Alat semacam ini, bagaimanapun luar biasanya, tetap terbatas.
Racun balas dendam mana mungkin bisa membunuh BOSS seketika? Bregref bisa membantai banyak musuh hanya dengan satu serangan, apalagi dia berada di tengah PERTAHANAN puluhan penjaga.
“Kudengar ada skill bernama Doa Dewi Bulan…” Lu Li mencoba bertanya dengan hati-hati.
“Kamu... Bagaimana kamu tahu tentang Doa Dewi Bulan? Jangan-jangan Mentor Garona yang memberitahumu?” Shandris sama sekali tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia harus mengenali kembali Lu Li, petualang lemah yang sebelumnya diremehkannya.
“Konon, Sir Lothar dan kawan-kawan pernah mendapatkan restu dari Doa Dewi Bulan. Lalu mereka menyerang mendadak Alazan, dengan berkah Dewi Bulan berhasil membunuh Mage Agung Medivh. Apa yang kukatakan ini benar?” tanya Lu Li.
“Darimana kamu tahu? Hanya segelintir orang yang mengetahui hal ini!” Mata Shandris terbelalak tak percaya.
Sikap misterius yang dipaksakan ini benar-benar puncak kesombongan. Dengan memanfaatkan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya untuk menipu NPC, tak peduli seberapa kuatnya sang karakter non-player itu, akhirnya tetap saja terpukau dan dibuat limbung.
"Saya pernah beruntung bertemu Mage Agung Medivh, betapa bijaksananya seorang itu. Saya benar-benar tak bisa membayangkan dia pernah mengkhianati Azeroth, pernah dibunuh oleh beberapa manusia biasa." Meski mengaku tak percaya, nada bicara Lu Li tak bisa menyembunyikan kepercayaan diri yang kuat, seolah dia menyaksikan langsung.
"Yang Mulia Penjaga." Shandris bersikap khidmat.
Kala itu, di bawah pengaruh Sargeras, Medivh mulai mempelajari berbagai sihir jahat dan Sihir Jammal'an secara rahasia. Di bawah tanah Karazhan, dia membangun menara bawah tanah yang sama persis sebagai tempat ritual kegelapannya.
Dalam perjalanan spiritual yang panjang, Medivh berhasil menghubungi Gul'dan - penyihir gelap orc dari ujung dunia yang sangat haus akan energi kuat. Sargeras Sang Titan Kegelapan kemudian melalui Medivh, memberitahu Gul'dan tentang keberadaan liang kuburnya. Penyihir orc serakah Gul'dan demi mendapatkan "energi ultimate" Sargeras, menyetujui untuk segera menggerakkan suku orc menginvasi Azeroth.
Tak lama kemudian, Medivh bekerja sama dengan Dewan Bayangan Gul'dan membuka Gerbang Kegelapan yang menghubungkan dua dunia, memungkinkan pasukan Horde masuk besar-besaran ke Azeroth.
Bisa dikatakan sepenuhnya, Medivh adalah dalang sebenarnya di balik perang tersebut.
Namun, jiwa Medivh yang dibebaskan berkeliaran di dimensi astral selama bertahun-tahun. Ibunya Aegwynn menggunakan sisa MP terakhirnya yang seharusnya untuk menjaga muda, meregenerasi anaknya.
Dua dekade kemudian, seorang nabi misterius yang menyamar sebagai burung gagak darah muncul di benua Lordaeron. Dia memberitahu Thrall si Orc dan Raja Terenas dari Lordaeron tentang ramalan invasi ketiga kalinya Burning Legion.
Saat suku Orc berangkat menuju Kalimdor, yang terakhir—Raja Terenas dari Lordaeron—jelas tidak tertarik dengan kata-katanya.
Wabah mengerikan yang tiba-tiba dengan cepat menyapu kota-kota utara Lordaeron. Pangeran Arthas bahkan membantai penduduk Stratholme untuk menghentikan penyebaran wabah: kota itu dipenuhi tulang putih dan menjadi puing.
Sang Nabi Agung yang mistis muncul kembali. Namun kali ini Pangeran Arthas sama sekali tidak mau mendengarkan nasihatnya—mata pangeran muda yang dipenuhi kobaran api balas dendam ini telah dikaburkan oleh amarah.
Tak lama kemudian, Raja Terenas dibunuh oleh putranya sendiri. Kerajaan Lordaeron runtuh sementara wabah mengerikan terus menyebar.
Hanya segelintir manusia yang mengikuti penyihir wanita Jaina Proudmoore. Di bawah bimbingan Medivh, mereka menyeberangi samudera ke Kalimdor sebagai penyintas bencana Lordaeron. Bersama Suku Orc yang tiba lebih dulu di benua Kalimdor, mereka membentuk aliansi perang dan akhirnya bersama night elf berhasil mengalahkan invasi Burning Legion.
