Stormwind tetap megah seperti biasa, tapi kali ini Lu Li merasa ada aura keseriusan yang menyelimuti kota itu.
"Cukup, antarkan sampai di sini saja. Aku berutang budi besar padamu. Mungkin setelah semua ini berakhir..." Sang Marsekal turun dari kuda tua yang kurus hingga tulang-tulangnya tampak, menepuk pelana lalu membiarkan kuda itu pergi.
Kuda tua itu menatap tuannya beberapa saat lamanya, kemudian perlahan menghilang dalam kesendirian di ujung hutan.
Reginald Windsor pernah menjadi pasukan di bawah Anduin Lothar. Puluhan tahun lalu saat mengikuti Sir Lothar menyerang mendadak Menara Medivh, di menara itu ia melihat akhir hidupnya di masa depan: tewas di bawah cakar Naga Hitam!
Puluhan tahun berlalu, sang pasukan itu kini semakin tua. Ia semakin sadar akan takdir yang menantinya.
"Ya, Marsekal. Tapi aku ingin bertarung untukmu, mengikuti hingga detik terakhir." Lu Li menerima petunjuk tugas, menyelesaikan misi mengawal marsekal. Namun ia tak berniat pergi sekarang, meski menghadapi Naga Hitam yang nyata mustahil bisa menang.
"Pasukan." Marsekal Windsor menekan bahu Lu Li, memandang ketegasan di matanya: "Baik, kuterima pengabdianmu. Tetaplah waspada, kecuali kita bertarung, sang naga betina takkan menyerah."
"Hanya darah dan kejayaan yang tak boleh dikhianati!"
Seorang prajurit bersenjata lengkap dan seorang pencuri bertudung jubah menyeluruh, bersama-sama melangkah dengan langkah tegas, pantang mundur menuju gerbang Stormwind yang membeku.
Elf Air ragu sejenak, lalu mengikuti mereka.
Tiba-tiba ia merasa Lu Li saat ini sangat asing. Apakah setiap jantan menyimpan impian kepahlawanan dalam hatinya, yang pada momen tak terduga akan meninggalkan segala kekhawatiran dan ketakutan, menyiramkan darah berdesir panas pada keteguhan yang tampak konyol?
"Reginald, kau tahu aku tidak bisa membiarkanmu lolos!"
Jenderal Markus Jonathan, Komandan Tertinggi Pasukan Pertahanan Stormwind, muncul bersama pasukan pengawalnya. Ia mengencangkan genggaman pada pedang ksatria, menghadapi teman lama dengan perasaan berat, namun demi tugas ia tak punya posisi untuk mundur.
“Kamu harus melakukan apa yang kamu anggap benar, Marcus. Kita pernah bertugas bersama di bawah Jenderal Turyeon. Dialah yang membentuk kita menjadi seperti hari ini. Apakah dia salah menilaiku? Apakah kamu benar-benar percaya tujuanku adalah menyabotase Aliansi kita? Apakah aku telah mempermalukan para pahlawan kita?”
“Lihatlah lima pahlawan di belakangmu itu, akankah kupermalu mereka?”
Jenderal Marcus Jonathan mengawasi Windsor dengan tatapan tajam, menyelami penderitaan yang terpendam dalam liku-liku wajahnya. Ia teringat persahabatan mereka sejak masih berpangkat Prajurit, bertahan hidup melalui peperangan demi peperangan untuk mempertahankan "rumah kita".
Mereka adalah satu jenis manusia, prajurit teladan baik dalam moralitas maupun catatan pertempuran.
Mereka tidak takut mati atau kebingungan, rela mengorbankan segalanya demi keteguhan, membuang nyawa demi Stormwind di belakang mereka, namun gentar sekecil debu pun mengotori iman mereka.
"Kota ini benar-benar sakit." Jenderal Marcus Jonathan akhirnya tidak mau lagi menipu diri sendiri dalam keteguhan yang begitu teguh. Ia menghela napas dan berkata: "Aku merasa malu, teman lama. Aku tidak tahu harus bagaimana. Bukan kau yang mempermalukan pahlawan legenda - tapi aku, aku dan politisi merosot lainnya. Mereka mengisi kehidupan kita dengan janji kosong dan dusta tak berujung!"
