Kembali ke Jiwa Pahlawan Horde di sini, dia terus berdiam diri dengan tenang. Lu Li curiga dari awal sampai akhir dia tak banyak bergerak.
Setelah menyerahkan tugas, bagian ini memberikan beberapa pengalaman dan reputasi, terutama reputasi. Lu Li sekarang sudah hampir mengumpulkan cukup reputasi untuk mempelajari dua keterampilan penguatan. Tentu saja, ini merujuk pada skill biasa. Jika itu skill akhir, mungkin satu pun tidak cukup.
Kondisi diluar sebenarnya sudah larut malam, tanah merah di Tanah Kutukan mulai memudar menjadi cokelat, sementara dua bulan di benua Azeroth telah tinggi menggantung di langit malam.
Sejujurnya, Lu Li sangat menyukai momen ketika "Fajar" menyingsing di Azeroth, sekaligus menikmati malam bulan yang lebih terang dibandingkan realitas.
Baik dalam kabut laut yang pekat di Moonlight Clearing, maupun badai pasir berdebu kuning di tanah tandus, bulan perak ini selalu memancarkan kilatan lembut dengan tenang. Bahkan kedalaman kelabu Hutan Perak pun terlihat sangat cantik karena bulan ini dan cahaya bintang yang berkilauan.
Arwah takluk itu berlutut di tanah sambil berdoa. Di hadapannya tersusun beberapa inti jiwa.
Delapan belas inti jiwa kristal memancarkan sinar gemilang di bawah cahaya Moonlight. Dari amukan hingga ketenangan, mereka seolah mendengar bisikan arwah takluk. Satu per satu akhirnya menyatu ke dalam cahaya rembulan, dan ternyata langsung menghilang.
"Tim kalian berjumlah dua puluh orang, berarti masih ada satu lagi. Di mana dia?" Lu Li berinisiatif memberi petunjuk sambil bertanya.
"Kamu sudah membantu saya sangat besar..." Arwah takluk itu tampak ragu, "Saya tidak punya hadiah yang memenuhi syarat. Sungguh tidak enak hati memintamu mengambil risiko untukku."
"Aku bukan demi hadiah." Lu Li berbohong tanpa ragu, berkata dengan penuh semangat: "Dalam perang melawan Iblis ini, tak terhitung prajurit Horde atau Alliance yang meregang nyawa di padang liar. Aku sering mendengar bisikan ketidakberdayaan mereka. Jika bisa melakukan sesuatu untuk mereka, hatiku akan lebih tenang."
"Kamu benar-benar orang baik." Arwah takluk itu tersentuh, akhirnya memutuskan untuk melanjutkan tugas: "Sahabatku, ada seorang saudaraku yang masih hilang. Dia seharusnya berada di suatu tempat di tanah kematian itu, yang kumaksud adalah Letnan Gillis. Saat itu kami berdua dipenjara oleh O'Lester dan disiksa dengan kejam, Gillis yang malang... Kehendaknya semakin melemah, dari dalam selku aku bisa mendengar suara penyiksaan terhadapnya, jerit kerasnya bergema di dalam gua, itu terakhir kalinya aku mendengar suara Gillis..."
"Kurasa aku paham maksudmu... Mencarinya, benar?" Lu Li menghela napas lega.
"Ya, sahabatku... Jika kamu bersedia, tolong lakukan ini untukku - temukan keberadaan Gillis."
"Siap melayani, sahabatku." Lu Li menjawab langsung tanpa ragu.
Di kehidupan sebelumnya saat mengerjakan tugas ini, dia terjebak di wilayah ini dan tidak bisa melanjutkan. Alasannya waktu itu bukan karena arwah merasa tidak punya hadiah untuk diberikan, melainkan menilai kekuatannya tidak memadai. Penyebab spesifik baru diketahui Lu Li belakangan setelah membaca guide - karena dia pernah tewas sekali selama proses menjalankan misi sebelumnya.
Cukup mati sekali saja, tugas otomatis tidak akan dilanjutkan.
Sedangkan alasan yang diberikan di kehidupan kali ini adalah "kami tidak mampu membayarmu, silakan pergi", mungkin lagi-lagi karena nilai daya tariknya yang menyedihkan. Meski berhasil mendapatkan tugas lanjutan, Lu Li tidak bisa tenang begitu saja. Banyak ketidakpastian dalam misi ini, dia harus melangkah sambil melihat situasi.
Petunjuk untuk tugas selanjutnya sebenarnya cukup sederhana, apalagi dengan panduan yang dimiliki Lu Li.
