Di bawah langit malam Azeroth, jauh dari keriuhan di bumi, suara angin yang dihasilkan sayapnya sendiri terdengar jelas. Lu Li memandangi tanah yang terasa begitu nyata ini, untuk kesekian kalinya terpesona oleh desain game yang luar biasa.
Setelah melewati Hutan Musè dan Jalan Setapak Angin Berlawanan, pemandangan berubah menjadi rawa-rawa berwarna hijau tua.
Sejujurnya, Lu Li tidak menyukai tempat ini. Udara di sini selalu dipenuhi aroma membusuk yang tidak menyenangkan, bercampur dengan akar rumput busuk dan aroma makhluk rawa, benar-benar membuat sesak napas. Ia terpaksa menurunkan tingkat inderanya beberapa level - hal ini sangat berisiko untuk eksplorasi di alam liar, karena pendengaran dan penciuman merupakan indera paling penting untuk mendeteksi bahaya yang mengintai di lingkungan.
Lebih dari satu jam terbang, barulah Lu Li melihat bayangan Tanah Kutukan. Andai ada Yufengzhe berkecepatan 280%, mungkin hanya perlu sekitar sepuluh menit. Bagaimanapun, Yufengzhe yang kuat bisa menerobos langit sekehendaknya, sementara Lu Li harus menghindari zona-zona berbahaya.
Tanah Kutukan, tempat Gerbang Kegelapan yang menghubungkan ke Daratan Terlarang berada.
Sihir yang bocor dari Gerbang Kegelapan telah mendistorsi Tanah Kutukan, meninggalkan lanskap gurun yang tandus. Tak ada kehidupan yang bisa bertahan di wilayah ini.
Benteng Penjagaan terletak di ujung paling utara Tanah Kutukan, menjaga satu-satunya jalan masuk ke wilayah ini.
Struktur ini dibangun oleh Mage Agung Khadgar yang dulu memimpin ekspedisi ke Draenor dan menghilang di sana. Para penyihir yang kini menghuni benteng ini sangat membanggakan warisan tersebut.
Para penyihir dan prajurit telah mengorbankan kenyamanan demi tanggung jawab melawan Iblis dan ogre. Meski sebagian mungkin menganggap mereka tersesat, mereka terus berjuang melindungi Gerbang Kegelapan dan wilayah Azeroth lainnya dari pasukan Kazzak.
Keberadaan Gerbang Kegelapan membuat wilayah ini terisolasi dari portal teleportasi manapun. Bahkan persediaan perang harus melalui berbagai bahaya untuk sampai ke sini.
Pemain bisa mengambil tugas mengawal logistik di Menara Penjagaan. Bagi petualang yang hidupnya kurang beruntung, ini merupakan cara lain agar mereka bisa bertahan hidup dengan upaya setengah hati. Lu Li pernah terlibat dalam misi semacam ini di kehidupan sebelumnya, tapi sekarang dia sudah tidak tertarik lagi.
Yang dia cari adalah seorang arwah takluk.
Seandainya yang dicari adalah bangsa orc, meski area ini sangat luas mungkin tidak akan menyulitkan Lu Li. Bagaimanapun dia bisa terbang di langit dan melihat seluruh wilayah di bawahnya.
Sayangnya yang dicari adalah arwah takluk. Mau tidak mau dia harus mendarat ke tanah dan mencari dengan cermat. Jika tidak teliti, mungkin saja arwah itu hampir bersinggungan dengannya tanpa disadari. Setelah mencari selama setengah jam, barulah di koordinat yang diketahuinya dari panduan gameplay kehidupan sebelumnya, Lu Li menemukan sosok transparan ini.
"Halo, saya seorang Elf berasal dari Gunung Hyjal. Bisa kasih tahu cara menuju Menara Penjagaan?" tanya Lu Li.
Tugas "Jiwa Pahlawan Horde" sebenarnya tidak sulit untuk dipicu, tapi itu berlaku untuk pemain Horde. Bagi pemain Alliance yang ingin menyelesaikan tugas ini, semuanya bergantung pada keberuntungan. Orang seperti Lu Li yang selalu "berwajah hitam" memiliki probabilitas rendah untuk memicu tugas. Untungnya dia memiliki guide, tahu kata-kata spesifik yang bisa memberikan efek.
"Gunung Hyjal? Apakah situasi di sana masih baik?" tanya arwah itu.
