“Sayang, pedangku!” Kilau hitam di mata Ma Duk si Berpakaian Hitam perlahan memudar. Di tangannya tergenggam pedang patahnya——andai pedangnya masih utuh, mungkin dia tak akan kalah semudah ini.
Desah penyesalan ini mengumumkan kemenangan Tim Dungeon Pedang Penghakiman atas BOSS keempat Akademi Necromancy——Maduk Blackpool.
“Hahaha, skill point! Lama sekali tak dapat skill point!” Hai Feng si Biru Muda Laut Angin tertawa terbahak-bahak.
Akademi Necromancy benar-benar tempat yang sempurna. BOSS-boss di sini tidak seperti di Stratholme yang selalu mengejar-ngejar MT habis-habisan sampai bikin MT sering tewas dan kehilangan experience. Sekarang malah dapat skill point!
Dengan girang dia menambahkan point ke skill pertahanan, merasa armor-nya kini bertambah satu lapisan.
Pandangan merendahkan Lu Li sudah tak perlu diungkapkan dengan kata-kata. Dia takkan mengakui ini karena iri, tapi kalau dipikir-pikir, dari empat BOSS sebelumnya total ada tiga skill point yang dikeluarkan, kenapa gilirannya tak pernah datang?
Tetap Can Meng yang meraba mayat.
Pedang Hitam Maduk, properti Emas Gelap, serangan tinggi dengan efek korosi, desainnya juga bagus - inilah peralatan legendaris yang sangat diidamkan para pemain biasa.
Seandainya Lu Li di kehidupan sebelumnya bisa seberuntung mendapatkan barang seperti ini, pasti tidak akan merasa tak berdaya menghadapi adik perempuannya yang terbaring sakit.
Namun...
"Lho, kok sepi? Pedang ini siapa yang mau?" tanya Lu Li.
"Aku paladin penyembuh," Mu Qiu mengangkat bahu, "Senjataku memang butuh sedikit serangan, tapi fungsi utamanya tetap untuk menyembuhkan."
"Senjataku tidak kalah jauh dari ini, lagipula lebih estetik," Piao Ling mencibir sambil melirik senjata baru yang baru saja di-drop.
"Aku sudah terbiasa menggunakan pedang besar dua tangan," pandangan Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou terlihat mengambang tak fokus.
“Bangsat, ngapain kalian lihat aku.” Biru Muda Laut Angin hampir melompat: “Jangan buang semua sampah ke sini! Kecuali kalian tidak memotong poin guildku, siapa yang berani memaksakan peralatan ke tanganku, aku pasti marah!”
Sistem pembagian peralatan Lu Li tidak sepenuhnya gratis. Mengambil peralatan harus memotong poin guild.
Potongan poin berbeda berdasarkan level dan sifat. Sistem juga memberikan skor referensi yang disebut skor peralatan. Biasanya pemotongan poin guild mengikuti skor peralatan ini.
Senjata Emas Gelap level 50? Sekalipun mati Biru Muda Laut Angin tidak mau menerimanya.
Setelah ditolak semua anggota tim, tidak ada yang membutuhkan pedang satu tangan. Akhirnya peralatan Emas Gelap berkualitas tinggi ini gagal terjual dalam lelang.
Takdirnya hanya terlempar ke Gudang Guild, menunggu hingga ada yang mengumpulkan poin cukup untuk membawanya kembali ke dunia.
Orang miskin semakin melarat, orang kaya semakin makmur. Begitulah hukum dunia.
"Sepatu Kuda Ksatria Kematian, peralatan Emas Gelap." Can Meng membagikan data sepatu tersebut.
"Wow, barang bagus! Aku mau, aku mau!" Ekspresi Biru Muda Laut Angin lebih mirip ingin merebut peralatan daripada menunggu giliran bagi-bagi.
"Kamu kan profesi pertahanan, buat apa sepatu seperti ini?" Moonlight jarang bicara, kalau bukan karena sepatunya terlalu menggiurkan, dia takkan berani bersaing dengan si kikuk ini.
Nilai paling jelas dari sepatu ini tentu kecepatan larinya - Kecepatan Gerak langsung +25%, bahkan Sepatu Juara milik Lu Li pun kalah.
Ditambah efek tambahan lompatannya, baik untuk kabur atau menyerang mendadak. Cepat, lincah, mana ada sepatu yang lebih cocok untuk PVP selain ini?
Akhirnya Moonlight dan Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou - dua ahli PVP - yang memperebutkannya.
Protes Biru Muda Laut Angin dan Piao Ling sama sekali diabaikan oleh Lu Li.
“Kalian berdua kirimkan angka poin yang dimiliki ke saya, jangan ngambek, berapa poin ya tetap segitu, di sini bisa saya cek.” Lu Li memperingatkan mereka.
