Goblin defibrillator adalah barang yang sangat menguntungkan. Material yang dibutuhkan tidak terlalu mahal, tapi Lu Li bisa menjualnya dengan harga gila-gilaan dan tetap banyak pemain yang berbondong-bondong membeli.
Saat itulah timing terbaik baginya untuk meraup keuntungan besar dengan skill teknik.
Setelah lima Senapan Orichalcum sempurna selesai, Lu Li masih kurang tiga poin pengalaman ke level 260. Dia berencana mencari resep baru jika ada waktu.
Resep Senapan Orichalcum Sempurna telah menghilang dari daftar skill tekniknya.
Skill kehidupan dengan batas frekuensi memang begini - habis ya habis. Untuk membuat lagi harus mencari resep baru.
Lu Li melengkapi senapan, mengirimkan satu pucuk ke Elf Air, setelah beberapa saat keraguan menambahkan ucapan Selamat Tahun Baru dalam email. Ke Moonlight juga dikirim satu pucuk, dengan ucapan Selamat Tahun Baru yang berbeda, kali ini dikirim dengan perasaan lebih lapang dada.
Dua pucuk sisanya (kali ini pasti tidak salah hitung) dijual ke Youxing Tianxia dan Biru Muda Laut Angin.
Mustahil menjual dengan harga mahal ke Biru Muda Laut Angin, jadi hanya dibanderol harga pokok. Mengingat Biru Muda Laut Angin hanya bayar harga pokok, Youxing Tianxia pun tak bisa menawar lebih tinggi. Akhirnya transaksi ini justru membuat Lu Li rugi.
Kabar baiknya, masih ada harapan dari Goblin defibrillator.
Dengan membawa benda ini, siapapun bisa berubah menjadi avatar profesi penyembuh untuk meregenerasi rekan tim yang mati.
Sayangnya tidak bisa digunakan selama pertempuran, dan dibandingkan mantra kebangkitan, tidak memiliki karakteristik keberhasilan 100 persen. Jika hoki sedang sial, bahkan setelah menggunakan satu Goblin defibrillator pun belum tentu berhasil.
Sehari sebelum tahun baru, salju turun di Kota Jiangnan.
Konon dua ratus tahun yang lalu, Kota Jiangnan tidak pernah turun salju. Perlahan-lahan salju mulai muncul, hanya intensitasnya lebih sedikit dibanding salju di wilayah utara. Saat menutupi tanah, ketebalannya hanya setipis lapisan.
Tahun ini salju turun agak banyak. Saat Lu Li keluar di pagi hari, seluruh alam semesta terlihat putih bersinar.
"Wah, turun salju!" Lu Xin menyelinap dari belakangnya, lalu kabur ke hamparan salju dengan riang seperti kelinci kecil.
Dia mengenakan jaket bulu merah muda, syal putih, dan helm putih. Hanya mata dan bagian dahinya yang terlihat, membuatnya terlihat seperti boneka berbulu.
Di tahun-tahun sebelumnya, kakak beradik ini merapatkan diri di gubuk reyot yang diblokir dengan kertas bekas oleh Lu Li. Musim dingin selalu menjadi momok terbesar karena angin yang bertiup kencang.
Sepertinya selalu ada celah yang membuat penutupan lolos, meski Lu Li menggunakan barang sebanyak apapun untuk menutup, tetap tidak bisa menahan. Hanya bisa memakai lebih banyak pakaian, atau banyak menggerak-gerakkan badan untuk menghangatkan diri. Kalau tidak ada urusan, lebih baik menyelimuti diri dengan selimut dan membungkus diri.
Selain itu di masa lalu selama musim dingin, pekerjaan yang bisa ditemukan selalu lebih sedikit. Jadi persoalan kelaparan juga sering terjadi.
Terutama beberapa tahun awal ketika Lu Li masih lemah, berkat kakek-nenek tetangga sekitar yang sesekali menyisihkan sedikit barang untuk membantu kedua kakak adik ini, mereka akhirnya tidak mati kelaparan.
"Kakak, ayo kita kunjungi Kakek Lao Li mereka!" Tiba-tiba Lu Xin berkata setelah bermain sebentar.
Lu Li diam-diam beberapa saat, baru perlahan berkata: "Xinxin, kita sudah keluar dari wilayah 'itu'. Kenapa harus kembali? Tidak lebih baik kamu lupakan saja tempat itu?"
"Tapi Kakak, orang-orang itu pernah membantu kita lho." Lu Xin mengembungkan pipi, jelas-jelas tidak puas dengan sikap kakaknya.
"Dia memiliki sifat alami yang murni dan baik hati, serta dilindungi dengan baik oleh Lu Li. Jarang melihat sisi jahat masyarakat yang sesungguhnya. Meski ada yang berselisih dengannya, dia langsung melupakan tapi selalu mengingat kebaikan orang lain, sekecil apapun pertolongan itu."
"Aku bisa menyuruh orang mengirimkan beberapa barang." Lu Li selalu memanjakan adiknya, tidak keberatan dengan sifat polosnya.