Kita telah mempermalukan leluhur, mempermalukan rekan yang dikorbankan... Maafkan aku, Reginald!
"Sekarang saatnya mengakhiri kekuasaannya." Windsor tertawa terbahak: "Ayo pergi!"
Pasukan yang berbaris di depan Stormwind diperintahkan untuk menghalangi "pengkhianat" Windsor ini tampak bingung. Mereka tidak tahu harus mempertahankan tugas menyerang legenda militer ini atau meletakkan senjata.
"Mundur! Tidakkah kalian lihat pahlawan sedang menemani kita?"
"Marsekal Reginald Windsor tidak boleh mendapat cedera sedikitpun! Biarkan dia lolos dengan aman!"
"Menyingkir! Biarkan mereka lewat!"
Jenderal Markus Jonathan berteriak keras. Di bawah perintahnya, para prajurit perlahan membuka jalan. Sebenarnya mereka juga sedikit mengetahui kisah anggota senior ini, serta kontribusinya selama bertahun-tahun untuk Alliance.
"Ayo, Reginald, semoga terang membimbingmu!" Jenderal Markus berkata kepada Marsekal Reginald.
Entah siapa yang memulai duluan, para prajurit mundur ke kedua sisi jalan dan berlutut kepada Marsekal Windsor. Mulai saat ini, dia adalah pahlawan Stormwind - atau lebih tepatnya, pahlawan seluruh Alliance!
Lu Li dan Elf Air mengikuti Reginald yang berjalan kaki menuju benteng Stormwind. Sepanjang jalan, para penjaga memberi jalan sambil memberi hormat penuh rasa hormat kepada Reginald. Satu per satu mereka berlutut, menundukkan kepala prajurit mereka kepada mantan pemimpin.
"Di sana berjalan seorang pahlawan."
"Aku bangga padamu."
“Anda adalah legenda yang hidup-hidup……”
“Semoga terang menyertaimu, Tuan.”
“Andalah keberanian dari Perak Tua.”
“Kami hanyalah debu di bawah kaki Yang Mulia!”
“Anda adalah motivasi bagi kami semua, Yang Mulia!”
Para pemain Stormwind akhirnya mulai menyadari pemandangan ini, semakin banyak yang berdatangan. Mereka berjejal di kedua sisi jalan, terkagum-kagum sekaligus takut memandang Marsekal Windsor serta dua siluet yang mengikuti di belakangnya.
Tak lama kemudian ada yang mulai mengenali Lu Li dan Elf Air. Bagaimanapun mereka adalah tokoh terkenal di dalam game, pasti ada yang cukup cerdas untuk menyadarinya.
Di depan gerbang Benteng Stormwind, Marsekal Windsor menunjuk ke depan sambil menoleh dengan nada angkuh ke Lu Li: “Teman, di sana. Reptil itu akan berguling-guling liar - itulah wujud keputusasaannya.”
Memandang bayangan tegas Marsekal, Lu Li yang tak pernah mengerti arti penghargaan kolektif ini pertama kali merasakan kebanggaan luar biasa. Ia sangat lega tidak bersikap ragu-ragu, menjadi rekan dari penjahat besar ini adalah kejayaan tertingginya.
Senjata para penjaga tetap terkulai, menandakan mereka akan bersama-sama menghadapi musuh kita.
Semakin banyak pemain yang mendengar kisah Marsekal Windsor. Beberapa yang pernah menyelesaikan misi terkait secara spontan bergabung mengikuti dari belakang.
Menembus area perkotaan, melintasi jalan kecil, melewati jembatan sempit. Koridor Benteng Stormwind membentang panjang. Mereka mengikuti ketat di belakang Marsekal menuju titik akhir. Dengan pantang mundur, mereka akan melindungi sang tentara yang sadar akan resiko ini.
Akhirnya tiba di aula dewan Benteng Stormwind.
Marsekal Windsor berteriak: "Aku datang, membawa keputusan yang adil! Kau tak bisa lari dari takdirmu, Katrana. Ramalan telah menetapkan ini semua - khayalan di aula Karazhan telah mengisyaratkan akhirmu. Sekarang saatnya mengakhiri ini!"
