Quasi-BOSS saja sudah tumbang, monster kecil tentu tidak bisa membuat ulah.
Beberapa monster kecil ini ada yang level empat puluh-an, ada juga yang mencapai level lima puluh. Lu Li dan Elf Air mungkin tidak bisa dua lawan seratus, tapi mundur dengan tenang mutlak tidak masalah.
Lu Li mengambil barang yang dijatuhkan sambil berteriak "cabut!", Keduanya langsung menggunakan skill menyelinap kuat.
Menyerahkan tugas juga sangat sederhana, teleportasi ke Southshore Town, lalu serahkan kepala ke pelayan wanita. Hadiah untuk tugas membunuh dengan penawaran hadiah seperti ini memang cukup melimpah.
Elf Air mendapatkan tiga Batu Penguat, ditambah pengalaman dan reputasi yang melimpah sebagai hadiah.
Sebagai objek yang dibagikan, Lu Li hanya mendapatkan pengalaman dan reputasi, dan jumlahnya juga tidak sebanding dengan Elf Air. Tapi dia sudah puas, toh tidak menghabiskan banyak waktu dan energi.
Manor Ravenholdt adalah organisasi pembunuh, bisnis utamanya adalah membunuh.
Selama mau menerima, seringkali bisa mendapatkan misi pembunuhan seperti ini. Ada yang targetnya perampok seperti Kalif Scourgebane hari ini, ada juga pedagang yang biasanya dibayar rival bisnis, bahkan perwira militer.
Hadiah untuk kategori terakhir ini paling melimpah, sering muncul perlengkapan PVP level legenda.
Tentu saja, membunuh perwira tingkat kesulitannya sangat tinggi. Meski ada sekelompok pencuri bekerja sama, probabilitas suksesnya tidak akan melebihi 10%.
Elf Air membagikan satu batu penguat ke Lu Li. Melihatnya bersikeras, Lu Li tidak sungkan menerima.
Sebenarnya bagi orang di tingkatan mereka, satu batu penguat sama sekali tidak berharga. Ini lebih merupakan manifestasi masalah sikap.
Setelah tugas selesai, Lu Li dan Elf Air sama-sama kembali ke Darnassus untuk log out. Tak lama setelah keluar dari teleportasi, mereka melihat sekelompok besar orang sedang menunjuk-nunjuk ke suatu tempat. Lu Li hanya melirik sekilas sudah merasa sangat absurd.
Karena orang yang menjadi pusat perhatian itu dikenalnya, tak lain adalah Piao Ling.
Orang ini biasanya memang sudah sering menarik perhatian, apalagi sekarang di pinggangnya tergantung senjata yang memancarkan cahaya api, mirip lightsaber dari film fiksi ilmiah, membuat siapapun yang melihat pertama kali langsung penasaran.
Estimasi ulang, ada juga yang kabur dari kota lain demi melihat keramaian ini, mengingat waktu bermain game hampir habis. Sebagian besar orang sudah kembali ke kota dari area liar dan dungeon.
Sesekali ada yang mendekat untuk bertanya barang apa ini dan di mana bisa menghasilkannya.
"Bukankah itu Piao Ling dari timmu? Senjata apa yang dia bawa di tangannya?" Bahkan Elf Air pun sangat tertarik.
Jadi manusia memang makhluk yang dipengaruhi indera, barang yang indah pasti disukai semua orang. Apalagi sebagian besar punya gengsi serupa, terutama mereka yang tidak khawatir soal sandang pangan.
"Namanya Pedang Api Tibu, di depan bengkel tukang besi Stratholme ada puluhan monster yang bisa mengeluarkan peti sampah berat. Di dalamnya bisa dapat senjata ini, tapi jangan terlalu berharap. Kalau sial, mencuri setahun pun belum tentu bisa." Lu Li tidak menyembunyikan apa pun.
Ini termasuk rahasia besar. Elf Air sangat paham nilainya. Melihat situasi di sekitar Piao Ling, jelas dia belum membocorkan fakta sebenarnya.
"Terima kasih, nanti akan kucoba kirim orang." Elf Air berterima kasih.
"Sama-sama." Lu Li tak terlalu ambil pusing. Pedang Api Tibu cuma barang dekoratif, meskipun rahasianya terbongkar takkan pengaruhi kekuatan. Dengan banyaknya pemain Fajar, menemukan rahasia seperti ini memang sangat sederhana.
“Ngomong-ngomong, kamu ikut maraton kan?” Berjalan-jalan di jalanan Darnassus yang dipenuhi pepohonan hijau dan sulur-sulur, Elf Air tiba-tiba bertanya.
