Lalu, sebenarnya mengapa HP March Rain bisa terkuras?
Dan setiap kali setelah menggunakan skill domba, HP-nya selalu berkurang 30 poin, terjadi sekali atau dua kali lalu langsung berhenti.
Nanbosirui menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan keringanan damage untuk diri sendiri agar penurunan HP yang deras melambat sedikit, lalu mengubah target Polymorph ke Moonlight yang sedang mengamuk menyerangnya.
Moonlight mengaktifkan Amuk dengan serangan fisik, separuh damage yang diterima Nanbosirui berasal dari serangan ganasnya.
Sebenarnya dia lebih ingin mengubah Lu Li yang sedang mengejar healer mereka menjadi domba, namun tahu skill membatalkan kontrol kakak itu terlalu banyak, sulit diselesaikan dalam satu dua serangan.
Setidaknya dengan mengubah Moonlight jadi domba, nyawanya tak akan terkuras terlalu cepat.
Moonlight mengayunkan kapak besar dua tangan dengan lincah, setiap sabetannya menggerus porsi besar HP Nanbosirui bagai mengiris mentega.
Skill prajurit gila di "Fajar" sangat memukau, memberikan sensasi darah berdesir panas. Meski serangan individual mereka tidak setinggi penyihir gelap, kecepatan serangannya tinggi. Combo yang dilancarkan hampir tidak ada interval di bagian tengah, sehingga daya mematikan mereka masuk tiga besar.
Eksperimen itu sukses. Moonlight langsung berubah menjadi domba olehnya.
Harus diakui, skill domba Nanbosirui benar-benar luar biasa. Penyihir biasa harus menunggu bilah baca, sementara dia hanya butuh sedikit gerakan dan waktu mantra. Orang dengan respons tidak terlalu cepat pasti terlambat bereaksi.
Namun Nanbosirui segera menyadari ia terlalu cepat merasa lega.
-30、-30、-30……
Per detik, Moonlight mengandalkan darah banyaknya sebagai prajurit, nekat tidak membatalkan status Terkuras HP dari Mistral Gem. Pemukulan ini membuat Nanbosirui yang sudah kebingungan total jatuh ke Abyss kegelapan tanpa dasar.
Bahkan saat kalah di pertarungan arena dulu, Nanbosirui tidak sebimbang ini. Sekarang ia hampir gila.
Mengalihkan target ke Lu Li yang di-domba, namun Lu Li mulai Terkuras HP dan memecahkan efek domba. Beralih lagi... beralih lagi... Skill Domba Tak Terbatas yang disebut pemain sebagai BUG, benar-benar menghadapi situasi paling sulit.
Nanbosirui akhirnya memahami perasaan atlet esports yang pernah ia jebak dalam siklus domba tak berujung.
BUG, pasti BUG!
Skill domba tak terbatas dan batu permata pemecah domba memang termasuk mekanika paling BUG di awal era game. Setidaknya saat Lu Li masuk game, kedua fitur ini sudah dimodifikasi.
Pertama, skill domba tak terbatas di-nerf. Tidak lagi kebal terhadap aturan efek kontrol yang berkurang bertahap seperti milik Nanbosirui. Durasi domba kedua akan berkurang setengah, ketiga lebih singkat, hingga akhirnya tak berpengaruh.
Kemudian Misral tidak lagi menjatuhkan Batu Permata Misral, semua diubah menjadi Kalung Misral.
Meski sama-sama bisa memecahkan efek domba, mengorbankan satu slot peralatan untuk efek ini jelas membutuhkan pertimbangan serius. Dalam kondisi normal, tidak semua orang mau meng-equip-nya.
Namun, di momen genting seperti sekarang ini...
Hubungan tombak dan perisai antara skill domba tak terbatas dan batu permata penghilang domba memang sangat mumpuni. Wajar saja Nanbosirui awalnya sulit menerima kenyataan ini.
"Kapten, Kapten!"
Teriakan yang seolah berasal dari kejauhan sampai di telinganya. Nanbosirui baru menyadari dirinya sempat kehilangan fokus sejenak, sebelum mendengar permintaan rekan tim untuk mengaktifkan skill pengurangan damage.
Mengaktifkan pengurangan damage...
Tampaknya sudah tidak diperlukan lagi. Nanbosirui menghela napas dalam hati. Di bawah gempuran tiga damage gila-gilaan, keunggulan skill domba tak terbatas yang hilang membuatnya sama sekali tak mampu bertahan.
Pada dasarnya, semua ini karena ketergantungan berlebihan pada skill domba tak terbatas.
Demi skill tersebut, dia mengorbankan keunggulan senjata. Tongkat legenda di tangannya selain kemampuan domba tak terbatas, properti dan efek tambahannya bahkan mungkin tak sebaik peralatan emas.
Inilah alasan kenapa dia kalah dari Mao Mao Ai Chi Rou di pertarungan arena.
