"Tidak bisa juga harus bisa, cepat sedikit, sialan!" Lu Li kesal.
Lalu mereka dihabisi lagi.
Setelah hidup kembali, pandangan semua orang ke Ming Po Jung penuh dendam. Semua salah anggota ini gerakannya terlalu lambat, dua laba-laba satu menyemprot jaring satu menyemprot racun, akhirnya semua mati keracunan.
Jika sesuai permintaan Lu Li, dua BOSS dipisahkan, serangan jaring tidak masalah, kerusakannya sangat minimal. Sedangkan racun meski kerusakannya tinggi, yang benar-benar menyebabkan kematian pemain adalah kerusakan berkelanjutan. Asal tidak terjebak jaring bisa kabur, lalu penyembuh asal menyembuhkan bisa bertahan.
Ming Pojun sadar diri tidak memiliki dasar hukum, pada koordinasi kedua dia benar-benar pergi menarik monster dengan patuh.
Sebenarnya teknik tarikan monsternya cukup mumpuni, bagaimanapun dia adalah atlet esports top yang beroperasi di level profesional. Cukup dengan melihat babi berlari sudah tahu bagaimana rasa daging babi, hanya dengan menunjukkan kemampuan asal saja sudah lebih sehebat dari MT biasa.
Beban pasukan satu-satunya adalah HP dan skill-nya, toh dia bukan MT teknis profesional.
Lu Li mengatur penjadwalan dua healer di pihaknya, sementara Biru Muda Laut Angin di sini hanya membutuhkan satu healer untuk menangani dengan mudah.
Setelah memasuki fase P2, masih ada kesulitan yang menunggu mereka. Tapi Lu Li tidak berniat memberitahu semua orang untuk waspada, karena jurus BOSS dalam kesulitan ini belum pernah muncul sebelumnya.
"Serangan jaring atau semprotan racun sebelumnya adalah jurus yang biasa digunakan monster laba-laba. Koordinasi dua laba-laba termasuk dalam pertimbangan normal komandan yang kompeten, jadi Lu Li tidak khawatir orang menganggapnya hebat. Tapi laba-laba akan menarik kaki mereka dan berputar seperti piringan di permukaan tanah - ini adalah jurus andalan eksklusif dua laba-laba di Abyssus Batu Hitam."
Melalui rotasi, mereka akan menyemprotkan dua jenis racun dalam area luas yang mencakup semua pemain yang hadir.
Karena Lu Li tidak memberikan peringatan, semua orang dibuat kalang-kabut oleh jurus tak terduga ini, lalu wajar saja dihabisi. Begitulah saat masuk dungeon - meski tidak semua mati, tapi jika personel inti gugur dalam jumlah tertentu, efeknya sama dengan kekalahan total.
"Untung bukan siaran langsung, kalau tidak pasti sangat memalukan." Mo Wangfeng mengeluh sambil menghela napas.
“Hmph!” Ekspresi Xiao Mo tampak masam. Bukankah ini seperti menyindir orang botak dengan menyebutnya botak? Saat bersaing dengan Lu Li untuk posisi komandan dulu, dia sengaja membuka siaran langsung saat menjalani dungeon.
Kenyataannya, sampai sekarang pun dia tidak merasa kemampuan komando Lu Li jauh lebih unggul. Tim dungeon Lu Li memang sangat solid - punya MT terkuat, healer terbaik, dan damage dealer yang semua masuk peringkat atas level.
Jika mengomandoi tim dengan kekuatan setara, dia yakin tidak akan kalah.
Khusus untuk Blackrock Depths hari ini, meski performa Lu Li cukup menonjol, Xiao Mo yakin dirinya juga mampu mencapai hasil serupa jika jadi komandan.
“Berdiri bertumpuk. Yang resistansi racun tinggi di depan.” Lu Li memberi instruksi tanpa pikir panjang. Meski tak punya guild di kehidupan sebelumnya, semua strategi dungeon ini sudah terpatri di otaknya.
Nantinya saat peralatan lebih melimpah, semua akan memakai peralatan resistansi racun tambahan saat melawan dua BOSS ini.
Sayangnya, keharmonisan tak terucap tim masih kurang, tidak bisa membentuk formasi pertahanan secepat yang diharapkan Lu Li. Hasilnya, beberapa orang tetap tewas, dan percobaan kedua berakhir dengan dihabisi seluruh tim.
"Istirahat sepuluh menit, semua log out untuk minum teh dulu." Lu Li sama sekali tidak terlihat panik.