“Iya, kok kamu juga ikut?”
“Tidak, aku dengar dari anggota serikat kalau kamu ikut. Kalau kamu ikut, pasti ngejar gelar juara ya?”
“Nggak yakin juga, coba-coba aja apakah bisa menang.”
“Druid itu bener-bener cabang! Profesi lain susah dapat kesempatan. Tapi aku estimasi ulang kamu masih ada harapan.” Elf Air menghitung keunggulan Lu Li sambil memainkan jari-jarinya yang putih ramping: “Kamu bisa terbang, bisa transformasi macan tutul, apalagi sebagai Putra Hutan...”
Namun pandangan Lu Li justru tertarik pada jari-jari putih rampingnya.
Seorang yang tumpul dan tidak tahu diri sekalipun, ketika mencapai usia relatif, tertarik pada lawan jenis adalah naluri alamiah.
Tanpa disadari, sorot mata Lu Li yang tertuju pada Elf Air mulai terakumulasi sedikit demi sedikit warna kekaguman seiring berjalannya waktu.
“Ada apa?” Elf Air bertanya beberapa saat tanpa respons, penasaran menyenggol Lu Li.
“Tidak apa, sedang memikirkan sesuatu, agak melamun.”
Sejenak rasa kesal muncul di hati Elf Air, sikap ini benar-benar keterlaluan. Saat diajak bicara tidak serius mendengarkan, bahkan bisa melamun saat bersamanya - pengalaman yang belum pernah dialami seumur hidupnya, tapi menjadi hal biasa di hadapan Lu Li.
“Meski punya banyak keunggulan, tapi kudengar Tongyan Wuji sangat bertekad merebut gelar juara.” Elf Air sengaja memberikan pukulan kecil pada Lu Li.
“Ini hal yang normal, banyak orang bertekad merebut juara.” Lu Li berkata santai, tersirat makna: meski Tongyan Wuji ingin juara, tapi belum tentu bisa mewujudkannya di hadapanku.
“Dia punya skill atau efek tambahan dengan waktu tunggu sangat pendek, percepatan dalam bentuk macan tutul. Transformasi macan tutulnya sama sepertimu, dan dia juga bisa terbang meski jaraknya lebih pendek.”
Ini semua informasi rahasia, bagaimana Si Kaya ini bisa tahu?
Akhirnya Lu Li mulai serius. Jika bentuk macan tutul Putra Hutan bisa dipercepat, memang larinya akan lebih cepat sedikit darinya. Kapan pula Tongyan Wuji belajar terbang?
Sepengetahuan Lu Li, saat ini yang bisa terbang hanyalah dia dan Xiao Ba Jiang.
Tapi setelah dipikir-pikir, ini tidak mustahil. Game 'Fajar' sangat besar dengan peluang beragam yang tak mungkin dia ketahui semua. Wajar jika orang lain punya pengalaman unik.
"Ada saran bagus darimu?" Lu Li tahu Si Kaya tidak akan membicarakan ini tanpa alasan.
"Aku punya jubah yang bisa kupinjamkan." Si Kaya terlihat agak berbangga. Saat Piala Huaying dulu, Lu Li berhasil mengalahkan Ibu Kota Kejayaan dengan peralatan pinjamannya, menjadi juara kuda hitam tahun itu.
"Apa syaratnya?" tanya Lu Li.
"Di matamu, aku orang yang pelit begitu?" Elf Air menyipitkan mata padanya.
"Baiklah, pinjamkan aku dulu, nanti akan kukembalikan." Lu Li dengan luwes mengubah nada bicara. Ini memang merupakan utang budi yang cukup besar, mengingat melibatkan peralatan legenda yang sangat bagus.
Sekalipun Elf Air bilang tidak perlu membayar syarat apapun, jika ada kesempatan untuk membalas, Lu Li tetap akan melunasi utang budi ini.
Orang lain mau menerima atau tidak itu urusan lain, kamu membalas atau tidak itu hal yang berbeda.
Sebenarnya Lu Li mengira Elf Air akan meminta guide Stratford, meski level MT guild mereka relatif rendah, tapi dengan adanya panduan, masih ada harapan untuk menguras beberapa BOSS kesulitan elite.
Elf Air langsung melakukan transaksi mengirimkan sebuah jubah.
Warnanya putih, teksturnya sangat lembut saat diraba. Kesan pertama adalah mungkin cantik tapi tidak fungsional, lagipula pencuri biasanya punya gaya khas yang rendah hati.
