Jika ada kekurangan serius dari skill andalan Mage yaitu skill domba, fakta bahwa target akan regenerasi darah selama periode domba jelas meningkatkan kesulitan penggunaan skill ini.
Kapan harus menggunakan skill domba dan berapa lama durasinya, ini adalah masalah yang sangat dipelajari oleh para Mage.
Begitu Nanbosirui menggunakan skill domba pada Lu Li, HP Lu Li yang sudah tipis itu akan cepat pulih. Jika di-domba terus menerus, HP penuh bisa tercapai dalam hitungan menit.
Namun Nanbosirui jelas tidak memiliki modal untuk bersikap sombang seperti itu.
Dia sangat menghargai keunggulan yang diciptakan rekan satu tim untuknya, dan berencana mengeluarkan Lu Li dari pertarungan dengan cepat.
Lu Li berusaha bersembunyi sebaik mungkin, ingin mengulur waktu menunggu pendinginan skill. Sayangnya persepsi Nanbosirui cukup tinggi, terlebih sang veteran berpengalaman. Setelah tiga kali mencoba, akhirnya berhasil menjaring Lu Li dengan Ice Cone.
Begitu Lu Li muncul, Nanbosirui langsung menggunakan kilatan cahaya untuk mendekat, tidak lagi berusaha menjaga jarak dalam pertarungan.
Kali ini, dia bertindak lebih radikal daripada Fat Monkey, memaksa Lu Li harus bertarung habis-habisan. Satu pihak dengan HP penuh dan status prima, sementara lawannya darah tersisa tanpa skill. Hasilnya bisa ditebak.
Namun Lu Li tidak sepenuhnya terdesak. Dia berhasil menguras sebagian HP Nanbosirui, sekaligus memaksanya menggunakan beberapa skill.
Pertarungan arena mirip dengan estafet, setiap cincin sebenarnya cukup krusial.
Di sisi Pedang Penghakiman, yang turun berikutnya secara mengejutkan bukan Moonlight melainkan Mao Mao Ai Chi Rou. Sekali lagi gadis ini harus menghadapi atlet esports kelas bintang.
Banyak orang iri pada perempuan ini.
Merasa dia punya hoki luar biasa, kalau tidak bagaimana bisa terpilih oleh Lu Li di antara begitu banyak pemain.
Ada juga yang iri dengan bakat alaminya, didikan langsung dari figur tingkat dewa seperti Lu Li, baru masuk ke lingkaran ini sudah mendapat kesempatan sparing dengan para top player.
Soal bakat Mao Mao Ai Chi Rou, Lu Li tidak bisa menyangkal. Tapi soal dia yang mengajarinya langsung...
Kumohon, dia paling-paling cuma pemain biasa yang dapat keberuntungan sampah, baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang tidak pernah benar-benar mengajari siapa pun, paling hanya memberi petunjuk dasar ke March Rain dkk tentang sistem rapuh itu. Benar-benar disuruh melatih atlet esports? Pasti langsung terjerumus ke parit!
Kecepatan Mao Mao Ai Chi Rou menjadi fokus turnamen.
Pada akhirnya ini semua prestasi besar Baba Kucing – bakat langka, didikan sejak kecil, berbagai pelatihan, akumulasi pengalaman yang akhirnya meledak menjadi pencapaian mencengangkan.
Menghadapi atlet esports seperti Nanbosirui, Mao Mao Ai Chi Rou menggenggam erat tongkat legenda yang dipinjamnya. Matanya dipenuhi kegembiraan - "Membunuh dewa untuk membuktikan jalan-Mu", frasa ini terus menyokongnya melewati latihan-latihan membosankan. Sekarang tibalah momen untuk memanen buah kemenangan.
Sebenarnya Nanbosirui berada di bawah tekanan besar.
Dia sudah terkenal sejak dini, bertahun-tahun menguasai lingkar profesi game. Bagi anggota baru seperti Mao Mao Ai Chi Rou, sekadar bisa bertarung melawannya saja sudah merupakan kehormatan. Kalaupun kalah, semua akan menganggap itu wajar.
Tapi jika Nanbosirui yang kalah?? Berita hiburan besok tidak perlu bingung mencari headline.
Karena itu Nanbosirui mengerahkan semangat dua belas kali lipat. Kursi komentator dan tribun penonton pun terpengaruh atmosfer ini, hingga ucapan mereka menjadi berhati-hati.
Perang saudara antar Pengendali Sihir, pertarungan tantangan dan harga diri antara atlet esports senior dan pemula.
“Apa sangat dinantikan?” Di ruang istirahat atlet esports, Lu Li tersenyum bertanya pada Baba Kucing, pelatih baru yang biasanya selalu punya rencana matang dalam segala hal ini sama sekali tak bisa menyamarkan kecemasannya.
“Mungkin terlalu berharap, memberi tekanan tidak kecil pada Kucing.” Baba Kucing tersenyum pahit sambil meraba sebatang rokok dan menyalakannya.