"Garis pertahanan tetap kokoh seperti biasa, hanya saja Tanah Kutukan dikabarkan sedang tidak stabil akhir-akhir ini. Ogre Gada Raksasa telah beberapa kali menyerang Bentuk Penjaga bulan ini. Aku diperintahkan untuk memberikan bantuan," jawab Lu Li dengan ucapan yang seolah nyata sekaligus palsu. Sebenarnya dia memang membawa tugas tersebut - jenis misi yang bisa diambil asalkan mencapai level yang sesuai.
"Begitu rupanya. Kalau begitu sepertinya Anda tidak perlu terburu-buru. Perang terakhir terjadi kemarin, aku sendiri melihat pasukan ogre kalah telak dan mundur." Arwah ini jelas memiliki kecerdasan, bukan sekadar obsesi buta.
“Bagus, aku bisa beristirahat beberapa hari sebelum ikut pertempuran. Sepanjang jalan ini banyak bahaya yang kuhadapi, benar-benar melelahkan. Bolehkah kutahu namamu? Mengapa kau berada di wilayah ini?” Lu Li menghela napas lalu berjongkok duduk bersila di tanah.
“Namaku? Tak perlu disebut.” Arwah takluk itu menunduk di samping Lu Li.
Lu Li menyodorkan sebotol minuman. Minuman keras ini adalah hasil fermentasi bangsa orc, keahlian yang telah diwarisi sejak zaman Draenor. Ajaibnya arwah itu masih bisa meminumnya.
“...Dulu aku anggota pasukan pengawal elit paling dipercaya Warchief Thrall. Kami berjumlah 20 orang...” Setelah meneguk beberapa kali, tanpa perlu ditanya dia mulai bercerita perlahan: “Dulu kusarankan membangun pos terdepan di Tanah Kutukan, tapi saranku tak direspon. Aku mulai tergesa-gesa... Tak kusangka ada sesuatu yang begitu mengerikan menanti di depan... Ya... Aku membuat keputusan buruk, semua ini salahku...”
“Ada apa yang bisa kubantu?” Terdengar jelas hantu penuh kesedihan ini tenggelam dalam penyesalan yang mendalam. Suara Lu Li melembut.
“Penyesalan, sekarang yang kumiliki hanyalah penyesalan. Aku tak pernah menyangka keputusan salah ini menyebabkan hasil yang begitu mengerikan. Seharusnya aku tetap di sana menunggu perintah—mungkin itu bisa memberi tahu kami hal mengerikan apa yang menanti di wilayah sialan itu; mungkin maksudnya memindahkan kami ke tempat lain... Pada akhirnya semua ini salahku, semua salahku...” Arwah malang itu terus mengulangi gumaman ini.
“Bagaimana kemudian?” tanya Lu Li.
Seandainya ini orang yang tidak paham situasi, pasti akan mati kesal karena kemampuan bercerita NPC ini.
Lu Li sebenarnya tahu semua kebenaran persoalan, tapi dia juga tidak mungkin membiarkan jiwa pahlawan Horde ini terus monolog sendirian di hadapannya.
“Kemudian——kemudian sekarang aku berdiri di sini menunggu perintah, aku harus memahami situasi, harus mendapatkan perintah itu, tapi aku tidak menunggu apa-apa, pasti terjadi insiden tak terduga.” Akhirnya dia mengangkat kepala memandang Lu Li: "Kurir Rualga bermarkas di Stonard, temui dia, selidiki di mana sebenarnya perintah itu sekarang——ini yang paling ingin kuketahui sekarang, bisakah kamu membantuku?"
“Tentu, dengan senang hati.” Lu Li menjawab tanpa ragu.
Baru saja datang dari wilayah Stonard, sekarang harus kembali lagi, ini benar-benar omong kosong. Tapi Lu Li terpaksa melakukannya, melakukan tugas sampai kaki hampir patah sebenarnya masih bisa disebut beruntung, yang paling menyebalkan adalah ketika kakimu patah sekalipun tetap tidak menemukan petunjuk untuk melanjutkan misi.
“Ada satu hal lagi.” Lu Li hampir berubah menjadi burung gagak terbang pergi, tiba-tiba teringat situasi di Stonard: “Karena aku seorang Elf, teman-teman di sana sepertinya tidak terlalu ramah. Apakah Anda punya cara?”
“Barang-barang picik ini!” Arwah itu menggerutu marah. Di tangannya mulai mengkristal sebuah lencana.
Lu Li penasaran menerima lencana itu, memeriksa sifat-sifatnya, lalu ekspresinya berubah dramatis.
