Dari jarak dekat, meski Cahaya Kegelapan menyerap cahaya, kita masih bisa mengamatinya dengan mata telanjang.
Bunga ajaib yang tercipta dari imajinasi para perancang ini, memang memiliki keindahan yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Kontak jarak dekat dengannya seolah memberikan efek menenangkan pikiran.
"Letakkan ini di tempat Lothar berada. Aku pernah berjanji padanya," ujar Garona menyerahkan Cahaya Kegelapan kepada Lu Li.
"Baik. Jika tidak ada perintah lain, aku akan segera kembali melakukan penyelidikan." Lu Li dengan hati-hati menyimpan Cahaya Kegelapan berharga ini ke dalam tasnya. Tak ada pertanyaan lebih lanjut meski rasa penasarannya membara.
Lothar, Llane, Garona, Khadgar, Medivh...
Apa sebenarnya konflik dan dendam tersembunyi di antara tokoh-tokoh legendaris ini?
Konon Lothar dan Garona memiliki hubungan khusus, Raja Llane juga menyaksikan keunikan wanita campuran darah dari bangsa asing ini. Namun ironisnya, Garona justru membunuh Raja Llane, tapi akhirnya melahirkan putra bagi Medivh.
Saat datang melalui pemanggilan, untuk pergi jauh lebih sederhana - cukup gunakan hearthstone.
Lu Li berencana mengurus Cahaya Kegelapan terlebih dahulu, lalu menyelidiki mata-mata Palu Senja di Stormwind. Menurut permintaan Garona, tak ada hal yang lebih penting dari ini.
Lothar telah mati.
Dalam Pertempuran Menara Batu Hitam, dia dikalahkan oleh Orgrim Doomhammer.
Meski ajudannya Turalyon sang Ksatria Suci dan Uther memimpin para petualang menggempur pasukan orc hingga merebut markas penting Menara Batu Hitam, lalu mengejar suku orc hingga ke kedalaman Rawa Kesedihan - bahkan menangkap Pemimpin Horde Orgrim sebagai tawanan - fakta bahwa Lothar gugur di Dataran Kobaran Api tak bisa diubah.
Baik bagi Alliance maupun Horde, ini tetap wilayah yang menyedihkan.
Dataran Kobaran Api dihuni banyak makhluk yang senang membunuh pelancong. Bagi pemain di bawah level 45, bepergian ke wilayah ini adalah bencana. Setelah keluar dari teleportasi desa, Lu Li langsung masuk ke mode penyamaran.
Hingga ia tiba di lokasi patung Lothar.
Patung raksasa ini membuat manusia di bawahnya terlihat sekecil semut.
Di depan patung, banyak orang berziarah - tidak hanya NPC, tapi juga beberapa pemain yang terpengaruh alur cerita game.
Mayoritas remaja, ada juga anggota senior yang mungkin pernah menjadi pejuang.
Lu Li menyaksikan seorang lansia tanpa kaki merangkak dengan tangan, meletakkan bunga putih kecil lalu pergi merangkak. Ekspresinya datar, seolah tak perlu berduka - baik atas kematian Lothar maupun kaki yang hilang dalam perang.
Tidak diragukan lagi, Anduin Lothar adalah salah satu pahlawan yang paling dikagumi, aura komandonya yang luar biasa dan karisma pribadi yang sempurna pantas mendapatkan penghormatan semua orang.
Kesetiaan, ketegasan, iman - di saat umat manusia tenggelam dalam keputusasaan, teriakan Lotharlah yang membuat nilai-nilai luhur kuno kembali memancarkan sinar gemilang. Ia adalah monumen besar yang abadi dalam sejarah manusia, mewakili harga diri dan kesombongan manusia.
Bahkan ada yang menulis puisi untuknya di lempengan batu sekitar - seni adalah penyakit universal, tak peduli usia maupun ras.
Seperti puisi ini:
Aku menyimpan sebuah rahasia.
Ia mekar sunyi di dedaunan merah yang menyelimuti bukit;
Ia mengambang bisu di negeri salju yang hening;
Ia mengalir lembut di sungai kecil yang berkelok-kelok;
Ia membakar dengan dahsyat tanah merah membara di bawah kaki.
