"Hei, Dewa Game, menurutmu berapa kesempatanku?" Setengah Batang Rokok langsung menyapa.
"Sepertinya tidak ada kesempatan." Karena lawan sudah aktif menyapa, Lu Li tak bisa berpura-pura tak dengar, meski ingin cepat menyelesaikan pertempuran.
"Apa Dewa Game terlalu percaya diri? Aku bahkan pernah mengalahkan Blood Dagger. Sekarang sudah berbeda dengan dulu." Setengah Batang Rokok jelas tidak Fu, merasa diremehkan. Beberapa hari terakhir di arena, mengalahkan pencuri semudah memotong sayur, bahkan Blood Dagger pernah kalah darinya.
Setidaknya dalam persepsi semua orang, Blood Dagger adalah sosok yang layak disejajarkan dengan Lu Li.
"Kurasa Blood Dagger harus berterima kasih padamu." Lu Li tak menggubris.
"Mengapa?" tanya Setengah Batang Rokok.
"Karena kau menjadi lawan latihannya. Kutebak sekarang jika menghadapinya, mungkin kau tak punya peluang menang." Lu Li merasa kasihan pada anggota ini. Bisa dibayangkan setelah pembaruan sistem, Blood Daglel pergi ke arena pertarungan untuk beradaptasi dengan penyamaran yang sudah dikurangi, lalu bertemu Setengah Batang Rokok dan menjadikannya partner latihan.
Mungkin di awal pertandingan saat belum terbiasa akan kalah, tapi begitu digunakan, bagian yang dikurangi tak lagi bisa mempengaruhi Blood Dagger.
Lu Li juga begitu. Saat baru mengalami pengurangan, bahkan dia tak bisa mengalahkan Moonlight. Sampai Mao Mao Ai Chi Rou pun pernah mengalahkannya sekali. Tapi begitu beradaptasi dengan irama penyamaran baru, statusnya akan pulih dengan cepat.
Meski pengurangan pasti ada pengaruhnya, tapi tak sebesar yang dibayangkan Setengah Batang Rokok.
"Sekarang Lu Li telah masuk ke mode penyamaran, Setengah Batang Rokok berusaha menemukannya. Setelah pembaruan sistem terakhir, efek penyamaran pencuri sedikit berkurang. Mampukah Setengah Batang Rokok merebut inisiatif serangan? Seperti kita tahu, inisiatif serangan sangat menentukan hasil pertarungan melawan pencuri." Komentator Jiu Feng memberikan penjelasan langsung untuk penonton virtual dan stadion luar.
"Tidak berhasil." Sihai Youlong berkesedihan.
Benar saja, tak lama setelah ucapannya, Setengah Batang Rokok sudah disergap sukses oleh Lu Li. Tapi jelas dia tak berniat memberi kesempatan, langsung mengaktifkan [Penghalang Es] setelah disergap. Dalam pertarungan arena yang memperebutkan setiap jengkal tanah, meski kalah Setengah Batang Rokok tetap berusaha membuat masalah sebanyak mungkin untuk Lu Li, agar penerus berikutnya bisa menemukan celah serangan.
Menghadapi penyihir yang mengaktifkan Penghalang Es, Lu Li tak bisa berbuat banyak. Dia memilih mundur dan menyamar kembali mencari kesempatan.
Saat dia mundur sepersekian detik, Setengah Batang Rokok menerobos keluar dari es, salju seketika menutupi bawah kaki Lu Li. Dia memanfaatkan kesempatan untuk membekukan Lu Li di tempat.
Tapi bagaimana mungkin Lu Li tidak mengantisipasi taktik ini? Meski es menyebar ke sekeliling, tak ada jejak Lu Li sama sekali. Dia mengaktifkan efek tambahan sepatu, langsung berpindah ke belakang Setengah Batang Rokok dan memukulnya hingga masuk status pusing.
Setengah Batang Rokok mengaktifkan lencana, mengeluarkan skill Ice Cone, hembusan es dahsyat mengarah ke posisi Lu Li.
Kali ini Lu Li tidak mundur. Dengan fokus menembus Ice Cone, dia memberikan Pukulan Pahat ke lawannya, kembali membuat Setengah Batang Rokok pingsan.
Kedua pihak bertarung sangat cepat. Pelepasan skill dan pergerakan terjadi dalam hitungan detik. Sebagian penonton biasa bahkan tak bisa mengenali metode yang digunakan, tapi semua tahu mereka sedang melakukan pertukaran skill. Tujuan Setengah Batang Rokok jelas ingin memaksimalkan pengeluaran skill Lu Li.
Lu Li tetap tenang. Dia tidak enggan bertukar skill, asalkan Setengah Batang Rokok memiliki kemampuan.
Jelas Setengah Batang Rokok tidak punya banyak taktik seperti Lu Li. Ambil contoh mekanika membatalkan kontrol - sebanyak apapun skill dispel takkan sanggup menahan status terkendali yang terus menerus.
Saat semua skill dispel telah terpakai, secara alami dia hanya bisa pasrah menjadi mangsa Lu Li.
