Hampir setiap kabin pelaut memiliki kotak, tetapi isinya tidak bisa dipastikan - kebanyakan menyembunyikan satu atau lebih monster hantu pelaut.
Hantu pelaut relatif mudah dihadapi, setelah beradaptasi sebentar Lu Li bahkan bisa mengalahkannya tanpa cedera.
Sayangnya kotak di ruangan pertama hanya berisi sampah tak berguna, bahkan jenis yang toko tidak mau menerimanya - buah busuk, kain robek, dan sejenisnya.
Lemari penyimpanan di ruangan kedua menyembunyikan tiga hantu pelaut.
Baru pada ruang ketiga, Lu Li benar-benar mendapatkan barang yang layak: sebuah armor kain bagian atas, peralatan perak yang bisa digunakan di level 50, jelas hanya bisa dimasukkan ke Gudang serikat. Selain itu ada gulungan perban yang bisa digunakan dalam pertempuran dengan efek lebih baik untuk menyembuhkan luka.
Gagal mendapatkan batu, Lu Li tidak patah semangat. Kapal karam ini memiliki tiga lapisan, bagian paling bawah adalah area awak kapal dasar.
Probabilitas menemukan batu sebenarnya tidak tinggi.
Namun tepat ketika dia sedang menghibur diri, Sistem datang menertawakannya. Begitu mulai meraba peralatan, terdengar suara "ding" khas yang menandakan munculnya batu.
Ternyata yang keluar hanya sebuah Batu penguat.
Meski Batu penguat juga barang bagus, Lu Li lebih berharap mendapatkan batu permata, khususnya yang bisa mengurangi kebutuhan level.
Celana T1 yang sebelumnya dia serahkan ke Hujan Maret untuk dibuat sudah selesai. Sekarang dia butuh sebuah batu agar bisa memakai peralatan level 55 meski belum mencapai level 53, ditambah beberapa peralatan lain yang membutuhkan batu serupa.
Di pasaran, batu jenis ini sangat sulit diperoleh karena permintaan jauh melampaui pasokan.
Dari 36 ruangan di Lapisan bawah, hanya tiga kotak yang mengeluarkan barang bernilai. Jika tidak menghitung batu penguat, sisanya hanyalah peralatan sampah atau peralatan pelayaran yang rusak.
Peralatan pelayaran ini bisa dijual ke toko dengan harga yang sangat tinggi.
Tapi Lu Li tidak akan memilih cara itu. Dia memutuskan untuk menyimpannya, menunggu peta laut semakin terbuka nanti untuk keperluan pelayaran sendiri.
Jumlah ruangan di Lapisan atas paling sedikit. Lu Li mengabaikan Lapisan tengah dulu, menyisir beberapa ruangan di atas. Barang-barang di sana sedikit lebih banyak - banyak peralatan dan senjata didapat, peralatan pelayaran lebih banyak lagi meski yang masih utuh hanya segelintir.
Tapi batu pengurang kebutuhan yang diinginkannya tetap tidak ditemukan.
Akhirnya tersisa 12 ruangan di Lapisan tengah!
Sebenarnya, Lapisan tengah adalah bagian utama. Lapisan bawah adalah tempat tinggal pelaut junior, di mana satu ruangan dijejali banyak orang. Sementara Lapisan atas ditempati oleh petugas khusus seperti juru kemudi dan pengintai. Semua awak kapal yang memiliki status sedikit lebih tinggi tinggal di Lapisan tengah, termasuk Kapten kapal, Perwira pertama, Perwira kedua, Bosun, dan lainnya.
Ruangan pertama, kotak di dalamnya tidak sekadar kotak biasa seperti sebelumnya. Kali ini ada namanya.
Koper Jeanne!
Wanita?
Lu Li menggelengkan kepala bingung. Jika ingatannya tidak salah, kapal besar pelayaran samudera seperti ini biasanya tidak membawa wanita. Wanita yang boleh naik kapal—kecuali jika dia adalah Penyihir Gelap.
Setelah membuka koper, dia sangat lega karena tidak ada monster yang keluar.
Pertama adalah peralatan emas, armor kain untuk kelas sihir dengan sifat yang terlihat cukup bagus. Setelah menyimpannya, Lu Li melanjutkan pencarian.
Ding!
Batu!
Mendengar suara ini, semangat Lu Li langsung melonjak. Kali ini dia berharap ini bukan Batu penguat.
Persyaratan level peralatan berkurang 5%!
Benar saja, Lu Li menggebu-gebu mengangkat tinjunya, akhirnya barang yang diinginkannya muncul.
Sejak lama mendengar di awal rilis game, kapal karam memiliki batu pengurang kebutuhan, awalnya dia tidak terlalu percaya. Baru setelah memegangnya sendiri terasa nyata.
