Paman Zhao yang sudah berusia lanjut sering berbicara berbelit-belit, mengulangi hal yang sama tak lama setelah mengatakannya. Lu Li yang tak sabar mengobrol panjang segera berpamitan pergi.
Rumah lama itu sengaja tidak dikunjungi agar nenek dan cucu yang malang di sana tidak mengira dia datang untuk mengusir mereka.
Lagipula, meski rumah itu menyimpan kenangan dua puluh tahun Lu Li, namun tak ada yang layak dirindukan. Tempat hati tenang adalah kampung halaman, hanya lokasi dimana adiknya berada yang pantas disebut rumah baginya.
Keluar dari gang, Lu Li memayungi Elf Air sambil berjalan perlahan. Sesekali dia menunjuk sekitar sambil bercerita tentang masa lalu, seperti sepetak tanah kosong di belakang tumpukan batu tua dekat tepi parit - hamparan sayuran hijau lebat yang masih menjadi mahakarya buatannya dari belasan tahun silam.
Area tepi parit yang rendah ini kerap tergenang air saat musim hujan, sehingga tak ada yang mau mendirikan gubuk atau rumah di sini.
“Ternyata kamu bisa menanam sayur, juga bisa memasak.” Elf Air dengan polos merasa Lu Li luar biasa, karena dirinya sendiri tidak bisa melakukannya—apapun yang dirawat pasti mati, bahkan kaktus sekalipun tidak bisa bertahan.
Soal memasak dan sejenisnya, di rumah sudah ada pembantu rumah tangga dan koki yang merawat kebutuhan hidup, sama sekali tidak perlu dia belajar.
“Masakanku cukup enak loh, lihat saja Xinxin. Membesarkannya sampai sebesar ini tidak mudah.” Lu Li sangat berbangga akan hal ini, kebanggaan yang bisa dia bawa seumur hidup. Terutama di kehidupan ini, setelah dia mencapai posisi hari ini, sang adik pasti akan hidup dengan damai.
“Punya kakak laki-laki itu menyenangkan.” Elf Air penuh iri hati.
Andai dia punya kakak, ayah pasti akan melatih kakaknya menjadi penerus, sementara dirinya akan memiliki masa kecil yang dimanja dan bahagia. Sang kakak akan selalu memihaknya, melindunginya dari gangguan orang lain.
“Bagaimana kalau kubolehkan kamu memanggilku Kakak?” Lu Li yang jarang bercanda kali ini melontarkan gurauan.
Elf Air tentu saja geram bukan main, tapi sebutan "Kakak" sama sekali tidak bisa dia ucapkan.
Setelah mengampuni satu lingkaran dan melewati jembatan batu, Lu Li menunjuk ke bawah lengkungan jembatan: "Ada lubang di sana, entah bagaimana terbentuknya. Meski agak lembab di dalam, tapi tidak ada air. Dulu waktu kecil pernah berselisih dengan orang, aku dan adik bersembunyi di sini selama beberapa hari sampai persoalan terselesaikan."
"Jangan-jangan kamu menipuku?" Elf Air berusaha membungkuk sampai pinggang rampingnya hampir patah di atas jembatan batu, tapi tetap tak melihat adanya lubang besar di mana pun.
"Sudah, jangan dipaksakan. Berhati-hatilah, nanti terjatuh." Lu Li mengingatkannya.
Keduanya melanjutkan penjelajahan. Hampir sepanjang sore mereka menjelajahi kawasan kumuh, menyaksikan tempat-tempat yang pernah menjadi bagian dari kehidupan Lu Li. Tempat tinggalnya sekarang dan bahkan markas Pedang Penghakiman sama sekali belum dikunjungi, hanya berjanji akan melihatnya lain kali jika ada kesempatan.
Di penghujung hari, anggota Kota Wushuang pun pergi. Genhao San mengantarkan mereka ke bandara, sementara Lu Li masuk ke dalam game untuk melanjutkan leveling.
Saat ini dia berada di peringkat kesembilan daftar level, hampir terlempar dari sepuluh besar. Meski kejatuhan itu tinggal menunggu waktu, Lu Li tak ingin tertinggal jauh.
Dua hari kemudian, pertandingan ketiga di lapangan acak dimulai. Sistem menentukan kota penyelenggara - hasilnya tetap Kota Jiangnan seperti sebelumnya. Bedanya, Pedang Penghakiman tak punya hak memilih peta. Medan pertempuran yang teracak dari sembilan opsi adalah: Dustwallow Marsh.
Kali ini keberuntungan tak berpihak. Dustwallow Marsh bukanlah tempat yang sempurna.
Kota Wushuang kembali menginjakkan kaki di kota ini setelah jeda dua hari.
Kali ini Elf Air tak hadir. Paviliun Hujan Ringan sedang bertarung melawan Surga Ketujuh di pertandingan kedua yang juga digelar hari ini.
Bagaimanapun, pertandingan ketiga ini sama sekali tak memberi tekanan. Cukup dengan bertarung asal-asalan, Pedang Penghakiman akan lolos ke babak semifinal. Kompetisi delapan besar praktis sudah mencapai akhir cerita.