Lokasi misi berada di dalam sebuah gua yang dipenuhi Iblis-iblis sulit dikalahkan. Alasan Lu Li di kehidupan sebelumnya gagal mendapatkan tugas ini mungkin karena dia sama sekali tidak seimbang melawan para Iblis ini. Namun Lu Li yang terlahir kembali membalikkan segalanya - di mata para Iblis, Lu Li mungkin lebih menyeramkan daripada mereka.
Tempat sialan ini benar-benar tidak sesuai dengan nafsu makan Lu Li. Perapian menyala di mana-mana, menerangi seluruh gua dengan warna merah menyala. Panas yang dipancarkan dari pembakaran arang terus menumpuk di udara, membuat keringat di pelipis langsung menguap begitu menyembul dari kulit. Zirah kulit di tubuhnya pun menjadi gerah tak tertahankan.
Kesulitan penyamaran di lingkungan seperti ini meningkat berkali-kali lipat secara tak kasat mata.
Iblis adalah makhluk hidup dengan persepsi yang mencengangkan, sehingga Lu Li terpaksa membunuh mereka satu per satu.
Seiring ia menyusuri gua gerah ini semakin dalam, mayat-mayat yang bergelimpangan di belakangnya pun semakin menumpuk.
Di dasar hati arwah takluk itu mungkin tersembunyi secercah harapan - harapan bahwa saudara terakhirnya masih bertahan hidup, setidaknya tidak mengalami siksaan Iblis kuat seperti dirinya dan delapan belas rekan lainnya hingga sekarang.
Mereka segera mendekati bagian terdalam gua.
Jawaban akan segera terungkap. Lu Li memandang anjing neraka di kedalaman gua dengan tenang, dalam hati ia menghela nafas. Keajaiban ibarat Fatamorgana, manusia selalu menipu diri tentang keberadaannya. Namun saat kau mendekat, barulah sadar bahwa keajaiban memang tak pernah terjadi.
Seekor anjing neraka berkepala tiga raksasa!
Nasib dua puluh orang akhirnya menemui jawaban... Ini adalah yang terakhir.
Secara wajar, satu orang mustahil mengalahkan anjing neraka ini. Tapi Lu Li melampaui logika biasa. Bukan hanya memiliki kemampuan di atas rata-rata, ia juga menguasai guide yang tak diketahui orang normal.
Di sisi lain, keajaiban bukanlah Fatamorgana baginya. Kelahirannya kembali adalah sebuah keajaiban.
Anjing neraka hanyalah saksi dari keajaiban itu. Saat tumbang, munculah arwah transparan. Lu Li sama sekali tak cemas. Jelas ini adalah Kirith yang dicarinya - seorang prajurit Forsaken.
"Sudah lama aku menunggu, teman, bagaimana kabar rekan satu timku?"
"Tidak baik. Mereka semua sudah mati, hanya satu yang tersisa--dia mungkin Kapten kalian, masih berkeliaran di padang belantara. Aku petualang yang dia cari." Lu Li tidak mengatakan dusta penghibur, arwah ini pasti memahami situasinya.
"Sang Kapten..." Kilis menggelengkan kepala pelan, "Pasti dia merasa semua ini adalah kesalahannya. Selama ini dia memang tipe orang seperti itu."
"Benar. Lalu, bagaimana caraku menyelesaikan tugasku?"
"Baiklah, aku tidak akan berbelit-belit lagi mengingat waktuku terbatas," kata Kilis, "Kamu harus menghancurkan kekuatan tiga raja iblis yang melindungi Raja Iblis Lashelaik. Tugas ini tidak sesederhana menyelamatkan jiwa terkutuk."
"Aku sudah siap untuk pertempuran." Lu Li tahu kemampuannya masih diragukan. Andai saja dia mengajak satu individu lagi untuk mengerjakan tugas bersama.
Misalnya Elf Air, setelah beberapa hari tidak bertemu, Lu Li selalu teringat padanya saat melamun.
"Aku mengagumi keberanianmu, Elf." Kilix meregangkan bibirnya dalam senyuman, sama sekali tak terlihat keputusasaan atau kehancuran: "Kau harus tahu, tiga bawahan Rashelak masing-masing memakai sepertiga dari jimat khusus buatan Rashelak. Dengan jimat ini, barulah kau bisa memanggil iblis itu. Kembalilah menemui Trembane, katakan padanya apa yang dibutuhkan untuk memanggil Rashelak, dia akan memberimu instruksi lebih lanjut."
Ternyata nama arwah takluk itu adalah Trembane. Lu Li diam-diam menghafal nama ini, mengawasi Kilix yang perlahan menghilang di hadapannya.
Ini adalah seluruh pesan terakhirnya.