Diri mereka yang gagal berdiri di posisi tertinggi, lalu menitipkan pengharapan terakhir ini pada generasi berikutnya - inilah kondisi umum orang tua Tionghoa. Di era industri game yang sudah sukses seperti sekarang, industri ini pun tak luput dari kebiasaan itu.
“Kucing menunjukkan kemampuan yang cukup baik.” Lu Li berkata sambil terus memantau pertandingan.
“Masih agak kekanakan. Skill ini seharusnya tidak digunakan terlalu dini, pergerakan terlalu maju. Dalam pertempuran melawan penyihir pada tahap ini harus menjaga jarak lebih jauh. Kucing punya banyak skill pengurangan darah berkelanjutan, tapi pertarungan ini terlalu terburu-buru sampai tak sempat menunjukkan kemampuannya.” Baba Kucing hanya berani mengolok putrinya di saat seperti ini, nanti pasti akan berbalik memuji dan menenangkannya habis-habisan.
Mungkin memang tekanan terlalu besar, mengingat Mao Mao Ai Chi Rou memposisikan diri untuk mengalahkan Nanbosirui.
Jika dalam pertarungan ini Mao Mao Ai Chi Rou yang menang, semuanya akan baik-baik saja. Tapi jika Nanbosirui yang menang, berapapun darah atau skill yang tersisa, di pertarungan berikutnya dia pasti akan langsung mengubah lawannya jadi domba, lalu mengisi ulang HP-nya tanpa gangguan.
Inilah keunggulan paling luar biasa Nanbosirui di season ini - selama tidak mati, dia akan segera aktif dan lincah kembali.
Strategi tetap Pedang Penghakiman adalah tidak mengekspos rahasia Permata Misrail kecuali dalam kondisi darurat, baru di pertandingan tim akan mereka jebak dia habis-habisan.
Saat HP Mao Mao Ai Chi Rou berkurang setengah, lawan masih memiliki lebih dari separuh darah. Ini pun berkat upaya Lu Li sebelumnya yang berhasil menguras sebagian HP Nanbosirui. Dalam arti tertentu, Mao Mao Ai Chi Rou sudah mulai terdesak.
Meski demikian, tetap ada banyak pemain yang bertepuk tangan untuknya.
Namun baik Lu Li maupun Baba Kucing yang lebih memahami putrinya, tidak menyerahkan harapan. Ciri khas terbesar Mao Mao Ai Chi Rou adalah makin kuat saat menghadapi lawan kuat, memiliki keteguhan pantang menyerah layaknya benih unggul.
Jangan lihat situasinya tidak menguntungkannya, justru semakin seperti ini semakin mungkin terjadi serangan balik.
Nanbosirui agak frustasi. Ini pertama kalinya dia menghadapi pendatang baru yang semakin sulit dikalahkan. Biasanya melawan pendatang baru, cukup bertahan melewati tiga kapak pertama mereka, irama selanjutnya sudah berada di tangannya.
Tapi dia tetap harus melanjutkan pertarungan dengan gigih.
Saat HP hampir turun bersamaan ke 20%, Nanbosirui terjebak dalam kebimbangan: haruskah mengubah lawan menjadi domba? Setelah transformasi dia bisa membangunkan regenerasi darah, tapi lawan yang berubah domba juga akan ikut pulih. Jika semua pulih bersama, untuk apa pertandingan ini?
Nanbosirui mulai curiga bahwa situasi penurunan HP secara simultan antara dirinya dan Mao Mao Ai Chi Rou sengaja diciptakan oleh pemula di seberang ini.
Ini membutuhkan kewibawaan seperti apa!
Jangankan Nanbosirui tidak percaya, bahkan Lu Li dan Baba Kucing pun tak menyangka Mao Mao Ai Chi Rou bisa mencapai level seperti ini. Mengendalikan irama memerlukan perspektif holistik, kemampuan observasi, serta ketabahan yang sering kurang dimiliki atlet perempuan.
Namun bagaimanapun juga, situasi yang terpampang jelas ini menunjukkan Nanbosirui telah masuk ke dalam jebakan.
Jika HP Mao Mao Ai Chi Rou jauh lebih tinggi, pasti Nanbosirui akan langsung mengubahnya jadi domba. Paling-paling mereka berdua kembali ke HP penuh dan mulai dari awal. Sebaliknya jika HP Mao Mao Ai Chi Rou jauh lebih rendah, dia sama sekali tidak perlu bimbang.
Saat Nanbosirui masih terjebak dalam kebimbangan, Mao Mao Ai Chi Rou telah mengalami transformasi.
Dengan jeritan memekakkan telinga, seluruh tubuhnya mulai mengeluarkan asap hitam pekat.
Lu Li menatap Nanbosirui yang masih kebingungan total, merasa dirinya benar-benar mendapatkan harta karun.