"Mari kita kunjungi. Kebetulan hari ini ada waktu. Kakak, bukankah dulu kau bilang 'sebesar kemampuanmu, sebesar itu pula yang bisa kau lakukan'?" Lu Xin merangkul lengan Lu Li dengan suara lembut, secara tak kasat mata menggunakan sikap manja.
Sejak kecil, Lu Xin menyukai hewan kecil. Setiap melihat kucing liar atau anjing terlantar ingin dibawa pulang untuk dirawat.
Meski Lu Li tak tega melihat adiknya kecewa, tapi saat itu mereka sendiri saja kesulitan memenuhi kebutuhan, mana ada waktu luang untuk hewan peliharaan. Jadi dia menanamkan prinsip "sesuai kemampuan" pada adiknya.
Sekarang tindakannya justru berbalik menghantam diri sendiri, semua karena adiknya terlalu patuh pada ajaran itu.
Lu Li berpikir sejenak lalu bertanya: "Sekarang hidup kita memang sudah lebih baik, tapi apa yang ingin kamu lakukan?"
Dia agak khawatir apakah selama ini terlalu membesarkan adiknya dengan kebaikan berlebihan. Jika gadis itu memintanya menyumbangkan uang hasil jerih payahnya untuk membantu tetangga di kawasan kumuh, ini jelas sulit diterima Lu Li. Dia bukan Santo, tindakan seperti itu bertentangan dengan prinsip hidupnya.
Harus diakui, selain kepada adik perempuannya, setiap pengorbanan Lu Li terhadap orang lain selalu bersifat terarah dan memiliki tujuan tertentu.
Seperti dulu saat membagikan peralatan hasil bertarung kepada Biru Muda Laut Angin dan rekan satu tim lainnya, tujuannya adalah membangun tim yang setia dan harmonis. Kini dengan memperjuangkan kesejahteraan anggota serikat, tujuannya membuat orang-orang ini bersedia mempertaruhkan nyawa untuknya sepenuh hati.
"Hm..." Lu Xin memiringkan kepalanya sambil berpikir: "Bagaimana kalau kita membelikan mereka daging dan mengantarkannya?"
Syukurlah, gadis ini tidak termasuk tipe yang boros.
Tidak jauh dari kawasan kumuh tempat mereka dulu tinggal, terdapat pasar sayur yang ramai dikunjungi pembeli. Menjelang tahun baru, keramaian dan transaksi di sana luar biasa hidup.
Rakyat jelata sebenarnya masih bisa makan daging, hanya tak bisa puas saja. Yang paling mereka sukai tetap sayuran murah.
Lu Li menghitung jumlah yang perlu dikirim, langsung menyuruh petugas rumah jagal mengantarkannya. Sebagian besar adalah daging sapi yang jarang dibeli orang-orang ini, plus beberapa makanan langka.
Berkembangnya ekonomi sampai tahap ini, tetap ada orang-orang yang terpuruk karena usia tua, sakit/cacat, atau alasan lain. Sistem jaminan hari tua dan kesehatan yang digembar-gemborkan sebenarnya sudah jadi lelucon sejak 200 tahun silam.
Bagaimanapun, tak ada yang bisa mengubah kebijakan pensiun yang berubah-ubah setiap beberapa tahun, juga tak bisa memilih untuk hanya terjangkit penyakit tertentu.
Tahun ini cukup banyak orang yang keluar dari kawasan kumuh ini - para preman yang dulu dicemooh warga, atau keanehan seperti kakak-beradik Lu Li yang miskin berbunyi 'ding' tapi nekad sekolah.
Kini hampir semua orang tahu Lu Li berhasil membawa adiknya keluar dari sana.
Kelompok preman yang keluar belakangan juga seolah menemukan jalan lain berkat pengaruhnya.
Kini Lu Li kembali membawa adik perempuannya, menampilkan kemewahan layaknya pulang kampung dengan kejayaan. Ditambah dua truk penuh persediaan Tahun Baru yang tiba hampir bersamaan, seluruh penghuni kawasan kumuh yang masih mampu bergerak berduyun-duyun datang untuk mengambil barang-barang dan menyaksikan keramaian.
Dengan dingin Lu Li mengawasi dari samping, melihat adiknya berbaur akrab dengan para paman dan pedagang itu.
Sayangnya dia tak bisa merasakan kebahagiaan setelah menolong orang, hanya ada kepuasan batin karena adik perempuannya sendiri tampak senang.
Lu Xin yang bermain terlalu bersemangat akhirnya terkena flu.
Seketika seseorang itu bentak marah, tanpa ragu melemparkan sang adik ke dalam kamar dan menguncinya, melarangnya melangkah keluar pintu sedikitpun selama seluruh perayaan Tahun Baru Imlek.
Sebenarnya, rasa sakit pasca operasi sudah tidak ada lagi sejak lama.
Jika pun masih ada sedikit reaksi penolakan, itu tidak akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Setidaknya flu biasa takkan berdampak berarti pada Lu Xin. Ini sepenuhnya respons berlebihan dari Lu Li.
Karena adiknya tak bisa keluar, Lu Li pun hanya bisa menemani di rumah, waktu yang dihabiskannya untuk masuk ke game secara alami bertambah banyak.
