Kedua tim hampir bersamaan merebut peta, dan nyaris berbarengan masuk ke dungeon.
“Kita memilih kesulitan mimpi buruk, apakah mereka akan memilih kesulitan elite? Kalau begitu kita akan benar-benar dirugikan.” Biru Muda Laut Angin menunjukkan wajah cemas.
“Kau pikir semua orang se-tak tahu malu seperti kau?” Piao Ling menatapnya dengan pandangan merendahkan. “Xiao Mo adalah orang yang sangat menjaga harga diri. Sekuat apapun keinginannya untuk menang, dia takkan menggunakan cara seperti ini. Dalam hal ketidaksopanan, tiga Xiao Mo pun takkan bisa menyaingi satu Lu Li.”
“Kau yang tahan monster.” Lu Li tersenyum dingin sambil menunjuk dua monster dengan desain unik di pintu masuk.
Bernama Penjaga Regenerasi, di tangannya tergenggam perisai dan pedang. Ekspresi mereka kejam dan khidmat, sorot mata yang angkuh seolah membuat Dekan Martin terlihat seperti pengikut.
“Maaf, aku takkan lagi bicara jujur.” Piao Ling langsung menyerah.
“Feng Shao yang mulai tarik monster, yang lain serang monster yang ditahan Feng Shao.” Lu Li tidak mau menghiraukannya. Pasukan yang dibawanya kali ini semuanya tangguh, tidak perlu ragu-ragu. Langsung perintahkan Biru Muda Laut Angin untuk maju menarik monster.
Jika pasukan lebih lemah, bisa menyuruh Pastor mengendalikan satu monster, lalu yang lain fokus serangan terpusat ke satunya.
Setelah dua monster kecil dibersihkan, ada pintu besi. Jika tidak ada Pencuri, perlu menyelesaikan tugas untuk mendapatkan kunci. Lu Li agak lupa detail prosedur tugasnya, kira-kira dimulai dari seri tugas menandai empat Menara Pengawas Andorhal yang diberikan NPC di Benteng Mayat Hidup atau Bukit Es. Yang paling menjengkelkan dari tugas ini bukan tingkat kesulitannya, tapi pemain harus mengeluarkan lima belas koin emas — pemain biasa seminggu belum tentu bisa dapat uang sebanyak itu.
Sekarang tidak perlu serumit itu. Skill Membuka Gembok Lu Li sudah cukup untuk membuka pintu besi ini.
Membuka pintu dan masuk ke dalam barulah dianggap benar-benar memasuki dungeon. Akademi Nekromansi lebih mirip penjara bawah tanah yang menyeramkan daripada sebuah sekolah. Di mana-mana terlihat anggota tubuh yang terpotong dan genangan darah, dan sebagian besar yang berkeliaran di dalam sudah menjadi mayat hidup.
Dari koridor atas turun melalui sebuah tangga, di sepanjangnya terdapat banyak monster.
Di sini banyak orang yang malas repot, ingin langsung melompat dari atas dengan harapan bisa menghindari pertempuran melawan monster di tangga.
Tim yang melakukan ini "beruntung" mengalami wipe pertama di dungeon. Karena melompat dari koridor atas tidak hanya membuat semua monster di tangga datang menyerang, tetapi di titik pijakan juga banyak arwah nekromansi akademi yang sedang menyamar. Jika semua monster ini menyerang bersama, bahkan tim level 60 pun akan lenyap dalam hitungan menit.
Lu Li tentu tidak mungkin melakukan kesalahan seperti ini.
Hampir bersamaan, Xiao Mo juga tidak melakukan kesalahan serupa. Sifat aslinya yang hati-hati dan teliti membuatnya tidak berpikir untuk mengambil keuntungan kecil seperti itu. Membersihkan monster lewat tangga sebenarnya tidak memakan banyak waktu.
Titik wipe pertama berhasil mereka lewati tanpa hambatan maupun bahaya.
"Xiao Mo sedang live streaming, sialan, benar-benar tidak bermoral!" Piao Ling tampak menerima kabar tertentu, berkata dengan geram.
"Ada apa?"
"Mereka mengaktifkan siaran langsung dungeon melalui platform live streaming. Sekarang sudah ada jutaan penonton online yang menyaksikan. Kenapa kita tidak terpikir melakukan ini? Ini kesempatan promosi yang bagus!" Piao Ling menunjukkan wajah penuh penyesalan.
Meski menyombongkan kecerdasannya, dalam hal pengalaman praktis dirinya masih kurang.
"Kalau kita mulai sekarang, estimasi banyak platform yang mau bekerja sama." Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou tidak merasa ini hal sulit.
