Undian final diambil oleh Lu Li. Liga kali ini diselenggarakan dengan cukup megah.
Dulu setiap klub besar asal kirim perwakilan saja untuk mengocok tong undian. Jika yang keluar adalah kandang sendiri, ya main di rumah. Kalau bukan, berarti kandang lawan. Sebenarnya tidak ada yang terlalu mempermasalahkan karena setiap tim punya satu kandang sendiri dan satu tandang, hanya urutannya berbeda.
Kali ini ternyata bahkan mengundang media sebagai penonton. Sebagai tokoh ikonik Pedang Penghakiman, Lu Li secara alami harus berdiri di atas panggung bersama Xiao Mo untuk dilihat orang.
Tiga hari kemudian, Ibu Kota Kejayaan bertanding melawan Pedang Penghakiman di kandang sendiri!
Kecewa karena gagal mendapatkan kandang sendiri di undian pertama, Lu Li merasa kondisi mental akan lebih baik jika bermain di rumah. Memimpin skor di konser pertama akan mengurangi tekanan di pertandingan kedua.
Saat diwawancarai media, Lu Li sama sekali tidak menunjukkan kecemasan. Dengan tenang dia menyatakan Pedang Penghakiman tidak takut menghadapi tantangan seperti ini, dan telah menyiapkan persiapan lengkap untuk pertempuran pamungkas yang akan datang. Di bawah sorotan lampu kamera, dia berjabat tangan dengan Xiao Mo saling tersenyum penuh ketenangan.
Setelah kembali, melanjutkan leveling bersama Elf Air.
Elf Air bertugas mengumpulkan monster, beberapa Penyihir melakukan serangan grup, sementara Lu Li duduk sambil mempelajari data ilmu Racun.
Kehidupan seperti ini merupakan ketenangan sementara sebelum perang besar. Meski Lu Li tahu ini tidak akan bertahan lama, dan sebenarnya selain mendapatkan sedikit pengalaman, tidak ada keuntungan tambahan lainnya.
Di "Fajar", selama selisih level pertempuran tidak mencapai tiga tingkat, kesenjangan tidak akan terlihat. Jika tidak pernah ikut pertempuran, penguasaan skill tidak bisa meningkat. Skill point selalu dalam kondisi kurang. Lagipula, semakin sering berlatih semakin terampil - kemampuan tempur diasah melalui pertempuran.
Kali ini penerbangan ke Ibu Kota tidak membawa Lu Xin.
Sejak 200-300 tahun lalu, polusi kabut asap di Ibu Kota sudah parah. Sekarang tidak membaik, malah semakin parah.
Sebelum keberangkatan, Genhao San mengingatkan Lu Li: "Jangan keluar hotel kalau tidak perlu". Setelah berkomunikasi dengan pihak Glory Capital, mereka memesan hotel bintang lima dengan sistem pemurnian udara. Selama tidak keluar, aman. Lagipula, dengan populasi sebanyak ini di Ibu Kota, tidak ada yang mati keracunan kabut asap.
Tapi Lu Xin sama sekali tidak dibawa.
Konstitusi fisiknya lemah, apalagi tumbuh besar di Jiangnan. Bagaimana mungkin Lu Li tega membiarkannya menderita akibat kabut asap Ibu Kota.
Yang datang menjemput di bandara dari Ibu Kota Kejayaan adalah Xishan Bai. Xiao Mo sendiri tidak datang langsung. Penjelasan yang diberikan kepada Lu Li dan kawan-kawan adalah kondisi fisik Xiao Mo belakangan ini tidak baik. Tentu saja Lu Li tidak marah. Kondisi kesehatan yang buruk adalah hal yang wajar. Banyak atlet esports kurang berlatih, mustahil fisik mereka baik-baik saja. Adapun iklan promosi produsen kapsul game, mereka yang mempercayainya sudah berbaring di dalam peti mati.
Wawancara media kali ini jelas lebih bersemangat dibanding sebelumnya.
Beberapa pertanyaan awal masih terkesan normal, tapi konten selanjutnya semakin tidak pantas didengar.
"Xiao Mo tidak muncul hari ini, apakah Lu Li merasa tidak dihargai?"
"Tidak!"
"Sekarang ini bisa bersaing merebut gelar juara dengan Ibu Kota Kejayaan, bagaimana perasaan Lu Li saat ini?"
"Saya sangat bersemangat dan bersyukur. Sebenarnya beberapa hari lalu saat pengundian, teman-teman wartawan sudah menanyakan hal ini. Saya telah memberikan jawaban yang sesuai dengan isi hati. Teman reporter bisa mencari rekaman terkait."
"Menghadapi Ibu Kota Kejayaan yang didukung jutaan penggemar, seberapa besar kendali yang dimiliki Lu Li?"
“Dalam hal jumlah penggemar, kami mengakui kekalahan...”