Para pelaku lainnya terpaksa berhenti sementara. Yang benar-benar log out untuk minum teh tidak banyak, kebanyakan hanya duduk mengobrol di luar arena pertarungan, membahas pertandingan terkini.
"Pemuncak papan poin saat ini adalah Pedang Penghakiman." Mo Wangfeng terkekeh, "Hm, Dewa Game Xiao Mo, apakah Ibu Kota Kejayaan kalian merasa tertekan?"
Jangan heran Mo Wangfeng agak menargetkan Xiao Mo. Hubungan mereka penuh dendam terselubung. Sejak Xiao Mo masuk industri, lawan terberatnya adalah Mo Wangfeng. Duel antara Dewa Sihir lama dan baru pada dasarnya adalah sejarah Xiao Mo menginjak pundak Mo Wangfeng untuk naik ke puncak.
“Peringkat pertama dan kedelapan ada perbedaan apa?” Xiao Mo merespons dengan datar: “Semoga kalian bisa masuk 8 besar. Aku akan sangat menyesal jika kalian tersingkir terlalu cepat.”
Mo Wangfeng langsung lesu. Ordo Ksatria Suci Dewa Sihir memang sulit masuk 8 besar di season ini.
“Kalian terlalu kejam ke Blue Universe.” Shiyishao memeluk bahu Lu Li, sambil mengedipkan mata ke Elf Air: “Apa kalian bertengkar? Hehe, berarti aku punya kesempatan dong.”
“Fajar Bersayap lagi enak-enaknya ya?” Elf Air mengeluarkan suara "Hmph!" dengan nada ancaman yang tanpa menyamarkan.
“Waduh, perlu segitunya?” Shiyishao menggigil, bergumam pelan sebelum berhenti bercanda. Meski di depan Lu Li Elf Air selalu santai, esensinya dia adalah cewek yang suka berperang. Serikat di bawah sistem Paviliun Hujan Ringan sering berperang tanpa alasan dengan serikat besar lain.
“Aku bilang, kalian berdua jangan-jangan memang ada sesuatu.” Windwhisper bertanya penasaran.
Meski tidak langsung mengatakannya, di matanya pilihan Elf Air untuk bersama Lu Li memang agak terasa seperti bunga indah yang tertancap di kotoran sapi.
Utamanya karena Elf Air terlalu cantik dengan aura yang langka, sementara Lu Li jelas-jelas berpenampilan biasa tanpa keistimewaan karakter. Dari sifat pun jelas bukan tipe yang disukai perempuan. Sebagai teman dekat Elf Air, Windwhisper tak bisa hindari pikiran ini.
"Ahem." Lu Li berdehem dua kali, anehnya merasa cemas yang jarang dialaminya.
Sebenarnya sesuai gaya khas dan harga diri orang miskinnya, saat ini harusnya dia menyangkal. Menunggu Elf Air yang menyangkal pasti memalukan. Tapi dia tak ingin membantah, juga tak layak memastikan. Akhirnya hanya menepuk tangan: "Karena semua tidak log out untuk minum teh, mari lanjutkan masuk dungeon."
Elf Air meliriknya sejenak, diam-diam menghela napas lega.
Ia sendiri pun tidak tahu apakah ingin menyangkal atau memastikan, tapi bagaimanapun juga sepertinya masih ada yang kurang.
Sebelum mulai tarik monster, Lu Li dengan sabar mengatur posisi karakter. Saat memasuki fase P2, semua orang cukup cepat berpindah ke lokasi yang telah ditentukan sesuai arahan Lu Li.
Dengan begini fase P2 jadi lebih mudah dilalui.
"Haha, gemetarlah di bawah tenaga mengerikan laba-laba! Jerit kesakitan! Kalian tidak akan berakhir baik!" Dua laba-laba itu menjerit bersama, pertempuran memasuki fase P3.
"Fase P3, tidak tahu apa lagi yang akan dilakukan laba-laba. Semua persiapkan keringanan damage, Feng Shao jauhkan laba-laba itu." Lu Li benar-benar tidak ingin gagal lagi. Sebenarnya arena pertarungan hanya memiliki enam BOSS yang kekuatannya tidak terlalu hebat, kegagalan tim biasanya terjadi karena ketidaktahuan taktik mereka saat pertama kali bertemu.
"Apakah aku harus membuka perisai?" Xiao Mo aktif bertanya.
Meski nggak terima dengan Lu Li, setidaknya dia masih punya rasa tanggung jawab tim dan tak akan bermalas-malasan karena perasaan pribadi.
"Bagus, tunggu komando dariku. Saat aku teriak, langsung aktifkan." Lu Li mengangguk.