“Lupakan, sekarang mengikuti pasti terkesan meniru.” Selain itu, Lu Li juga tidak ingin orang mengintai proses komandonya. Dalam proses memimpin, dia kerap secara sengaja atau tidak sengaja memanfaatkan informasi dari ingatan kelahiran kembali.
Elemen-elemen ini jika dilihat satu per satu tidak mencurigakan, tapi jika dirunut secara berurutan pasti memunculkan kecurigaan.
Dia tidak khawatir perusahaan game bisa mengintai rahasianya, karena perusahaan game pun tidak bisa melihat situasi konkret. Mereka hanya bisa menganalisis data untuk memeriksa apakah operasi pemain bermasalah.
“Lalu kita biarkan saja mereka promosi seperti ini?” Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou jelas-jelas tidak senang.
PVE dan PVP berbeda. Di PVP kita bisa langsung bertarung jika tidak sepaham, tapi di PVE mau bertarung pun tidak bisa, hanya bisa menunggu hasil akhir.
“Semakin tinggi memanjat, semakin keras jatuhnya. Biarkan saja, nanti setelah kalah kita lihat bagaimana mereka membereskan ini.” Suara dingin Lu Li terdengar, jelas meremehkan taktik Glory Capital.
Setelah menuruni tangga, terhampar aula yang cukup luas.
“Xiao Mo dan kawan-kawannya dihabisi.” Piao Ling berkata dengan gembira: “Mereka ketemu monster patroli, kebencian terhubung, lalu dikepung 20-30 monster setelah efek takut. Langsung wipe dalam hitungan menit, chat livestream rame banget isinya 666.”
Kelemahan siaran langsung ya di sini, kalau gagal langsung jadi Sorotan Publik.
“Feng Shao, jemput satu-satu monster patrolinya.” Lu Li menunjuk dua monster yang berkeliaran di ruangan. Untuk memastikan Biru Muda Laut Angin tidak salah target, dia kasih label pada kedua monster itu.
“Waduh, sembunyinya jago banget. Ternyata dua-duanya monster patroli.” Fat Monkey terkejut.
Memang tersamar dengan baik. Dua monster patroli ini beda sama monster biasa, geraknya pelan kayak siput. Kalau nggak ada kesabaran dan pengamatan teliti, mustahil bisa mengenali mereka sebagai monster patroli.
Biru Muda Laut Angin nggak perlu diajari Lu Li. Dia langsung cari posisi strategis, mengarahkan senjata jarak jauhnya sambil menunggu monster lewat di rute yang ditentukan.
Jika Pedang Penghakiman juga melakukan siaran langsung, penonton pasti akan terkagum-kagum dengan posisi yang dipilihnya serta pra-penilaian rute yang dilakukannya - ini sama sekali bukan kemampuan yang dimiliki oleh sekadar "antek kecil".
Secara jujur, kecemerlangan yang diraih Pedang Penghakiman memang tidak lepas dari kontribusi Lu Li yang sangat besar.
Tapi para anggota lainnya tidak serta-merta hanya sekedar beruntung bertemu Lu Li. Ambil contoh Hai Feng, dia telah melakukan segala hal yang mungkin dilakukan seorang MT secara maksimal. Di awal, Lu Li masih perlu mengingatkannya tentang sistem menarik monster, kini cukup menyebutkan monster mana yang harus ditarik.
Semua anggota tim yang baru pertama kali bekerja sama menyaksikan presisi Hai Feng sebagai MT nomor satu Fajar.
Monster yang diperintahkan untuk ditarik benar-benar terisolasi, tidak ada satu pun monster kecil di jarak bahaya yang ikut terprovokasi. Sebuah monster patroli tunggal tidak mampu menciptakan badai apa pun, bahkan Lu Li sama sekali tidak perlu turun tangan.
Monster patroli kedua ditangani dengan cara yang sama, dalam sekejap hanya tersisa monster-monster di pusat ruangan.
“Lebih hati-hati.” Lu Li menyapu pandangannya pada monster di ruangan ini, dalam hati menghela nafas. Di kehidupan sebelumnya saat ia datang ke Sekolah Necromancy, dungeon sebenarnya sudah mengalami dua kali revisi.
"Fajar" umumnya melakukan revisi pada game mainstream dengan cara melemahkan konten, agar pemain yang baru masuk game bisa lebih cepat mengejar yang lama.
Waktu itu setidaknya monster sihir tidak sebanyak sekarang. Acolyte di Sekolah Necromancy adalah jenis monster yang sangat menyebalkan, skill "Takut" mereka akan membuat pemain berlarian tak terkendali dengan percepatan, bahkan Pastor pun tidak sempat melakukan Dispel.
Berlari-lari di ruangan penuh monster seperti ini sama saja dengan mencari mati.