"Mengakhiri? Jangan bercanda, Windsor. Kau ini penjahat, buronan. Kau akan dipenjara dan diadili atas tuduhan pengkhianatan negara. Aku akan senang melihat para bangsawan menyatakanmu bersalah dan menggantungmu di tiang gantungan."
Saat itu Pangeran Wanita Katrana Prestor muncul. Di belakangnya mengikuti sekelompok bangsawan manusia.
Dengan angkuh mereka memandangi Windsor. Di mata mereka, veteran ini sama sekali bukan marsekal, hanya orang tua yang tak berguna - preman tua yang memusuhi bangsawan dan selalu ingin membuat ulah.
"Mungkin aku akan digantung. Tapi sebelum itu, aku akan membongkar kebusukanmu!"
Windsor mengeluarkan dua lempengan batu yang dibawanya dari Blackrock Depths, benda yang dicarinya untuk membawa kebenaran ke Stormwind.
"Ketika mayat lunglaimu bergoyang di tiang gantungan, aku akan bersukacita karena akhirnya mengakhiri nyawa orang gila." Pangeran Wanita Katrana Prestor mengutuk dengan kedengkian dan kegilaan: "Lagipula, apa buktimu? Apakah kau berani melakukan provokasi terhadap seorang bangsawan di sini lalu pergi tanpa cedera?"
"Kurcaci Besi Hitam menganggap lempengan ini terenkripsi, mungkin sebuah harta karun. Tapi ini bukan harta, hanya bahasa Naga kuno! Dengarlah, Naga Hitam! Biarkan kebenaran terungkap di Tianxia!"
Marsekal Reginald Windsor mulai melantunkan mantra.
Ekspresi Pangeran Wanita Katrana Prestor berubah drastis saat mendengar fungsi mantra kuno ini. Dengan jeritan memekakkan telinga, dia berseru: "Pasukan! Hentikan dia! Hentikan penghinaan terhadap seorang bangsawan ini!"
"Kami adalah pedang tajam dalam kegelapan, penjaga wilayah Malam, nyala api penahan dingin, cahaya fajar, terompet pembangun tidur, perisai kokoh kerajaan..." Sekelompok Ksatria Suci mengendarai kuda perang menerjang. Sebagian menguasai kekebalan ksatria suci, sebagian hanya mengandalkan ketubuhan daging. Dengan slogan yang dibacakan keras-keras, mereka menghadang pasukan yang datang.
Cahaya putih menyilaukan! Pantang mundur menghadapi maut!
Pengalaman, peralatan, reputasi yang terkuras saat pasukan penjaga kota mati - semua itu menjadi pengorbanan untuk memenangkan waktu bagi Windsor menyelesaikan bacaan mantranya.
Pasukan Night Watchers dari Pedang Penghakiman—sekelompok Ksatria Suci yang terlalu terobsesi bermain game demi iman—telah dijadwalkan Lu Li sebelumnya untuk berjaga di sekitar aula dewan. Mereka muncul tepat pada momen krusial.
Pada detik itu, para pemain yang menyaksikan merasakan kegemparan yang melampaui batas konsep game.
Mantra Marsekal berhasil. Sosok yang disebut Pangeran Wanita itu menampakkan wujud aslinya—Putri Naga Hitam Onyxia.
Naga hitam ini—putri Penjaga Naga Deathwing yang perkasa—telah menyusup ke politik Stormwind dengan identitas bangsawan Katrana Prestor. Berkat kecantikan dan wawasannya, ia cepat mendapatkan kepercayaan Adipati Bolvar Fordragon selaku Wali Raja saat itu.
Akhirnya terbongkarlah kebenarannya.
Para bangsawan termasuk Wali Kota Bolvar Fordragon juga terkejut, mereka selalu menganggap Windsor sebagai idiot - seorang prajurit kasar yang dibutakan perang dan sangat memusuhi kalangan bangsawan. Tak disangka merekalah yang ternyata bodoh.
Pada momen ini, Putri Naga Hitam Onyxia justru tak terburu-buru. Dengan suara dingin ia bertanya:
"Yang membuatku penasaran... Windsor, dalam ilusi itu, apakah akhirnya kau bertahan hidup? Alasan ku bertanya seperti ini karena ku pastikan hari ini kau akan mati sudah, sekarang juga!"
