"Buka!" teriak Lu Li begitu melihat lingkaran cahaya mulai muncul di bawah kaki laba-laba.
Xiao Mo yang jelas-jelas melihat kelainan pada kedua BOSS itu segera membentuk perisai besar berbentuk setengah lingkaran berpusat pada dirinya. Para anggota tim lain tanpa perlu komando langsung mengaktifkan percepatan atau taktik melompat untuk bersembunyi di balik perisai.
Racun mati rasa dengan cepat menyebar ke seluruh medan pertempuran.
Berbeda dengan semprotan racun yang punya arah tertentu - cukup orang ber-resistansi racun tinggi di depan untuk meminimalisir kerusakan pada anggota tim di belakang.
Racun mati rasa ini menyebar lewat udara secara tanpa suara, mustahil untuk diantisipasi.
Efeknya adalah melukai plus mati rasa, bisa disebut pembunuh tim. Pasukan normal di sini setidaknya harus wipe beberapa kali baru bisa mempelajari pola racun, lalu mengambil tindakan seperti mengaktifkan keringanan damage atau menyembuhkan dengan skill ultimate untuk menyelesaikan level dengan upaya setengah hati.
Tapi dengan adanya perisai keringanan damage kelompok dari Xiao Mo ini, situasi langsung berubah drastis.
Prestasi terbesar melawan BOSS ini langsung jatuh ke Xiao Mo. Dia membuat Fase P3 menjadi tahap yang bisa dilewati dengan mudah, dua laba-laba segera dikalahkan satu per satu oleh semua orang. Bisa diprediksi bahwa Ibu Kota Kejayaan akan sangat menguntungkan di sini saat menjalankan instance ini di masa depan.
Sebenarnya, ini hanya niat semua orang.
Bahkan tanpa perisai Xiao Mo ini, Lu Li sebenarnya bisa membuat semua orang melewati tahap ini. Hanya saja dia tidak ingin membocorkan kemampuannya dengan mudah.
Dua BOSS yang dijatuhkan peralatannya cukup biasa, setidaknya tidak ada legenda, beberapa Emas Gelap dibagi asal saja oleh semua orang, skill book yang keluar justru satu buku penyihir gelap yang bagus, akhirnya diroll oleh.
"Performamu yang menonjol membuat arena pertarungan hari ini penuh keseruan." menampakkan diri lagi, tawanya sangat menusuk telinga, sayang tidak bisa menyerangnya.
Anggota ini sudah terkenal adil sejak era Raja Gunung Modimus Anvilmar.
Meninggalnya Anvilmar membuat tiga suku saling bermusuhan, mengikuti Raja Besi Hitam, dulu dia bermimpi memajukan Kurcaci Besi Hitam ke puncak kejayaan dengan keadilannya.
Namun takdir bermain kasar, setelah Perang Tiga Palu, akibat kebodohan Raja Besi Hitam mereka malah menjadi budak Elemen Api, kini sudah kehilangan ambisi masa muda, kesenangannya hanya menyaksikan tawanan mati dengan berbagai cara di arena.
Yang dipanggil kembali adalah Sang Pencungkil Mata.
Asal-usul Sang Pencungkil Mata hingga kini masih menjadi misteri, tak ada yang tahu bagaimana makhluk ini bisa datang ke sini. Legenda menyebutkan bahwa Sang Pencungkil Mata pernah menjadi manusia, seorang manusia serigala. Dengan cakar depannya yang penuh tenaga, dia mengayunkan cakar untuk mencungkil mata lawan satu per satu.
Lu Li merasa gusar melihat monster ini.
Meski di dalam game tidak ada mekanisme pencungkilan mata yang sesungguhnya, demi keabsahan virtual game, tetap dirancang efek serupa. Jika skill pencungkil mata Sang Pencungkil Mata berhasil menyerang pemain, pemain akan mengalami kebutaan selama tiga puluh detik.
Momen inilah yang paling rentan membuat pemain mati.
Mengenai alasannya, Lu Li tidak berniat memberitahu terlebih dahulu. Dia memutuskan membiarkan semua orang mengalaminya sendiri dulu.
Pada fase P1, Penjarah Mata hanyalah BOSS manusia serigala biasa, paling-paling serangannya tinggi dan CRIT banyak, dengan kemampuan Biru Muda Laut Angin tentu saja bisa dengan mudah bertahan melawan monster. Saat fase P2, manusia serigala berubah menjadi penyihir, memanggil genangan air racun di bawah kaki pemain. Pemain harus cepat-cepat meninggalkan air racun, kalau tidak HP akan terkuras cepat dan terus-menerus, tidak bisa bertahan lama sebelum menjadi mayat.
