Kekacauan memang ada, tapi para veteran sudah berpengalaman. Mereka cepat membentuk formasi pertahanan baru.
Semua orang menyerang dengan mati-matian secara kacau, sementara Ming Pojun terus melempar skill provokasi. Tidak mungkin membiarkannya sendirian tank BOSS - HP-nya terlalu tipis. Meski para anggota lain membantu berbagi damage dan masing-masing punya skill penyelamatan, suasana kacau ini hanya bisa dihadapi dengan berharap mukjizat.
Satu per satu karakter tumbang, sampai efek pengasingan di Biru Muda Laut Angin yang bahkan tidak bisa dibatalkan dengan lencana akhirnya menghilang.
Lu Li di situasi seperti ini menunjukkan keegoisan. Dia bukanlah seorang Santo.
Meski tetap memberikan bantuan langsung, Dia tidak pernah menjadi orang pertama yang tewas - karena karakter yang tumbang tidak bisa ikut pembagian EXP dan rasio perolehan skill point akan berkurang.
Entah dikatakan tidak cukup terbuka, atau dituduh terlalu perhitungan, sifat asli seseorang tidak terlepas dari lingkungan tumbuhnya. Dalam lingkungan bertahan hidup yang harus melindungi adik perempuan agar bisa terus hidup bersama dengan baik, Lu Li takkan pernah menjadi pahlawan heroik seperti Qiao Feng dalam "Legenda Pendekar Negeri Song".
Beberapa menilai pemain bintang seperti Xiao Mo selalu dianggap berimage lembut bak giok, sangat frontal, bahkan dalam menggunakan taktik pun dilaksanakan dengan jantan.
Mo Wangfeng mewakili pemain generasi lama yang gemar berhitung, namun mudah terpengaruh atmosfer sekitar. Saat solidaritasnya bangkit, ia sangat royal. Citranya juga tergolong cukup positif.
Bagi yang cukup mengenal Lu Li, ia dianggap mantap dan berketeguhan hati. Di mata pemain biasa yang tak akrab, banyak yang menyebutnya suram - sosok yang tak pernah bisa ditembus hatinya. Beberapa majalah ekonomi game bahkan menjulukinya sebagai tokoh berpengaruk baru di kalangan game generasi ini.
Menganggap setiap langkahnya setelah masuk ke dalam game penuh dengan kalkulasi, dari seorang penyendiri selama setengah tahun hingga membangun timnya sendiri, akhirnya bergabung dengan jajaran serikat besar, bahkan dianggap sebagai lawan oleh Ibu Kota Kejayaan yang sudah lama tak tergoyahkan.
Tentu saja, Lu Li merasa agak menyesal terhadap beberapa yang tumbang.
Namun begitulah dungeon, hidup dan mati adalah hal biasa, anggap saja biasa. Tapi Aula Tujuh Bijak harus ditaklukkan. Di satu sisi, karena pertarungan Tim All-Star kali ini hampir menjadi pertempuran fondasi Pedang Penghakiman mereka - tiga orang berpartisipasi, dan komandannya juga dari serikat mereka, tidak boleh ada kegagalan. Bagaimana mungkin berhenti di tengah jalan?
Di sisi lain, sampai sekarang Lu Li belum mendapatkan peralatan yang benar-benar memuaskan.
Dungeon Blackrock Depths dengan lebih dari 20 BOSS ini, bahkan tidak ada satu barang layak pun. Apa menariknya dungeon seperti ini?
Setelah Pejalan Kehampaan dikalahkannya, Sage terakhir Dumrel pun ditakdirkan menemui ajalnya. Segala taktik tersisa tak lagi mampu melukai fatal anggota Tim All-Star.
Dungeon ditaklukkan!
Banjir pengalaman masuk. Beberapa orang naik ke level 54, sedangkan batas pengalaman Lu Li kini telah melewati sepertiga. Diperkirakan dungeon ini akan memberinya setengah level pengalaman.
Dua hari ini lebih efisien daripada diulang selama seminggu di luar.
Dua anggota beruntung mendapat hadiah poin skill: Elf Air dan Tongyan Wuji.
Di Aula Tujuh Sage muncul peti harta berisi trofi pertempuran. Membukanya sama dengan meraba mayat - beberapa hantu memang tak meninggalkan jasad, membuat pemain tak bisa meraba.
Pelindung Waji Hantu, Legenda! Peralatan damage pencuri berbaju zirah kulit!
Inilah peralatan terbaik di Aula Tujuh Sage. Pantas disebut Pembunuhan Pertama, Benar-benar royal mengeluarkan peralatan!
Namun Lu Li ragu sejenak, akhirnya memutuskan untuk menyerah pada peralatan ini. Saat ini dia menggunakan Topeng Hantu Pembunuh Senja yang setingkatnya. Meski hanya peralatan Emas Gelap dengan atribut yang sedikit lebih rendah, namun ini merupakan bagian dari set T1 Pembunuh Senja. Saat ini sama sekali tidak perlu menggantinya.
Lagipula, di sini hanya ada dua pencuri yaitu dia dan Elf Air, sepertinya tidak akan menguntungkan para pelaku lainnya.
