Baron Rivendare sangat marah, mungkin dia merasa pertempuran adalah hal yang mulia, bahkan setelah berubah menjadi ksatria mayat hidup pun masih mempertahankan kesombongan ini.
Tak disangka ada yang berani merusak aturan dengan tak tahu malu.
Tidak hanya menyela percakapan sopan antar bangsawan dan menyergap, bahkan sialan menyergap dari belakang, akhirnya dia mengeluarkan pedang sihir bertatah simbol dan menghantam Lu Li.
Jangan kira Lu Li yang tampak gagah berani tadi adalah tipe orang yang gegabah menganggap diri sebagai prajurit.
Sebelum pedang sihir itu membabatnya, dia sudah berteleportasi ke belakang Biru Muda Laut Angin, membuat yang tadinya cuma ingin melihat keramaian ini panik.
Pertempuran resmi dimulai!
Baron Rivendare adalah seorang Death Knight, profesi yang jarang diakses pemain. Meski banyak pemain Ksatria telah memicu quest Death Knight sejak dini, mereka tidak pernah benar-benar menjadi Death Knight. Mereka masih menggunakan skill Ksatria untuk leveling di dungeon.
Menurut definisi resmi, Death Knight dulunya adalah prajurit manusia yang adil, Ksatria Suci, atau orc sederhana penyembah ajaran Shamans yang hidup di dunia Draenor ratusan tahun lalu.
Mereka mungkin menerima panggilan kegelapan, meninggalkan masa lalu gemilang, mengkhianati jiwa sendiri. Atau dibangkitkan secara paksa sebagai budak Lich King setelah terbunuh. Bagaimanapun caranya, mereka memperoleh kekuatan yang hampir abadi.
Seperti ras langka Panda, Werewolf, Goblin, dll. Death Knight dan Biksu termasuk profesi yang sangat langka. Hanya segelintir pemain yang mendapat kesempatan untuk menjalani profesi ini.
Ratusan tahun yang lalu, penduduk asli dunia Draenor yang sederhana dan harmonis adalah sekelompok bangsa orc yang memuja ajaran Shamans yang murni, serta sekelompok orang Draenei yang tiba di dunia ini melalui perjalanan ruang angkasa untuk menghindari kejaran Iblis, hidup berdampingan secara damai.
Hingga kegelapan turun ke dunia, Kil'jaeden sang Penipu dari Iblis di Twisting Nether membujuk Ner'zhul sang kepala pendeta tua dari suku Shadowmoon, membuatnya meninggalkan ajaran Shamans yang memuja elemen alam, dan menjadi penyihir gelap pertama yang menggunakan tenaga Okultisme yang telah dikacaukan.
Para orang kepercayaannya pun diberi tenaga kegelapan yang luar biasa sehingga abadi, berubah menjadi makhluk jahat haus darah yang berkeliaran di Shadowmoon Valley, dijuluki sebagai Bloodthirsters.
Kekuatan kegelapan terus menyebar di antara berbagai suku bangsa orc, para Shaman secara berturut-turut menerima ajaran baru. Ras orc yang sederhana semakin terdorong oleh keinginan akan hak hingga menjadi korup. Masyarakat yang pernah ditopang oleh ksatria pemberani dan Shaman bijaksana akhirnya runtuh bagai retakan parau.
Bangsa orc meminum darah iblis dan membantai orang Draenei yang polos tanpa ampun.
Meski Ner'zhul telah menjadi pemimpin Horde setelah persatuan berbagai suku, ia menemukan kerabatnya melakukan kejahatan haus darah yang tak terkendali. Ia mulai merefleksikan jati diri dan menolak bekerja sama dengan iblis.
Iblis merekrut murid utamanya yang muda, Gul'dan (orang ini adalah Wu Yan Zu), untuk mendirikan Dewan Bayangan menggantikan Ner'zhul dalam mengendalikan kekuasaan Horde bangsa orc.
Gul'dan memimpin pasukan besar bangsa orc menembus Gerbang Kegelapan, melancarkan serangan terhadap Alliance di alam semesta Azeroth.
Setelah gagal, Ner'zhul berusaha menyelamatkan rekan bangsa orc yang diperbudak di Azeroth. Ia memimpin pasukannya bertempur sengit melawan pasukan Alliance di Rawa Air Hitam di bawah Gerbang Kegelapan. Namun akhirnya kalah di sisi Draenor dari Gerbang Kegelapan.
Ia kembali menggunakan kekuatan kegelapan untuk membuka beberapa gerbang menuju Twisting Nether. Dengan pengecut, ia kabur bersama orang-orang kepercayaannya, berharap bisa melarikan diri ke dunia baru melalui perjalanan antar ruang.
Di Twisting Nether, Legiun Iblis telah menunggu. Sebagai hukuman karena melanggar keinginan iblis, mereka dicabut fisik namun jiwa dilestarikan dan disiksa. Di bawah siksaan, Ner'zhul kembali berkompromi. Memperoleh kekuatan baru, ia dibekukan dan dibuang di Puncak Dunia Benua Northrend di Azeroth, menjadi Raja Lich.
