Lu Li bingung harus menggunakan identitas apa saat menghadapi Varian.
Tidak diragukan lagi, ayah Varian, Llane Wrynn, adalah seorang raja besar dan strategis yang cerdas. Hanya dengan mengandalkan kekuatan Kerajaan Stormwind saja, dia berhasil melindungi Stormwind dari serangan pertama pasukan besar Horde yang masuk ke Azeroth dengan aura mengintimidasi.
Baik di Alliance manusia maupun di Kerajaan Stormwind, Raja Llane adalah pahlawan yang tak tertandingi.
Namun, Varian yang masih muda bahkan belum sempat belajar dari ayahnya tentang cara menjadi penguasa bijaksana, ketika dia kehilangannya secara tuntas - mata-mata paling dipercaya Raja Llane, Garona sang half-orc, berada di bawah kendali paksaan Gul'dan. Dengan air mata, dia menusukkan pisau kepada Llane di istana Stormwind. Varian yang menyaksikan kematian ayahnya sendiri, menancapkan tayangan pembunuhan Garona ke dalam jiwa mudanya bagai pahatan, menjadi pemandangan yang takkan pernah bisa dilupakan seumur hidupnya.
Dalam pandangan Lu Li, jika Varian memiliki seseorang yang dibenci hingga ke tulang sumsum, mustahil orang itu adalah bangsa orc.
Dia bahkan curiga bahwa begitu mengaku sebagai murid Garona, sangat mungkin langsung dibabat sampai mati - tentu dengan premis bahwa Varian masih hidup untuk sementara.
Seperti dikatakan ksatria veteran, Varian tidak akan mudah mati.
Ini adalah markas besar Alliance, istana raja pun dalam status siaga ketat. Bukan tidak ada yang ingin masuk membunuh di sini, termasuk pejuang kuat dan Pengendali Sihir.
Namun tidak ada berlian, jangan mengerjakan keramik. Karena Mayor Samuelson berani melakukan percobaan pembunuhan raja di Stormwind, pasti ada andalannya.
Mereka segera tiba di pintu aula kerajaan, namun menemukan semua penjaga yang seharusnya berjaga di sini semuanya menghilang. Temuan ini membuat ekspresi wajah ksatria veteran semakin suram.
Yang bisa memerintahkan para penjaga ini tentu bukan seorang mayor, ini menunjukkan kemungkinan besar ada bangsawan level Jenderal yang mengikuti Palu Senja berkhianat kepada raja. Sekarang dia hanya bisa berharap raja bisa bertahan lebih lama, jangan sampai saat masuk nanti yang ditemui adalah mayat.
Palu Senja terdiri dari anggota berbagai ras. Entah di masa lalu mereka Alliance, Horde, atau apa pun, terlepas dari postur, bentuk tubuh, atau ornamen mereka, mereka bersatu demi satu tujuan bersama.
Ini memang terdengar membuat orang merasa masa depan mereka bukan mimpi. Sebenarnya alasan mereka bergabung dengan Palu Senja sama seperti bergabung dengan agama lainnya - kita membutuhkan sosok yang jauh lebih agung dari kita untuk memberikan misi.
Iman ini membuat manusia tidak bisa dipahami dengan logika yang wajar.
Lu Li mempertahankan kecepatan lari kencang sambil menerobos satu per satu koridor di istana.
Pikirannya terbang agak jauh, dia merenungkan jika dirinya yang ingin membunuh Raja Varian, bagaimana caranya agar mendapat kesempatan.
Tentu saja, premis hipotetisnya adalah mereka memiliki kekuatan untuk membunuh secara frontal bos super seperti Varian. Pertama-tama dia harus memilih kesempatan yang baik, setidaknya pasukan inti Ksatria Stormwind harus sedang bertempur di luar. Mungkin juga perlu menciptakan kekacauan di area komersial untuk memancing penjaga pergi menjaga ketertiban.
Kemudian menggunakan taktik mengalihkan perhatian untuk menyingkirkan penjaga di pintu, lalu dia bersama Sesame Paste Tangyuan menerobos masuk, akhirnya memanggil pasukan besar di dalam istana.
"Kamu mungkin benar, beberapa bangsawan memang seperti kanker bagi kerajaan." Sebelum memasuki aula utama, Lu Li dan ksatria veteran sudah mendengar suara ramah itu. Dari ekspresi lega sang ksatria tua, yang di dalam mungkin adalah Raja Varian.
Varian mungkin tidak sepopuler ayahnya, tapi dia telah melalui banyak cobaan.
