!!!" Timmy menjerit nama itu, meski bagi orang lain hanya terdengar raungan tanpa makna dari mayat hidup...
Timmy tak bisa melawan Kehendak Wabah Kelaparan. Dia membunuh Pamela.
Dan dia juga tak ingin Pamela terinfeksi Wabah Kelaparan yang mengerikan. Dia tak ingin menyaksikan Pamela yang menggemaskan berubah menjadi monster seperti dirinya.
Sebelum meninggalkan Kampung Darrow, Timi menyembunyikan boneka Pamela untuk terakhir kalinya.
Bertahun-tahun berlalu, Timi dan semua monster lainnya sebagai bawahan Baron Rivendare ditempatkan di Stratholme. Kehidupan monoton secara perlahan membuatnya menjadi tumpul.
Kini dia melihat sekelompok manusia aneh. Kehendak Wabah memerintahkannya: "Bunuh mereka yang aneh ini!"
