"Pernahkah kau mendengar tentang Raksasa Laut?" tanya Loramus Salibidius.
Bagi pemain biasa, mungkin benar-benar tidak tahu. Tapi Lu Li jelas bukan pemain biasa, sehingga ia segera menjawab: "Kudengar mereka makhluk raksasa penghuni lautan, perenang ulung yang membawa jangkar besi, mengobarkan badai, menghancurkan kapal. Meski tugas mereka sebenarnya melindungi kebersihan dan kedamaian lautan."
"Hoho, sepertinya mereka tidak meninggalkan kesan baik padamu," canda Loramus dengan ringan. Tanpa disadari, nada bicaranya telah sepenuhnya melempar jauh-jauh kesombongan.
"Aku benci sikap mereka terhadap makhluk lain. Di mata mereka semua ras lain hanyalah semut kecil. Dulu mereka jarang datang ke daratan, lebih memilih tinggal di dasar laut. Tapi kemudian demi mengejar musuh bebuyutan mereka Naga Laut, mereka semakin mendekati dunia darat." Jarang ada pemain yang bisa berbicara panjang lebar dengan NPC tentang topik ini.
"Menghakimi kebaikan dan kejahatan berdasarkan ras adalah kebodohan. Tidak semua Raksasa Laut akan membalikkan kapal." Rockamus Saribidis menambahkan di akhir: "Tentu saja kecuali iblis. Hanya iblis mati yang bagus."
"Baiklah, bisakah Raksasa Laut membantu kita?" Lu Li mulai yakin.
"Target kita adalah Yakarlok. Dia dewa kecil - bukan yang memiliki citra ilahi sebenarnya, tapi objek iman untuk ikan, lobster, dan Raksasa Laut." Rockamus menjelaskan: "Sebenarnya dia Raksasa Laut yang cukup ramah."
Lu Li merasa agak curiga, makhluk ikan ini memang bukan makhluk yang ramah, apalagi orang yang disembah di kuil mereka? Mampukah Yaqualoc ini berbicara dengan tenang seperti manusia, bukannya menusuk makhluk lain dengan tombak untuk dijadikan makan malam seperti para ikan itu?
Dengan postur Raksasa laut, tubuh Lu Li yang kecil mungkin tak akan mengenyangkan perutnya.
Kenangan akan makhluk-makhluk berkulit licin dan jelek itu membuat Lu Li merasa tak nyaman, tapi dia tetap memilih mempercayai Loramus Saribidis.
Kuil Yaqualoc adalah bangunan suci kuno yang pernah menjadi milik Elune, kini menjadi hak Yaqualock. Selain Raksasa laut, para Makura dan ikan di sini juga menganggapnya sebagai dewa. Setidaknya, saat menyaksikan keahlian tembak kurcaci, mereka sepertinya sedang meminta pertolongannya.
Makura mengacu pada udang besar di pantai yang terinfeksi kemampuan sihir sehingga menjadi lebih kuat dalam bertarung. Namun jika berhasil ditangkap, mereka merupakan hidangan lezat yang cukup bagus. Udang-udang besar bercangkang keras ini menggunakan capit dan sihir untuk menyerang. Mereka memiliki sistem sosial dasar dan bahkan munculnya struktur kesukuan, meski kecerdasannya jauh di bawah tetangga mereka - ikan.
Udang Makura menjaga kewaspadaan tingkat tertinggi terhadap kedatangan night elf.
Lu Li tidak berniat bertarung dengan mereka. Seperti pepatah: "Memukul yang kecil akan mendatangkan yang tua". Pembunuhan akan membuat para senior dipenuhi kebencian.
Untungnya setelah Lu Li menyatakan maksudnya, meski udang-udang itu tidak meletakkan senjata, setidaknya atmosfer pertempuran yang siap meletus telah hilang. Tak lama kemudian mereka mengosongkan jalan untuk Lu Li. Gelar Loramus berhasil menunjukkan efeknya.
Mendekati kuil, Lu Li akhirnya melihat wujud raksasa laut. Tinggi mereka umumnya melebihi lima meter, berat badan konkret tidak bisa diukur. Tapi tidak diragukan lagi mereka semua adalah para gembul, hanya tidak tahu cara apa yang digunakan makhluk raksasa ini untuk mengambang di permukaan laut.
