Sementara di sisi Lu Li, setelah persiapan pertahanan mulai memerintahkan pasukan yang ditarik untuk bergerak maju ke menara penyihir.
Ular-ular berbisa terus berganti, kalau tidak karena bergulung bersama, mungkin jumlah yang menyerbu lebih banyak. Dari atas menara penyihir, terkadang jatuh gumpalan-gumpalan ular berbisa yang dihujamkan ke kerumunan menyebabkan kegaduhan beruntun.
Dari tiga BOSS yang terakhir ini, sejak permulaan sudah tidak berjalan mulus.
Karena Lu Li mengabaikan ketakutan orang normal terhadap ular berbisa, terutama saat segumpal ular jatuh dari atas kepala, banyak pemain yang panik menghindar hingga formasi pertahanan langsung kacau.
Teriakan Lu Li pun tidak membuahkan hasil.
"Yang takut ular kembali ke gua untuk bertahan, tukar dengan yang tidak takut." Elf Air mengusulkan ide yang langsung dianggap tepercaya oleh Lu Li, lalu diperintahkan ke seluruh tim.
Hasilnya, hampir semua yang maju adalah pemain wanita.
"Tadi kulihat ada yang kabur kayaknya laki-laki, kenapa tidak ada yang maju? Yang tidak maju nanti kalau kabur jangan salahkan aku potong poin," kata Lu Li.
Para pemain pria di bawah - anak-anak yang takut ular itu hampir menangis.
Bos, kau suruh yang takut ular mundur, tapi kami semua jantan. Siapa yang mau malu mundur? Makanya yang mundur cuma cewek-cewek.
Benar saja tak ada lagi yang lari sembarangan. Meski wajah pucat pasi, para pemain pria mengatupkan gigi bertahan mati-matian.
Pemain yang terhalang dalam gua terus menderita. Terkendali seperti ini mustahil mereka mundur, sehingga hanya bisa melakukan serangan nekat bergelombang dalam area sempit.
Bagaimanapun Ksatria Suci punya kekebalan, pencuri punya Langkah Angin, penyihir bisa melompat dengan Penghalang Es. Setelah penghalang batal, satu kilauan bisa mendekatkan jarak. Mereka cepat menyusup ke kerumunan pemain Pedang Penghakiman.
Mungkinkah pertahanan yang diatur Lu Li bisa ditembus semudah itu?
Tentu saja tidak mungkin!
Yang menyambut mereka adalah injakan pejuang dan Whirlwind raksasa. Setelah terkendali, disusul kemampuan serangan grup bergelombang. Yang berhasil masuk tak sempat berbuat apa-apa sudah tumbang. Satu-satunya fungsi mereka adalah menyediakan kesempatan bernafas untuk yang di belakang.
“Desak mereka mundur.” Piao Ling tidak terlibat dalam pertempuran, melainkan berdiri di belakang menyaksikan pertarungan.
Saat sebagian pemain cabang guild Bangsawan Jiangnan ini berhasil menerobos masuk, dialah yang memerintahkan para prajurit untuk mengambil tindakan. Setelah membantai musuh, para prajurit tidak mundur melainkan justru menerjang untuk memberikan serangan mematikan kepada musuh yang akhirnya berhasil masuk.
Keunggulan utama pertahanan gua ini adalah ruang sempit, membuat kedua belah pihak tidak bisa mengerahkan terlalu banyak pasukan berkuda.
Pedang Penghakiman sengaja memilih topografi yang menguntungkan. Musuh baru mendapatkan pandangan setelah berbelok, sehingga baik penguncian target maupun pembacaan bilah skill tidak memiliki waktu persiapan, sementara Pedang Penghakiman sudah dalam kondisi siaga penuh.
Para pemain yang menerobos ini akhirnya dibantai. Sebuah serangan yang awalnya dianggap membawa harapan, gagal di tengah jalan dengan memilukan.
“Sudahlah, kita harus mundur. Topografi di sini benar-benar menjebak. Kualitas anggota kita tidak sebanding dengan serikat klub, ini hanya akan menambah korban jiwa sia-sia. Uang yang Kamu berikan bahkan tidak cukup untuk subsidi korban kita.” Pemimpin tim mengirimkan informasi ke Jinse Wushang.
Jinse Wushang tentu saja marah. Melihat berbagai serikat besar dengan cabang tersembunyi, kontrol yang lemah sampai level seperti ini mungkin benar-benar tak ada duanya.
Aliran dana besar memang membuat petinggi klub mereka mendapat untung berlimpah, namun ini juga membawa konsekuensi serius: kekuasaan menjadi tercerai-berai. Sebagai pemimpin serikat, dia harus berkoordinasi dengan dewan direksi bahkan hanya untuk memerintah cabang rahasianya.