Kapal besar masih menyisakan sebelas ruangan di lapisan tengah yang belum dijamah. Di mata Lu Li, ini bagaikan perbendaharaan megah yang hanya menjadi miliknya seorang.
Normalnya, kapal karam seperti ini sulit dirahasiakan setelah ditemukan. Pemain biasa satu dua orang takkan mampu menjelajahi seluruhnya. Begitu kabar tersiar, pasti banyak guild berebut mati-matian. Bagaimanapun pembagiannya, mustahil terkonsentrasi di satu pihak.
Dua belas ruangan di lapisan tengah ini, satu guild bisa dapat dua saja sudah bagus.
Selain batu, Lu Li juga menemukan buku harian.
Buku catatan yang terendam bertahun-tahun masih bisa dibaca, hanya di dalam game lah hal ini mungkin.
Barang ini tidak bernilai ekonomis, tapi kalau dilempar ke rumah lelang, mungkin kolektor atau pihak tertentu mau membelinya dengan harga mahal untuk dikoleksi dan dipelajari.
Dengan Keberuntungan, membaca buku harian juga bisa menerima tugas terkait.
Lu Li sendiri adalah pengumpul buku, buku harian ini bisa dibawa pulang untuk memperkaya rak bukunya.
Asal membuka beberapa halaman, Jenny ternyata seorang penyihir kapal dengan level sihir biasa, tanggung jawab utamanya membuat air bersih dan sesekali melempar bola es ke bajak laut atau monster laut.
Lu Li mengalahkan dua elite monster level 55 di pintu, lalu mendorong pintu ruangan kedua.
Kotak Penyimpanan Bosun Trisban.
Kotak bernama biasanya berkualitas baik. Lu Li tidak mau mempertaruhkan hokinya, dia tidak yakin apakah kotak ini akan mengeluarkan monster, jadi mempersiapkan pertempuran dengan matang.
Sebelum kotak terbuka sepenuhnya, kabut hitam sudah mulai menyembur. Lu Li langsung menyamar dan menyelinap ke belakang untuk menyergap.
Secepat apa pun respons monster, tetap tidak bisa menyaingi kecepatannya.
Untung serangan menyergap berhasil, meski efeknya agak kurang sedikit, kerusakannya juga jauh lebih sedikit dibandingkan saat menghajar monster kecil. Baru setelah melihat HP monster itu, Lu Li bisa sedikit lega.
HP-nya cuma 25.000, paling-paling masuk kategori elite yang diperkuat, belum sampai level quasi-BOSS.
Tapi kemunculan monster ini membuat Lu Li tersadar, atau lebih tepatnya seperti diguyur air dingin—hatinya serasa membeku:
Dua belas ruangan memang sangat menggiurkan, tapi dengan kemampuannya sendiri, berapa banyak yang bisa dia buka?
Lu Li tidak punya pencerahan ala "manusia mati demi harta, burung mati demi makanan". Dia bukan lagi pengumpul emas yang melarat dari kehidupan sebelumnya. Level dan XP-nya sekarang sangat berharga, bahkan satu peralatan asal terjatuh dari tubuhnya bisa menghidupi orang biasa selama setahun.
Bosun Terrisbane tidak sulit dikalahkan. Lu Li mengalahkannya saat HP-nya masih setengah.
Mengalahkan monster penjaga, Lu Li dengan penuh harapan mulai meraba-raba barang. Saat ini dia sangat iri pada Can Meng yang memiliki "jago", seandainya Can Meng ada di sini pasti lebih baik.
Untungnya Sistem masih menyisakan sedikit jalur bertahan hidup untuknya.
Pedang Pelaut Tristram, pedang satu tangan level Emas Gelap, memang barang bagus. Setidaknya nilainya tidak kalah jauh dengan batu pengurang kebutuhan.
Namun Lu Li tetap lebih menginginkan batu pengurang kebutuhan. Pedang satu tangan Emas Gelap sialan ini ternyata hanya untuk membantu orang lain mengambil.
Kotak di ruangan ketiga bernama Kantung Kain Pelaut Tua Tanpa Nama.
Mampu memiliki status lebih tinggi dari bosun, membuktikan pelaut tua ini pasti sangat hebat. Lu Li tidak yakin apakah bisa mengalahkannya.
Tapi pulang dengan tangan hampa jelas tidak sesuai dengan sifat aslinya.
Buka!
Zaman sekarang yang berani bisa kenyang, yang penakut mati kelaparan. Bahkan menghadapi quasi-BOSS pun Lu Li merasa bisa bertarung beberapa putaran.
Tidak ada?
Kali ini ternyata tidak ada monster. Lu Li menghela napas lega panjang, efek di dalam air adalah memuntahkan serangkaian gelembung.
Tidak ada monster tentu lebih baik, tinggal merampok barang saja.
Si Pelaut Tua Tanpa Nama juga tidak tahu barang apa yang akan diraihnya.