Sekarang, lagi-lagi karena skill domba tak terbatas, mereka akan mengalami kekalahan dalam pertandingan tim - keberhasilan dan kegagalan berasal dari sumber yang sama.
Di bawah gangguan profesi crowd control kuat seperti Lu Li, Shaman penyembuh Surga Ketujuh Genhao San bahkan tidak bisa memberikan setetes darah pun pada Nanbosirui. Ia hanya bisa memandang pasrah saat Nanbosirui tumbang dalam kepungan serangan.
Selanjutnya hampir tidak ada suspense lagi. Pedang Penghakiman meraih kemenangan dalam pertandingan ini.
Pertandingan berakhir, namun dampak yang ditimbulkannya luar biasa.
Banyak orang ingin mengetahui rahasia domba dari mulut pemain Pedang Penghakiman, bahkan kerabat jauh seperti sepupu pihak kedua, keponakan, dan bibi dari pemain kehidupan pun berusaha mengorek informasi dengan cara berbelit-belit.
"Hari ini ada satu anggota tim elit yang mengadu padaku. Katanya ayahnya memaksa memberitahu rahasia domba, kalau tidak hubungan ayah-anak akan diputus." Genhao San menggelengkan kepala dengan senyum pahit, tak berdaya menghadapi kompleksitas hubungan dalam game.
Seluruh keluarga bergabung dalam satu serikat yang sama - sungguh situasi ideal yang sulit ditemukan.
Namun dalam sebagian besar kasus, semua orang tetap bermain sendiri, bahkan tak jarang berada di serikat musuh. Ancaman memutus hubungan ayah-anak seperti ini tentu berlebihan, tapi jelas kontradiksi dalam keluarga sudah muncul.
"Katakanlah, buat apa disembunyikan." Lu Li berkata dengan tenang.
"Hah?" Genhao San terlihat bingung, beberapa kepala yang duduk di bawah aula pertemuan serikat juga sama sekali tak mengerti.
Hari ini adalah pertemuan mingguan, setelah urusan resmi selesai semua belum pergi. Tak ada yang menyangka Lu Li merespons seperti ini, apakah pola pikir bos agak tidak normal?
"Tugas ini tidak ada untungnya, malah kompetisinya sengit. Lebih baik kamu organisasi anggota kita untuk memulai dulu. Percayalah, tak lama lagi seluruh alam semesta akan tahu. Saat itu pasti banyak yang berebut, membunuh sampai banjir darah bukan masalah." Lu Li merasa dirinya agak licik.
"Nanbosirui pasti akan sangat membenci kita." Biru Muda Laut Angin bergumam pelan.
"Dia sudah bisa membayangkan Nanbosirui menggunakan skill domba, lalu target Terkuras HP... ganti target, lalu target Terkuras HP..."
"Kamu bodoh apa?" Lu Li memandangnya dengan pandangan merendahkan: "Kamu kira Nanbosirui akan pakai infinite sheep transformation lagi ke depannya?"
"Ah, meskipun dia kena jebakan di grup kita, tapi... jurus itu benar-benar sangat cabang lho, serikat lain sama sekali tidak bisa melawan." Biru Muda Laut Angin berkata dengan nada tidak yakin.
"Bisa jadi. Dengan sifat aslinya, mungkin dia memang tidak akan pakai infinite sheep transformation lagi." Moonlight yang selama ini sok patung akhirnya bersuara.
Bukan hanya kesombongan atlet esports, tapi juga karena dia sudah membayar harga kekalahan untuk menyadari: trik kecil mungkin bisa memberi keunggulan sementara di panggung kecil, tapi untuk jangka panjang harus mengandalkan kekuatan nyata.
Infinite sheep transformation malah menjadi beban bagi Surga Ketujuh ketimbang senjata mengalahkan Pedang Penghakiman.
Jika Nanbosirui tidak membawa tongkat legenda yang cantik tapi tidak berguna itu, dia mungkin tidak akan kalah dari Mao Mao Ai Chi Rou. Jika dia tidak membawa tongkat sihir dengan skill domba tak terbatas itu, dia juga tidak akan tertipu oleh Hujan Maret hingga mengira pihaknya memiliki keunggulan.
Jika bukan karena rangkaian pukulan bertubi-tubi, mana mungkin pemain senior seperti ini bisa kehilangan kesadaran.
Sayangnya, di arena pertandingan tidak ada kata "jika".
Semakin dipikirkan, semua orang mulai merasa Nanbosirui benar-benar mungkin akan menyerahkan skill domba tak terbatas itu.
"Segera beri tahu semua cara menyelesaikan tugas ini. Saat semua orang sudah tahu, jangan biarkan anggota kita ikut nimbrung." Lu Li berdiri sambil berkata.
"Bukannya ini agak jahat ya?" Ketua Hall Ksatria Yu Si Liulangren bertanya dengan ragu.
"Iya, jahat banget." Biru Muda Laut Angin terkekeh: "Tapi aku suka!"