Sekarang juga!
Lu Li melompat keluar dari belakang Marsekal, berusaha menahan serangan mematikan itu. Asalkan bisa menahan serangan ini, Marsekal takkan tewas. Dengan demikian alur cerita akan diubah - toh peran Marsekal hanya untuk membongkar kedok Putri Naga Hitam, membuka jalan untuk dungeon tim "Sarang Onyxia" selanjutnya.
Mungkin, Marsekal benar-benar tak perlu mati.
Dia bisa melanjutkan perjalanannya, gugur di medan pertempuran melawan Burning Legion, atau setidaknya meninggal secara wajar di panti jompo militer mana pun di Stormwind...
Cakar Onyxia mulai memancarkan kilatan sihir!
Para penjaga di sisinya berubah menjadi orang naga, bersatu dengan tuan mereka untuk membunuh manusia kejam yang telah menghancurkan rencana klan Naga Hitam.
Banyak pemain spontan menerjang ke depan, pemikiran mereka mirip dengan Lu Li - tidak boleh membiarkan monster kejam ini melukai veteran terhormat yang memikul aib, kesalahpahaman, dan keyakinan.
Namun sihir bagai sinar matahari pasca salju meleburkan segalanya: Lu Li, Elf Air, para pemain, hingga Ksatria Suci Night Watchers. Mereka semua terkena efek terbang atau gugur oleh skill, sementara Marsekal Windsor menanggung kerusakan sihir terbanyak.
Adipati Bolvar Fordragon berteriak: "Tidak! Windsor! Tidak! Marsekal Windsor!"
Sayangnya, tidak ada yang bisa menyelamatkan semua ini.
Adipati Bolvar Fordragon membunuh satu per satu orang naga kuat yang menghalanginya dengan penuh amarah dan tanpa belas kasihan.
Meski mampu membunuh orang naga yang bergerombol, dia tetap tidak bisa menyelamatkan Marsekal Windsor. Setelah pertempuran sengit yang mengerikan, Bolvar berlutut di depan mayat Reginald sambil menangis penuh penyesalan: "Reginald... Aku... sungguh menyesal". Dia tetap berlutut lama di samping mayat Reginald, diam-diam bertobat...
Langkah Angin membuat Lu Li selamat dari kematian, tapi saat ini dia sama sekali tidak merasakan kegembiraan.
Hatinya dipenuhi kepahitan ketidakberdayaan, ia tak berdaya menyaksikan Marsekal Windsor tumbang, melihat Putri Naga Hitam Onyxia mengepakkan sayapnya kabur dari hantaman skill tak terhitung. Saat itu, ia benar-benar merasa dirinya tak berguna.
Marsekal Reginald Windsor, pahlawan agung yang tak kenal takut terus berjuang gigih melawan Naga Hitam. Setia pada keyakinan dan negaranya, berusaha keras membongkar konspirasi Onyxia. Melewati serangan bangsa orc Batu Hitam dan masa ditawan, dengan bantuan pemain berhasil menerobos lapisan-lapisan blokade musuh di penjara Blackrock Depths. Akhirnya berhasil membongkar rencana Onyxia untuk menguasai manusia dan membebaskan Adipati Bolvar dari kendalinya, namun dirinya sendiri dibantai dengan kejam oleh sang naga.
Permukaan tanah menghujani peralatan pemain, tapi tak ada yang berusaha merebutnya.
“Onyxia!” Adipati Bolvar Fordragon selaku Wali Raja memeluk mayat Marsekal Windsor, menengadah berteriak: “Kau akan membayar harganya.”
Saat itu, saluran dunia ada peringatan sistem:
Selamat kepada pemain Lu Li dan Elf Air yang mengikuti Marsekal Windsor mengungkap kebenaran mutlak Putri Naga Hitam. Sarang Onyxia dungeon besar telah dibuka. Adipati Bolvar Fordragon selaku Wali Raja mewakili Pemerintahan Kerajaan Stormwind mengeluarkan penawaran hadiah tugas untuk kepala Putri Naga Hitam Onyxia. Selamat datang partisipasi para pemain.