Situasi Lu Li juga mirip dengan Ibu Kota Kejayaan. Mereka juga hampir mendominasi Xuese Zhanqi. Jika dihitung, yang paling bernasib sial adalah Xuese Zhanqi. Mereka sama sekali tidak ingin memilih Ibu Kota Kejayaan karena kesenjangan kekuatan yang membuat hampir tidak mungkin menang. Ibu Kota Kejayaan benar-benar menjadi mimpi buruk mereka.
Fajar Bersayap dan Legiun Angin Kencang seimbang kekuatannya. Satu dari Alliance, satu dari Horde. Di arena pertandingan selalu terdengar teriakan "babi Alliance" dan "anjing Horde", menjadikan pertandingan ini yang paling meriah.
Konon lokasi pertandingan dunia nyata kedua klub ini lebih kacau. Pemerintah kota mengerahkan banyak polisi dengan perisai anti huru-hara untuk menjaga ketertiban, serta melarang penonton membawa alat cosplay karena beberapa diantaranya adalah senjata sungguhan. Sebagian besar memang senjata dari game, meski tidak tajam tetap bisa mematikan jika dihujamkan.
Kali ini Pedang Penghakiman menurunkan Fei Houzi sebagai pembuka. Sebagai Mage Api yang tidak akan turun di pertandingan tim nanti, dia memperebutkan posisi starter di pertarungan arena.
Karena situasi sudah terkendali, Lu Li tetap memberinya muka.
Sebagai atlet esports pembuka Pedang Penghakiman, lawan Fat Monkey adalah Pendukung khusus. Tampaknya persoalan di dunia nyata sudah terselesaikan, dia kembali menjadi atlet esports.
Melihat pertarungan profesi seperti ini, Moonlight langsung menggelengkan kepala sambil berkesedihan.
"Kenapa? Tidak percaya pada Kakak Senior?" tanya Lu Li.
"Houzi tidak bisa mengalahkan Pendukung khusus. Bukan hanya profesi yang diredam, gaya bertarung dan kekuatan juga menjadi alasan utama kekalahannya," jelas Moonlight. "Dan Kota Wushuang hari ini di pertandingan terakhir, mereka pasti akan mati-matian."
Meski disebut Pendukung khusus, sebenarnya ini adalah Shadow Priest, nama lengkapnya Pastor bayangan.
Shadow Priest Fajar pada tahap ini sangat langka. Harus ada peralatan kuat dan skill sebagai pendukung baru bisa berkembang. Jika tidak, kemampuan menyembuhkan tidak maksimal, damage rendah, dan bisa asal mati oleh monster.
Dalam PVE, kehadiran Shadow Priest dapat memulihkan MP untuk profesi sihir, namun ini tidak cukup sebagai tiket masuk dungeon. Jadi saat ini dungeon 15 orang hampir tidak terlihat Shadow Priest. Baru setelah dungeon 40 orang dibuka nanti, satu Shadow Priest akan dibawa.
Pendukung khusus memiliki dukungan dari Kota Wushuang, peralatannya sudah pasti top, skill juga lengkap, sehingga kekuatannya sangat luar biasa.
Moonlight sepertinya pernah bertarung dengannya di arena pertarungan, sehingga bisa langsung menyimpulkan Fat Monkey bukan tandingannya. Prediksinya benar, Fat Monkey cepat turun meski sempat menguras 70% HP pendukung khusus. Tapi jangan lupa pendukung khusus ini Shadow Priest - seberapa buruk pun kemampuan heal-nya, tetaplah seorang Pastor.
Lu Li yang naik kedua harus menghadapi pendukung khusus dengan HP hampir penuh.
Shadow Priest adalah primadona pertarungan arena. Mirip dengan Druid, jika tidak bisa membunuhnya, meski darahnya tipis dia akan cepat bangkit kembali.
Tujuan Lu Li tampil adalah untuk mengalahkan lawan.
Tiga menit setelah pertandingan dimulai, Lu Li meraih kemenangan. Pendukung khusus tersingkir oleh tiga kali CRIT berturut-turut darinya. Untuk mengalahkan anggota ini, Lu Li menggunakan berbagai skill dan efek tambahan.
Pedang Penghakiman menganggap pendukung khusus sebagai masalah, sementara Kota Wushuang justru lebih khawatir dengan Lu Li. Mereka langsung mengerahkan Qingqi Gujiu yang bisa menyembuhkan diri sendiri. Dengan persiapan matang, Qingqi Gujiu membutuhkan lebih dari sepuluh menit untuk menggerogoti Lu Li hingga kalah. Gelar "Raja Pengasah"-nya benar-benar bukan sekadar omong kosong.
Qingqi Gujiu menghadapi Mu Qiu yang memiliki gaya bertarung serupa. Keduanya saling mengasah taktik hingga akhirnya Qingqi Gujiu kalah karena MP-nya tidak sebanyak Mu Qiu.
Di tengah siulan ejekan penonton, pertarungan arena berakhir dengan skor 5-4. Pedang Penghakiman sedikit unggul satu poin.
Sebenarnya saat ini, Pedang Penghakiman sudah masuk ke empat besar.