Kematian sang Ayah menjadi permulaan Varian kehilangan segalanya. Dalam invasi bangsa orc yang menyusul kemudian, rumahnya—Stormwind—diratakan dengan tanah, negerinya diduduki bangsa orc, rakyatnya menderita korban jiwa yang sangat besar. Berkat pengawalan setia Jenderal Anduin Lothar, sekelompok pengungsi Stormwind berhasil menyeberangi lautan ke utara menuju Lordaeron.
Remaja Varian terlalu dini memulai kehidupan pengungsiannya. Belum pulih dari ketakutan kehilangan ayah, dia sudah menghadapi serangkaian malapetaka.
"......Tapi bagaimana asal muasal para bangsawan? Leluhur mereka telah menumpahkan darah berdesir panas demi tanah ini, banyak yang menggunakan kehidupan untuk membuka jalan bagi generasi mendatang." Raja Varian sepertinya sedang berdiskusi tentang nilai-nilai hidup dengan Mayor Samuelsson.
Lu Li mengintip ke dalam dari luar, hasilnya dia terkejut setengah mati.
Istana dipenuhi mayat-mayat, jelas bukan pertempuran yang belum dimulai seperti yang dibayangkannya. Sang pengucap bersandar di takhta dengan dada penuh luka, menunjukkan luka yang cukup serius.
Pelakunya bukan Mayor Samuelen seperti yang diduga Lu Li - meski belum pernah melihat langsung, dari status sosial orang ini dan wajah adiknya, mustahil ini monster menjijikkan seperti itu.
Yang duduk bersila di istana itu tak lain adalah monster raksasa.
Jika Lu Li tidak salah mengenali, benda ini seharusnya disebut Yang Tak Berwajak.
Menurut ramalan Palu Senja, sebagian besar makhluk hidup berwujud akan dibinasakan. Hanya Yang Tak Berwajak, Naga Senja, Naga Abadi, dan makhluk elemen - beberapa spesies terpilih ini - yang bisa membagi kemuliaan Tuhan dalam dunia baru yang diselubungi bayangan.
Namun Yang Tak Berwajak hasil konversi Mayor Samuelen ini jelas bukan yang sesungguhnya.
Yang Tak Berwajak sesungguhnya tercipta dari belahan tentakel Dewa-Dewa Kuno. Melalui citra mereka bisa dilihat bahwa raga mereka memang mirip dengan lengan moluska. Seperti diketahui umum, tubuh Dewa-Dewa Kuno terdiri dari batang tubuh oval dan banyak tentakel.
Apakah Yang Tak Berwajak lahir dari tentakel Dewa-Dewa Kuno yang terlepas atau melalui produksi aktif, hal itu masih belum diketahui.
Tapi kemampuan Mayor Samuelson mengkonversi dirinya menjadi Yang Tak Berwajak cukup kuat. Pantas saja para penjaga ini bukan lawannya, bahkan Raja Varian yang termasyhur dari gelanggang pertarungan pun terluka.
"Seperti temanku VanCleef, Yang Mulia. Jangan bilang Paduka tidak mengenalnya." Mayor Samuelson bergumam dengan suara berdengung.
"Amarah tidak cukup menjadi alasan untuk merosot. Kalimat ini cocok untuknya, juga untukku. Dan kamu, dengan alasan apa kau bertempur?" Raja Varian meski terluka, suaranya tetap tenang, dengan ekspresi yang luar biasa jernih.
Amarah membuat Edwin VanCleef bangkit melawan, amarah pula yang membuatnya cepat melupakan keadilan yang dahulu dipegang teguh. Sekelompok pekerja akhirnya menjadi algojo yang membantai rakyat biasa.
Amarah yang sama - berasal dari kematian Ratu Tiffin dalam pemberontakan Serikat Tukang Batu - membuat Raja Varian dengan murka mengusir Serikat Pekerja tersebut, mengusir orang-orang ini dari "kota" megah yang mereka bangun sendiri.
Sebenarnya, Siapa yang menggunakan nama pembantaian untuk menghujat keadilan?
"Matilah, Yang Mulia Raja. Darahmu akan digunakan untuk ritual persembahan bagi Nezath yang agung!" Mungkin karena status Yang Tak Berwajak pada tubuhnya mulai tidak stabil, Mayor Samuelson akhirnya menghentikan basa-basinya yang bertele-tele.
Mengapa setiap antagonis selalu banyak bicara?
Lu Li melihat ksatria tua yang menyala-nyala dengan api cahaya suci menghalangi di depan Raja Varian, dalam hati sangat ingin mengolok.