“Artinya, Lu Li hanya mengakui jumlah penggemar Ibu Kota Kejayaan, sementara dalam hal kekuatan sebenarnya Pedang Penghakiman bisa menghancurkan mereka dengan mudah, benar?”
“Itu semua omonganmu, aku tidak mengatakan apa-apa.”
“Sebagai klub yang baru didirikan satu tahun sudah ikut liga dan meraih nilai bagus, menurut Anda faktor apa yang mendorong kesuksesan ini? Apakah ada unsur berpikir untung-untungan?”
“Sukses tidak ada untung-untungannya.”
“Jika Pedang Penghakiman memenangkan gelar juara, akan menjadi klub keenam dalam sejarah liga yang mencapai pencapaian seperti ini. Saat itu nilai pasar Pedang Penghakiman akan mencapai ketinggian baru. Apakah ada rencana untuk go public?”
“Sementara belum ada, mungkin juga tidak akan pertimbangkan untuk go public di masa depan.”
Lu Li yang terutama menjawab berbagai pertanyaan baik yang tajam maupun santai ini. Gaya khas Lu Li adalah berbicara apa adanya, tapi meski ucapannya terdengar kasar, tidak ada yang bisa menarik kesalahan nyata—inilah batasan yang dijaganya.
Meski tidak mendapatkan pernyataan sensasional yang diharapkan, sikap Lu Li yang menjawab pertanyaan satu per satu secara detail tetap membuat para wartawan merasa cukup puas.
Setelah Lu Li selesai menjawab, tiba waktunya sesi tanya jawab bebas.
Kali ini pertanyaan lebih tersebar, beberapa anggota tim mendapat banyak interogasi - Hujan Maret menerima jumlah pertanyaan terbanyak, namun jawabannya cenderung singkat dengan respons seperti "ya" atau "bukan".
Saat ditanya harapan tentang kriteria pacar laki-laki ideal di masa depan, barulah ia menjawab dengan serius bahwa belum pernah memikirkannya.
Atlet lain juga berhati-hati, hanya mengungkap informasi yang diizinkan sambil menggunakan kalimat klise yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengalihkan pertanyaan sensitif. Selama tidak ada kesalahan fatal, dampaknya tidak signifikan - komunitas memang memiliki toleransi tinggi terhadap pemain baru.
"Aku ingin menantang Xiao Mo!"
Fat Monkey termasuk tipe orang yang tidak bisa mengendalikan mulutnya sendiri, ternyata hanya karena dipancing sedikit oleh wartawan langsung mengucapkan kata-kata menantang Xiao Mo di pertarungan arena, menyebabkan sensasi pertama dalam konferensi pers hari ini.
Melihat para wartawan yang hampir ingin menerjang ke depan, Lu Li menekan pelipisnya sambil merasa pusing.
Setelah kembali ke hotel langsung mulai beristirahat, sore hari sudah ada pertandingan, sama sekali tidak ada waktu untuk jalan-jalan. Selain itu kabut asap di luar hari ini memang cukup parah, tidak ada yang berminat keluar untuk menjadi arang aktif manusia. Konon di Ibu Kota jika terjadi masalah, hal pertama yang harus dilakukan bukanlah melapor ke polisi karena paman polisi tidak akan bisa menemukan lokasimu. Juga jangan meninggalkan kendaraan karena setelah berpaling kamu tidak akan bisa menemukannya lagi...
Tempat pertandingan sore hari berada di Gedung Olahraga Pekerja.
Gedung yang sudah berusia hampir 300 tahun ini mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan, saat ini kapasitasnya sekitar 50.000 orang. Tiket masuk yang dibuka kemarin habis terhabis dalam hitungan detik.
Kedua anggota tim memasuki arena untuk persiapan, semuanya berjalan lancar hingga tahap pertarungan arena.
Semangat Fat Monkey terus menurun, kini ia sadar betapa impulsifnya tantangannya terhadap Xiao Mo di pertarungan arena. Jika benar-benar menantang, diperlukan pertarungan adil. Jika Xiao Mo menerima, Fat Monkey harus tampil sebagai pembuka di pertarungan arena, demikian pula dirinya.
Namun sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya, yang seharusnya tampil sebagai pembuka adalah Moonlight.
"Biarkan Houzi yang duluan. Karena sudah terlanjur bicara, apapun hasilnya, ini akan menjadi tantangan terpenting dalam karier profesionalnya," ujar Moonlight.
Lu Li tetap diam-diam.
Sebenarnya ia juga sedang mempertimbangkan hubungan penting ini. Jika Fat Monkey yang naik, pasti akan kalah, hanya saja tidak tahu sampai tingkat apa kekalahannya.
Atlet esports seperti Fat Monkey, jika digunakan dengan baik, fungsi yang ditunjukkan tidak kalah dengan atlet esports kelas atas. Namun premisnya adalah harus bertemu dengan profesi dan atlet yang bisa dia tahan, yang mutlak tidak termasuk Xiao Mo.