Diam-diam kuletakkan rahasiaku bersama seikat krisan segar di depan nisanmu.
"Suatu hari ia akan membusuk, membawa aroma bunga aster mengisi liang kubur sunyi yang sudah lama kosong ini."
"Mungkin ini adalah seorang pengelana yang telah menjelajahi banyak tempat, suatu hari melihat patung Lothar di Dataran Kobaran Api, meninggalkan puisi dan sekuntum bunga kecil yang sudah membusuk tak terhitung usianya di sini."
Lu Li mengeluarkan Cahaya Kegelapan itu, dengan khidmat meletakkannya di antara bunga-bunga itu. Dalam hatinya berpikir, bahkan bunga paling langka pun pada akhirnya akan menempuh jalan pembusukan.
"Dari sudut pandang sekarang, bunga ini sebenarnya tidak berbeda makna dengan bunga-bunga biasa yang ditinggalkan orang lain."
"Nak, kamu juga datang melihat Ketua?" Mungkin karena terlalu banyak menyelesaikan tugas, nilai daya tarik Lu Li yang hampir minus akhirnya mulai membaik, setidaknya ada NPC yang aktif menyapanya.
"Ya, Tuan. Saya atas permintaan mentor datang untuk menaburkan bunga." Lu Li mengangguk.
Ksatria veteran itu menyapu pandangannya ke hamparan bunga. Bunga yang memancarkan kilatan kegelapan dan terus-menerus menelan cahaya seketika menarik perhatiannya. Dengan terkejut ia mengangkat kepala: "Ini benar-benar bunga yang luar biasa! Bolehkah tahu nama Guru yang terhormat itu?"
"Ini…" Lu Li ragu sejenak. Meski Garona tidak secara eksplisit melarangnya menyebut nama, ia memperkirakan sang assassin half-orc tak akan senang namanya disebut-sebut.
"Lupakan, tak perlu dipaksakan jika memang tak boleh diungkap." Sang ksatria veteran memanggil mount-nya, lalu menaikinya. "Mau nebeng? Aku merasa kita cukup klop."
"Terima kasih, jika tidak merepotkan." Tentu saja Lu Li tak akan menolak tawaran NPC.
Dari sebutan "Ketua" untuk Lothar tadi, identitas sang ksatria veteran mudah ditebak. Pria ini jelas anggota Brotherhood, organisasi tempat Lothar pernah memimpin.
Mengapa ksatria veteran merasa cocok dengannya sebenarnya tidak sulit dijelaskan, mungkin karena keberadaan Hati Ksatria Suci yang ia kenakan, serta kekuatan wilayah Malam yang pernah ia hadapi, juga Old Fordring - semuanya merupakan representasi Ksatria Suci.
Bisa dikatakan Lu Li memiliki takdir yang kuat dengan Ksatria Suci.
Ini adalah seekor griffin raksasa, membopong dua atau tiga orang pun diperkirakan tidak masalah, hanya saja rambut griffin ini telah berwarna abu-abu keputihan, jelas menunjukkan usia yang sangat lanjut.
Griffin itu terangkat ke udara, mengepakkan sayap besarnya dan terbang menuju Arah Stormwind.
Dari Burning Plains kembali ke Stormwind, kita hanya perlu melewati Hutan Elwynn. Sepanjang perjalanan ini kami bertemu beberapa makhluk terbang, bahkan ada yang cukup ganas. Tapi di hadapan griffin raksasa, mereka hanya bisa lari pontang-panting. Sang griffin enggan mengejar mereka, tapi jika ada makhluk terbang nekad menghalangi, cakar tajamnya akan mencabik-cabik si penghina itu.
Selain guncangan, darah berbau anyir juga menghujani seluruh tubuh selama penerbangan.
Awalnya Lu Li sangat tidak menyukai sensasi ini. Namun saat melihat ksatria veteran yang darahnya berdesir panas, perlahan ia mulai memahami perasaan heroik ini.
Hanya butuh waktu kurang dari setengah jam untuk mencapai Stormwind - jika berjalan kaki dengan segala potensi pertempuran di jalan, mungkin butuh setengah hari. Tentu saja BUG seperti pemain menggunakan hearthstone untuk kembali ke kota tidak termasuk hitungan.