Para pengikut setianya yang disebut Bloodthirsters, berubah menjadi Ksatria Kematian dan Lich.
Inilah Ksatria Kematian generasi pertama.
Ksatria Kematian generasi kedua sebenarnya adalah manusia, dengan tokoh paling ikonik tentu Yang Mulia Pangeran Arthas kita.
Manusia penjelajah dari benua Lordaeren menjelajahi dataran es utara benua Northrend dengan armada, mendirikan permukiman. Raja Lich Ner'zhul diam-diam memilih manusia penjelajah untuk bereksperimen dengan ilmu necromancy di pedalaman es, secara bertahap mencapai kemajuan dan berhasil membangun Legiun Kerangka dengan skala tertentu.
Hal ini memicu reaksi keras dari kerajaan laba-laba bawah tanah yang telah berdiri puluhan ribu tahun, pasukan laba-laba pemberani melancarkan serangan gencar terhadap formasi Wabah Kerangka yang baru terbentuk.
Karena ras laba-laba kebal terhadap kontrol mental yang menjadi keahlian Ner'zhul, pertempuran sengit ini hampir membuatnya mengerahkan semua lich dan Ksatria Kematian yang masih setia padanya. Umat laba-laba terus tumbang, namun mayat mereka bisa dikendalikan oleh para penguasa darah ini. Jumlah umat laba-laba semakin menyusut sementara Legiun Bencana terus berkembang, sehingga akhirnya Ner'zhul memenangkan perang ini dengan taktik tersebut dan meraih status penguasa Northrend.
Ia menipu Kel'Thuzad, penyihir Dalaran yang memiliki ambisi serupa, untuk mendirikan sekte Kutukan di Kerajaan Lordaeron. Mereka terus merekrut umat beriman dan menyebarkan berbagai wabah penyakit.
Hal ini mengguncang pemerintah Lordaeron saat itu. Sang Putra Mahkota sekaligus Ksatria Suci Arthas bersama mentornya Uther sang Ksatria Suci diperintahkan untuk menyelidiki kasus ini.
Dan sang Pangeran muda terjerumus ke dalam satu per satu jebakan, akhirnya kebencian terhadap Legiun Bencana membawanya menginjakkan kaki dalam ekspedisi ke Benua Northrend. Ini adalah jalan buntu, ia mencabut Frostmourne yang terkutuk, mengorbankan pasukannya sendiri untuk mengalahkan Pangeran Teror Mal'Ganis dari Legiun Bencana. Namun, menyendiri dalam terpaan angin dingin yang menusuk tulang, ia kehilangan sisa-sisa kepribadian terakhir.
Beberapa bulan kemudian, Arthas yang hilang kontak kembali dengan kemenangan. Wabah mereda. Dalam sorak-sorai ia menghadap sang Ayah, lalu dengan tangannya sendiri membunuh sang Raja dan mengacaukan politik dalam negeri, menjadi Death Knight generasi kedua pertama.
Inilah asal-usul Death Knight generasi kedua. Generasi ini berhasil membawa profesi Death Knight ke puncak legenda. Sepanjang periode ini, Arthas berhasil mengalahkan Uther sang pemimpin Tangan Perak yang dijuluki "tak terkalahkan".
Poin ini sangat penting, Ksatria Suci dengan jiwa yang murni, bahkan setelah mati pun tidak bisa dipanggil melalui Ilmu Sihir Kematian.
Tenaga berasal dari iman diri sendiri. Kekalahan Uther membuat Ksatria Suci di bawah komandonya kehilangan kesetiaan terhadap keyakinan. Semua Ksatria Suci yang berubah, sebenarnya jiwa mereka telah mengalami perubahan sebelum maut menjemput.
Banyak Ksatria Suci mati dalam amarah, keputusasaan, dan ketakutan. Jasad mereka yang telah tiada dipanggil untuk bergabung dalam barisan Ksatria Kematian generasi kedua.
Anggota Tangan Perak yang tersisa mendirikan atau bergabung dengan kubu Tentara Salib Berdarah di kemudian hari.
Tentara Salib Berdarah sempat mencapai kecemerlangan, bagaikan bunga sepatu yang mekar sekejap.
Pemimpin mereka Morogrine membuat Pembawa Debu dari kristal bayangan orang Draenei yang disita selama invasi bangsa orc sebelumnya setelah dimurnikan, kemudian dikhianati oleh putranya sendiri saat menyerang mendadak Kota Stratholme yang diduduki mayat hidup, tewas dalam amarah, kesedihan, dan balas dendam, lalu bergabung dengan kubu Ksatria Kematian. Sejak itu pasukan inti Tentara Salib Berdarah mengalami kemunduran besar, dikendalikan dan dimanipulasi oleh petinggi Legiun Bencana dan Pangeran Teror.
Semua ini berubah dengan kemunculan Illidan si tokoh tragis.