"Kondisi seperti apa ini sekarang?" Komentator Jiu Feng terlihat bingung. Sepertinya dia merasa Setengah Batang Rokok seperti ulat yang mengurung diri dalam kepompong sendiri.
Pertukaran skill yang terlalu intens di awal era pertarungan, menyebabkan dirinya kehilangan perlawanan setelah terkendali. Kini dia hanya bisa pasrah menerima serangan Lu Li. Selama efek kontrol Lu Li tidak terputus, dia akan terus pingsan di sana, bahkan mustahil mengurangi sedikit pun HP Lu Li.
"Jadi ada untung ada rugi. Jika dia ingin menguras skill Lu Li, maka tak ada kesempatan untuk memberikan daya pukau," kata Sihai Youlong.
"Lalu strategi mana yang lebih baik?" tanya Jiu Feng.
"Untuk melawan orang seperti Lu Li, tidak ada strategi yang benar-benar efektif. Tapi seandainya aku yang berada di posisinya, selama ada kesempatan berganti skill, aku juga akan memilih untuk berganti skill." Sihai Youlong kali ini ternyata berpihak pada Setengah Batang Rokok. Ia berhenti sejenak lalu menambahkan, "Jika tebakanku tidak salah, petarung berikutnya dari Kota Wushuang adalah Celana Dalam Emas Fatal..."
Setengah Batang Rokok akhirnya menemukan kesempatan untuk membalas, namun segera dikendalikan kembali oleh Lu Li.
Keduanya saling serang beberapa saat, saling menyebabkan banyak kerusakan. Namun secara keseluruhan Lu Li lebih unggul dalam keterampilan, berhasil mengalahkan lawannya tepat saat HP-nya baru turun separuh.
"Setengah Batang Rokok melakukan pekerjaan yang bagus, bahkan lebih baik dari perkiraanku. Ini membuktikan Lu Li bukanlah sosok yang tak terkalahkan." Sihai Youlong berkomentar dengan perasaan haru.
"Lu Li masih punya setengah darah." Jiu Feng mengingatkannya, diperkirakan semua penonton di arena juga berpikir demikian. Mereka tidak setuju dengan perkataan Sihai Youlong. Fakta bahwa Lu Li bisa mengalahkan lawannya meski darahnya tinggal setengah, membuktikan gelar "pemain nomor satu dalam game" yang disandangnya memang memiliki bobot.
"Efek Langkah Bayangan sudah dipakai, Tudung Bayangan dipakai, Kabur dipakai, Lencana dipakai, keringanan damage juga beberapa kali dipakai. Taktik yang ditampilkan Lu Li sudah habis tujuh delapan puluh persen. Kecuali dia punya senjata pamungkas lain yang belum digunakan, lawan berikutnya tidak akan memiliki kemampuan untuk melawan." Sihai Youlong berkata dengan tegas.
"Mari kita lihat atlet esports berikutnya dari Kota Wushuang. Wah, ternyata benar seperti prediksimu, ini adalah Celana Dalam Emas Fatal. Dia jelas-jelas datang untuk mencari keuntungan." Jiu Feng tersenyum.
Memang benar Celana Dalam Emas Fatal datang untuk mencari keuntungan. Prajurit memang merupakan musuh alami pencuri, apalagi menghadapi pencuri yang sebagian besar skill-nya sudah terpakai.
"Jika aku menjadi Lu Li, aku akan menggunakan taktik mengulur waktu." Sihai Youlong merasa tegang untuk Lu Li, baru lega ketika melihat Lu Li menyamar menghindari Celana Dalam Emas Fatal. Bukan karena dia memihak Lu Li, tapi sebagai komentator, dia perlu menggerakkan perasaan penonton. Kini perhatian penonton jelas tertarik sepenuhnya.
"Ini keterlaluan sekali." Jiu Feng merajuk.
"Pencuri memang seperti ini, apa kamu berharap Lu Li berhadap-hadapan dan bertarung habis-habisan dengan Celana Dalam Emas Fatal?" kata Sihai Youlong.
"Ring pertarungan segini kecilnya, aku tidak percaya Celana Dalam Emas Fatal tidak bisa menangkap Lu Li. Lagipada pertarungan arena ada batasan waktu. Kalau Lu Li terus bersembunyi, sistem akan memberi hukuman kekalahan." Perkataan Jiu Feng membuat semangat penonton kembali tegang.
Tentu Lu Li paham prinsip seperti ini, karena itu dia juga tidak berharap bisa mengulur sampai semua skill dan efek tambahan cooldown selesai.
Begitu cooldown yang waktunya pendek hampir selesai, dia langsung bertindak.
Sayangnya kali ini tidak semudah tadi untuk menekan lawan terus-menerus. Status Celana Dalam Emas Fatal masih prima, kemungkinan Lu Li bisa mengendalikannya sangat kecil.
"Roda Keberuntungan Berputar, sekarang giliran Lu Li yang harus menguras skill dan efek tambahan Celana Dalam Emas Fatal. Menjadi penangkap pencuri juga membutuhkan pengorbanan." Sihai Youlong jelas orang yang paham. Ucapannya membuat penonton tersadar, tak heran pemandangan ini terasa agak familiar.