Di bawah tatapan heran dan tersadar semua orang, Elf Air langsung menerima peralatan kepala legenda yang ditolak Lu Li ini. Efek peralatan untuk karakter laki-laki mirip dengan Topeng Hantu Lu Li - tidak bisa dibilang mengerikan, tapi jelas tidak ada hubungannya dengan tampilan yang bagus. Sedangkan untuk karakter perempuan, aksesori ini justru memberikan pesona dan sensualitas.
"Ah, wajahku secantik ini, kok tidak punya pacar ya." Tongyan Wuji mengeluh sendu.
"Salah alamat." Mo Wangfeng menepuk bahunya.
"Apa?" Tongyan Wuji bingung.
"Harusnya kamu cari pacar laki-laki." Mo Wangfeng terkekeh-kekeh.
“Gadis Feng, apa kamu ingin mati.” Tongyan Wuji langsung mengeluarkan tongkat, anggota lainnya buru-buru melerai. Semua orang masih menunggu pembagian peralatan. BOSS sebelumnya mengeluarkan dua peralatan legenda, berharap yang ini juga tidak kalah, soalnya harus mengalahkan tujuh anggota baru bisa lolos.
Sayangnya, kali ini hanya dapat satu peralatan legenda. Sisanya ada dua komponen set profesi dan beberapa item loose. Semua roll untuk membagi, hampir tak ada yang pulang tangan kosong dari dungeon ini.
Setelah menyelesaikan Seven Sages Hall, gerbang di belakang aula perlahan terbuka. Konten selanjutnya terbagi dua arah: satu ke dungeon level lebih tinggi "Hati Magma", satunya lagi Lecture Hall yang jadi mimpi buruk pemain Fajar.
Hati Magma belum perlu diurus. Lu Li dan kawan-kawan sekarang tindakan bunuh diri murni. Fokus masih di Lecture Hall.
Di sini memunculkan rekrut Besi Hitam, para kurcaci ini bukan elit. Profesi serangan grup bisa menjaring satu area dengan tiga skill. Lu Li butuh dua serangan per musuh, kadang bisa membunuh satu lawan dalam satu detik.
Namun, mereka sudah bertahan di sini selama sepuluh menit, tetap belum menyaksikan momen habisnya monster yang di-spawn.
"Ugh, diulang terus sampai bikin mual." Biru Muda Laut Angin meninju-ninju dadanya sendiri, membayangkan prajurit kurcaci itu langsung merasa muak. Ekspresi anggota tim lainnya juga tak kalah pucat—siapa pun yang menghadapi monster kecil biasa yang menyelimuti langit dan bumi tanpa henti ini pasti takkan tahan. Yang paling menjengkelkan, benda-benda ini tidak hanya gagal menghasilkan drop item, tapi juga tidak memberikan pengalaman sama sekali.
Tidak ada pengalaman! Membanting mic marah!
Inilah poin-poin pentingnya. Andaikan ada pengalaman, mungkin mereka justru berharap monster kecil ini selamanya tak habis di-spawn.
Begitu keuntungan hilang, monster kecil yang seolah tak ada habisnya ini berubah menjadi racun. Pada akhirnya, para atlet esports bintang ini lebih memilih mati saja.
Banyak orang yang setelah turun ke Blackrock Depths, mimpi saat tidur pun dipenuhi oleh pasukan rekrut Besi Hitam yang mengerubungi, lebih menyiksa daripada melawan BOSS. Bahkan ada yang melapor ke departemen terkait bahwa desain perusahaan game ini melanggar "UU Kesehatan Semangat Game", termasuk kategori penyiksaan mental terhadap partisipan game.
"Begini saja, kita sambil bertarung sambil bergerak ke arah sana." Lu Li menunjuk ke gerbang besar di seberang.
Bisa dibayangkan, jika tidak mundur, mungkin itu satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari prajurit-prajurit kecil ini.
Menyerbu dan membunuh juga sulit, mengingat monster datang dari segala penjuru. Untungnya peralatan semua orang cukup bagus, setiap orang punya jurus serangan grup. Asal profesi penyembuh dilindungi, dua pejuang yang bergantian menggunakan Whirlwind sebagai pembuka jalan masih cukup efektif.
Dengan susah payah menggeser diri sampai di depan gerbang, tidak ada kunci, skill Membuka Gembok mereka pun tidak berguna.
Pintu gerbang yang dipenuhi simbol api hanya menyisakan sedikit petunjuk, hanya terdapat dua benda mirip perapian yang menonjol, di atasnya masih terdapat sisa-sisa debu.
"Saya estimasi ulang, kita harus membakar kedua perapian ini." Mo Wangfeng bersemangat ingin mencoba: "Akan kucoba bola api kecilku, sudah bertahun-tahun tidak digunakan."
Skill bola api Mage Es sebenarnya tidak berbeda dengan Mage Api, sama-sama skill yang dipelajari di awal permainan. Saat dihujamkan ke perapian, bahkan tidak memercikkan api. Alat pembakar yang dikeluarkan para pelaku lainnya juga tidak ada yang berfungsi.
"Aku baru saja melihat ada monster kecil yang agak berbeda, di tangannya membawa obor, sepertinya bisa digunakan untuk menyalakan perapian di gerbang seberang." Lu Li secara acak menunjuk ke kerumunan monster——lagipula monster berjejal sangat rapat dan berlarian kemana-mana sehingga tidak ada yang bisa melihat jelas.