Selain itu, orang yang terkena air racun juga bisa menular, begitu tertular, dua orang akan bersama-sama kehilangan HP.
Sebenarnya fase P2 juga tidak terlalu sulit, semua adalah atlet esports, dalam hal operasi sama sekali tidak ada kelambatan, begitu melihat air racun langsung akan menghindar jauh-jauh.
Kesulitan sesungguhnya ada di fase P3.
“Sial, aku tidak bisa melihat, aku tidak bisa melihat.” Qingqi Gujiu yang biasanya tenang kini berteriak-teriak. Siapa pun yang tiba-tiba melihat kegelapan di hadapannya dan kehilangan pandangan pasti akan panik. Di mata rekan satu tim, situasinya lebih buruk karena di bawah kaki Qingqi Gujiu muncul genangan racun tepat saat penglihatannya hilang.
“Lari, lari ke depan!” teriak Lu Li.
Sayangnya, Qingqi Gujiu yang sedang panik sama sekali tidak bisa merespons dengan cepat. Ia segera tewas oleh racun, disusul oleh Shiyishao yang menjadi korban berikutnya...
“Harus bagaimana ini?” Kekalahan total yang tak terelakkan membuat para pemain bintang menatap Lu Li. Mereka telah menjadikannya lentera petunjuk di jalan gelap. Tidak semua orang bisa memilih arah untuk kabur dari racun saat kehilangan pandangan, terutama beberapa gadis yang ketahanan mentalnya lebih lemah.
"Sebenarnya sangat sederhana." Lu Li melempar pandangan merendahkan kepada para atlet esports seolah mereka bodoh: "Bekerja berpasangan. Begitu satu orang kena Blind, yang lain tinggal menariknya untuk kabur."
"Sesederhana itu?" Ming Pojun hampir menangis. Pemain bintang yang memang kurang percaya diri ini mulai meragukan hidup.
"Coba saja maka kamu akan tahu." Lu Li yakin betul.
Setelah dicoba, Sang Pencungkil Mata langsung terkalahkan. Blind di fase P3 memang bisa dihindari dengan meminta orang lain mengarahkan, dan begitu air racun bisa dihindari, sisanya semudah memukul target latihan kayu.
"Jangan meraba mayat dulu, cepat pulihkan MP dan HP kalian." Lu Li duduk bersila, mulai mengolesi pisau belatinya dengan racun.
Irama arena pertarungan juga menjadi faktor utama kegagalan tim. Begitu satu BOSS tumbang, BOSS berikutnya langsung dipanggil hampir seketika. Belum lagi kelelahan fisik dan mental, yang lebih parah adalah ketahanan kelas sihir mendapat tantangan serius.
Pertapa Gorsh, bangsa orc yang menyebut diri sebagai Pertapa Gorsh ini, mengandalkan kekuatan sendiri mencapai arena pertarungan di Abyss Batu Hitam. Ia mengajukan permintaan gila untuk tetap berlatih di sini. Penghakim Greystone menyadari makhluk besar berkulit abu-abu kebiruan di hadapannya bukan orang sembarangan, lalu menyetujui permintaannya.
BOSS ini adalah prajurit gila standar dengan skill andalan Serangan Angin Puyuh, plus skill haus darah.
Skill Pukulan Mematikan miliknya juga sangat menyebalkan. Setelah terkena efek ini, pemain tidak hanya menerima kerusakan ganda, tetapi juga mengurangi efek penyembuhan diri sebesar lima puluh persen. Artinya, skill Tuhan Menyembuhkan yang sebelumnya bisa memulihkan 300 HP, kini hanya bisa memulihkan 150 HP.
Lu Li dan kawan-kawan menghabiskan hampir setengah jam, sempat wipe sekali di tengah jalan, akhirnya berhasil mengalahkannya.
BOSS berikutnya bernama Lefiti.
Dia lebih sulit ditaklukkan daripada Gorsh Sang Pertapa sebelumnya, karena dia adalah seorang kurcaci pencuri.
Dia adalah kurcaci pencuri kidal dengan janggut merah muda yang terlihat menggemaskan. Tapi jangan remehkan dia! Janggut merah muda itu hanyalah ilusi untuk menipu lawan. Saat bertarung, serangan tangan kirinya jauh lebih ganas daripada tangan kanan. Selain itu, kita harus waspada terhadap berbagai trik kecilnya.
Satu-satunya kabar baik adalah HP makhluk ini sedikit lebih rendah.