Saat Akumonde hampir mencapai Pohon Dunia, Malfurion meniup Tanduk Cenarius. Ribuan elf kecil meledakkan diri menyebabkan luka parah pada Akumonde, kemudian memanfaatkan kekuatan Pohon Dunia untuk meledakkannya hingga tewas.
Setelah pertempuran ini, Nordrassil kehilangan keabadiannya. Night elf tak lagi hidup kekal, sementara Nordrassil berubah menjadi pohon raksasa yang relatif biasa.
Pada titik ini, Medivh sebagai Sang Nabi Agung telah menyelesaikan misinya, menyerahkan tanggung jawab mempertahankan alam semesta ini kepada setiap rakyat Azeroth. Saat Ragnarok mencapai akhir, penyihir tua yang bijaksana dan penuh liku-liku kehidupan ini telah membersihkan aibnya yang pernah dikendalikan iblis.
Night elf selalu memendam rasa hormat yang mendalam terhadap Medivh.
Sisi gelap penyihir manusia ini hampir membinasakan seluruh benua, sementara sisi welas asihnya juga menyelamatkan daratan ini dan Nordrassil.
"Sayangnya aku bukan seorang penyihir, kalau tidak pasti akan mengikutinya mencari rahasia mantra." Ujar Lu Li sementara tubuhnya berkeping-keping hancur, berubah menjadi burung gagak berwarna darah dalam cahaya fajar senja di Bukit Hillsbrad.
"Hah..." Sylvanas sudah tidak tahu harus berkata apa lagi.
Secara logika, BUFF Doa Dewi Bulan tentu tidak bisa diberikan asal-asalan. Sejak mempelajarinya, Shandris hanya pernah memberikannya pada segelintir orang, apalagi kepada petualang - itu mustahil.
Dalam kondisi normal, efek status penguatan tidak ditentukan oleh Penyihir, melainkan oleh target sihir.
Contohnya, jika Pastor level enam puluh memberi status pada pemain level dua puluh, status itu tidak akan menggunakan kekuatan Pastor level 60 sebagai standar penilaian. Bagi pemain level 20, status ini tidak jauh lebih baik dari yang diberikan Pastor setingkat.
Doa Dewi Bulan berbeda. Status ini tidak terkait level.
Akun baru level satu yang mendapat status ini bisa dengan mudah membunuh Lu Li dan Xiao Mo secara kejam. Kekuatan ini konon berasal langsung dari Dewi Bulan, mampu meningkatkan kekuatan menyeluruh target sihir ke tingkat yang mengerikan dalam waktu singkat.
Inilah yang diincar Lu Li. Dalam situasi Shandris tidak bisa bertindak, memintanya memberikan Doa Dewi Bulan pada diri sendiri jelas merupakan metode paling tepat.
Untuk meningkatkan persuasi, Lu Li sengaja memperlihatkan sesuatu yang mirip lambang di bahu kirinya—Restu Imam Perempuan Bulan, dan itu level tertinggi, yang jelas lebih meyakinkan Shandris dibanding burung gagak berwarna darah.
"Baik, aku akan memberikan Doa Bulan kepada kalian berdua. Selain itu, aku akan menyuruh Sentinel menggempur pasukan sekuat ini Horde sebanyak mungkin untuk menyebabkan kerusakan pada Baine Bloodhoof. Secara pribadi, aku tidak mungkin ikut bertempur." Shandris memberikan konsesi terakhir.
Seberapa pun Medivh dihormatinya, tetap saja dia orang luar. Namun Restu Imam Perempuan Bulan pada tubuh Lu Li membuktikannya sebagai orang dalam, ditambah dengan permintaan Garona, akhirnya tersedia dua slot Doa Bulan.
Adapun konsekuensi yang timbul setelahnya, pasti ada yang akan muncul untuk mereda.
Perlawanan bersama terhadap invasi Burning Legion sudah tak terelakkan, mustahil terpengaruh sedikitpun oleh seorang algojo tua. Menurut laporan intelijen, Bayard juga tidak disukai di pihak Horde. Banyak yang berharap anggota gila ini akhirnya menemui ajalnya.
Dua slot, bukan dua kelompok 100 orang. Tidak mungkin tidak kecewa, itu pasti bohong.
Hanya bisa melangkah selangkah demi selangkah. Dengan tambahan efek Doa Dewi Bulan, senjata yang sudah diolesi racun balas dendam, Lu Li mulai mengerahkan sebanyak mungkin karakter jarak jauh untuk bertempur, idealnya para Mage yang memiliki skill Penghalang Es.