Otoritas mulai diragukan, bawahan pun mulai menunjukkan keraguan dalam hati mereka sendiri.
Jika dulu, perintah adalah perintah. Meski harus bertarung habis-habisan, pasti akan dilaksanakan. Apakah subsidi korban akan dijebak oleh markas besar? Ini hanya kekhawatiran akan kerusakan kekuatan mereka sendiri, sehingga kehilangan status di dewan direksi nantinya.
Jinse Wushang tak punya pilihan lain, terpaksa mengerahkan tim elit guild dengan gigih.
Klub-klub lain yang melihat situasi ini langsung membatalkan niat mengirim perwakilan untuk uji coba. Unta yang kurus masih lebih besar dari kuda, mengirim siapa pun untuk uji coba tak akan sebanding dengan guild klub seperti Bangsawan Jiangnan.
Saat ini Lu Li belum tahu bahwa musuh kuat telah datang, dia sedang memimpin tim elit guild memasuki Menara Penyihir.
Setelah masuk Menara Penyihir, monster yang ada bukan lagi ular berbisa dari Lembah Ular, melainkan mulai berubah menjadi monster hantu. Mereka semua adalah korban eksperimen sihir penyihir jahat Azshir.
Lu Li tidak menyuruh orang membersihkan hantu satu per satu - hantu jauh lebih berbahaya daripada ular berbisa. Mereka hampir kebal terhadap serangan fisik, efek serangan sihir juga tidak optimal. Dia memilih mengeluarkan Jimat Azshir yang tidak perlu diaktifkan, cukup dibawa saja sudah bisa melukai dan menggentarkan hantu.
Utamanya efek menggentarkan, setiap hantu yang terkena kilatan jimat langsung melarikan diri seperti tersengat listrik, beberapa yang tidak punya tempat lari merapatkan diri di sudut ruangan sambil gemetar.
"Pencuri kotor, kau mencuri cucu kesayanganku, cucu kesayanganku, Yang Mulia Raja Iblis Lasthrek, ampunilah hambamu ini yang gagal menjaga hadiah yang Tuan berikan." Terdengar teriakan melengking dari puncak menara penyihir, Mage Agung Azshir jelas telah mengetahui siapa yang mencuri jimatnya.
Tanpa arwah takluk menghalangi jalan, Lu Li dengan kelancaran membawa pasukannya memasuki menara penyihir.
Pemain Pedang Penghakiman di luar juga ikut menyusup masuk ke menara penyihir, sementara hantu-hantu yang kembali ke keadaan normal setelah kepergian Lu Li kembali ke posisi semula, mereka akan membantu Pedang Penghakiman menghadang musuh yang akan datang.
Tiba di laboratorium, Lu Li akhirnya bertemu dengan Mage Agung berjubah putih namun bermuka mengerikan ini.
Konon sebelum menjadi penyihir iblis, Azshir pernah menjadi anggota Dalaran. Di kerajaan sihir itu ia tekun mempelajari selama bertahun-tahun, sayangnya bakat terbatas membuatnya hanya menjadi figuran di negeri sihir yang dipenuhi jenius.
Andai tidak ada insiden tak terduga yang menimpa gurunya, mungkin ia akan melewati hidupnya dengan damai di Dalaran.
Gurunya - buku yang dibaca Lu Li tidak menyebutkan namanya, intinya seorang penyihir tua yang kondisinya mirip Azshir, termasuk dalam golongan Lapisan Terbawah.
Penyihir tua ini meski berusia lanjut tetap ambisius. Untuk mengejar kekuatan yang lebih dahsyat, ia mulai mempelajari sihir terlarang.
Sihir tabu yang disebutkan ini, secara alami termasuk dalam cakupan yang tidak boleh dipelajari asal-asalan oleh orang. Belajar dari pengalaman Azshara sebelumnya, Ibu Kota Sihir sangat membenci hal ini. Maka mereka mengikat penyihir tua di pilar tembaga dan membakarnya hidup-hidup.
Menurut prinsip, contoh di sisinya seperti ini seharusnya bisa membuat terpana penyihir lain sehingga tidak berani mengulangi kesalahan.
Namun nama "sihir tabu" justru membuka dunia baru bagi Azshir. Saat membereskan peninggalan gurunya, dia menemukan catatan penyihir yang berisi capaian penelitian seumur hidup penyihir tua itu.
Azshir meninggalkan Ibu Kota Sihir, memulai perjalanan hidup sebagai Liulangren.