“Xiao Rou, mungkin di konten selanjutnya ada barang yang lebih bagus, apa poinmu cukup?” Moonlight terlebih dahulu menunjukkan perhatian pada rival terberatnya.
“Wah, tak menyangka Xiao Guangguang yang selalu mewah dan megah bisa berubah menjadi si licik, Xiao Rou jangan takut, hadapi dia, hadapi dia!” Biru Muda Laut Angin yang tak bisa mendapatkannya sendiri, juga tak ingin orang lain mendapatkannya dengan mudah.
Sistem kompetisi peralatan normal di tim biasanya dilakukan secara terbuka.
Pemimpin tim akan mengumumkan harga dasar, yang ingin membeli tinggal menaikkan penawaran, hingga tak ada kompetitor lagi maka peralatan akan menjadi milik penawar dengan nilai tertinggi.
Model seperti ini sering memicu dua individu yang berebut satu peralatan sampai pipi memerah, bahkan bisa saling bermusuhan. Makanya Lu Li menggunakan sistem penawaran tertutup - semua anggota mengajukan nilai poin di atas harga dasar, yang tertinggi menang.
Poin dikirim ke Lu Li, Lu Li menyapu pandangannya lalu membagikan sepatu ke Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou.
"Berapa banyak poin tadi?" Biru Muda Laut Angin mendekat penuh hasrat bergosip.
"Guang Guang 2000, Xiao Rou 2333." Lu Li bahkan tak tega melihat wajah masam Moonlight yang langsung retak. Orang ini pasti mengira Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou mendengarkan nasihatnya untuk tidak menawar tinggi, siapa yang tahu hanya dengan selisih 300 poin, dia kehilangan sepatu yang bisa menyaingi peralatan legenda.
"Haha, terima kasih Kakak Guang! Lain kali aku pinjamkan saat kamu bertanding." Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou berseri-seri gembira.
Kesenjangan total poinnya memang sebesar itu. Jika benar-benar bentrok frontal dengan Moonlight, mustahil ada kesempatan. Bagaimanapun Moonlight adalah ahli panduan dungeon sekaligus petarung lapangan, sehari-hari juga termasuk pemilik poin tertinggi.
Seandainya Moonlight mencari informasi dulu tentang total poin Yi Ren Lei Nuo Zhi Rou, lalu menawar 2400, mustahil peralatan itu sampai terlepas.
"Dua peralatan emas berikutnya memang masih ada yang membutuhkan. Bagaimanapun, peralatan emas level 50 ini, sifat dasarnya jauh lebih baik dibanding Emas Gelap yang 10 level lebih rendah. Kalau bukan karena bonus set, Lu Li mungkin sudah mengganti seluruh setnya dengan peralatan emas level 50."
"Dia berencana mengumpulkan satu set peralatan level 55. Begitu lengkap, akan mengganti Set Voodoo yang lama."
"'Ibu Kota Kejayaan masih terus wipe...' Informasi dari Genhao San ini membuat hati sedih. Ada kekaguman pada kemampuan dirigen Lu Li, sekaligus penyesalan melihat mantan dewa game terjatuh."
"'Cari cara jual guide ke mereka.' Setelah merapikan, Lu Li mengirimkannya ke masa lalu."
"'Aduh, Lu Li, apakah kamu sakit?' Genhao San curiga mungkin pendengarannya salah, atau orang ini sudah gila - kemungkinan terakhir jelas lebih besar. Pesan singkat yang dikirim itu bisa membebaskan Ibu Kota Kejayaan dari situasi sulit mereka."
"Lagipula cepat atau lambat mereka pasti bisa melewatinya, kenapa tidak sekalian memanfaatkan situasi untuk mengeruk keuntungan." Setelah mengungkapkan tujuan sebenarnya, Lu Li mulai berkelit: "Kalau Glory Capital benar-benar kalah telak juga bukan hal baik. Pertama, citra pemain bintang di mata publik bisa hancur. Kedua, aku khawatir mereka akan marah malu dan nekat bertarung habis-habisan dengan kita."
Konsep 'pemain bintang' sebenarnya lebih banyak dikembangkan melalui hype.
Para atlet esports generasi awal kebanyakan pecinta anime yang hidup pas-pasan. Beberapa bahkan harus menjadi gold farmer atau jasa leveling untuk bertahan hidup.
Seiring berjalannya waktu, klub-klub profesional mulai bermunculan. Status pemain tingkat tinggi pun perlahan meningkat, pendapatan mereka bertambah meski tetap tidak sepenuhnya lepas dari citra pecinta anime.
Baru setelah gelombang pemutusan hubungan kerja besar-besaran di berbagai industri, basis pemain game di masyarakat meledak. Inilah yang membentuk industri baru yang berkembang pesat. Citra pemain bintang pun tercipta seiring permintaan dari para penggemar game.