Akolok berada di lantai dua kuil, saat ini sedang duduk tidur-tiduran di lantai, sama sekali tidak mencerminkan wujud seorang dewa seharusnya.
"Apakah Rommath masih baik-baik saja?" tanya Akolok langsung ke inti persoalan.
"Dia masih di Azshara, tampaknya tidak ada masalah," jawab Lu Li. "Dia menyuruhku mencari Yang Mulia untuk meminta bantuan, terkait urusan membunuh seorang iblis."
"Membasmi iblis itu keahliannya, aku hanya punya sedikit tips rahasia saja." Meski merendah, namun sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebanggaan itu. Rommath Saribidis sang Pemburu Iblis, ahli taktis melawan iblis, ternyata juga harus minta bantuannya.
"Postur tubuh yang besar, wajahnya pun ikut besar. Lu Li bisa melihat setiap detail ekspresinya dengan jelas."
Malas berdebat, dia langsung menjelaskan situasi saat ini secara lengkap.
"Ini bukan gagasan bagus! Dia pasti sudah gila, benar-benar gila!" Ekspresi Yakarlok berubah suram, sepertinya dia memahami sesuatu yang tidak dipahami Lu Li. Dengan tubuh raksasanya yang hampir menembus kubah kuil, dia berdiri lalu mondar-mandir dalam kebimbangan.
"Apakah Anda punya cara?" Lu Li tak tahan bertanya.
Setelah lama, Yakarlok akhirnya tenang: "Hanya ada satu metode untuk membinasakan Raja Iblis dan antek-anteknya: Buat senjata ampuh yang terukir nama aslinya. Saat senjata itu selesai dibuat, itulah saat ajal Sang Raja Iblis."
"Lalu bagaimana cara membuatnya?" Jika hanya soal membuat senjata dengan cetakan dan material, sepertinya itu bukan hal sulit baginya.
"Senjata itu tidak masalah, yang terpenting adalah kita harus memberinya kemampuan untuk membunuh Iblis. Pernahkah kamu mendengar tentang Hertala? Dia adalah anggota yang kejam dan berpura-pura. Beberapa anakku tewas di tangannya. Bunuh dia dan bawa semua lambangnya kembali." Tugas yang diberikan Yakorok ini jelas mengandung kepentingan pribadi - dia punya permusuhan dengan Hertala. Karena tak bisa meninggalkan kuil, dia memanfaatkan tangan Lu Li untuk mengakhiri nyawa musuhnya.
Lu Li merasa dirinya mungkin sedang diperalat sebagai pion, tapi dia tidak keberatan membantu Yakorok membunuh musuh.
Yakorok, Hertala - semua yang disebut Tuhan ini sebenarnya tidak layak disebut. Lu Li cukup mengerahkan kelompok 100 orang untuk menjaring habis suku mereka dalam hitungan menit, lebih mudah daripada membunuh BOSS di area liar.
Sarang Heta La cukup tersembunyi, hingga saat ini belum ada yang berhasil menemukannya. Namun dia yang mengklaim diri sebagai penguasa lautan ini harus berpatroli di laut setiap hari dengan penuh tanggung jawab. Lu Li hanya perlu menyergapnya di area patroli rutinnya. Untuk memastikan efisiensi dan keamanan, dia mengerahkan pemain Pedang Penghakiman yang sedang beraktivitas di sekitar Azshara untuk membentuk tim 20 orang.
Untuk melawan quasi-BOSS, pasukan sekuat ini sudah memberikan penghormatan yang layak.
Heta La adalah monster ular berkepala tiga dengan tubuh raksasa. Ahli dalam sihir elemen air dan juga menguasai mantra penyembuhan. Kalau tidak, Lu Li sendiri bisa menggerogotinya perlahan.
"Terima kasih semuanya, Feiyu akan mentraktir minum untuk kalian di Stormwind." Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Lu Li mengambil tiga benda tugas yang jatuh, lalu berkata kepada kapten tim Wu'ai Feiyu.
Wu'ai Feiyu melambaikan tangan: "Tenang saja, Bos. Semua akan katur dengan baik."
Tiga lambang Hertala yang berlumuran darah, lambang Hertala yang hancur, dan lambang Hertala yang memar—sebenarnya ini adalah tiga kepala Hertala.
