Namun terlepas dari banyaknya suara keraguan, Sistem tetap menampilkan hasil pertandingan secara bertahap.
6:10！
Pertarungan arena dimenangkan Ibu Kota Kejayaan 5:4 atas Pedang Penghakiman, namun pertandingan tim berakhir dengan skor 1:6 yang menjadi kejutan, bukankah skor akhirnya 6:10?
Skor seperti ini hampir menjamin hasil akhir. Berapa pun jumlah atlet esports tangguh Ibu Kota Kejayaan, berapa pun peralatan legenda yang mereka miliki, atau sekeras apa pun usaha mereka di pertandingan berikutnya, tetap sulit mengubah situasi kekalahan yang tak terelakkan.
Mari kita analisis kemungkinan skor yang akan muncul di pertandingan berikutnya.
Dalam pertandingan arena, Pedang Penghakiman memang kurang unggul, tapi kesenjangannya tidak besar. Ibu Kota Kejayaan bahkan jika bekerja mati-matian kemungkinan maksimal hanya bisa mencetak skor 5:3. Untuk pertandingan tim, ini adalah wilayah kekuasaan Pedang Penghakiman. Sekalipun Ibu Kota Kejayaan menggunakan semua taktik, bagaimana mungkin mereka bisa mencapai skor 6:3? Kecuali terjadi kejutan seperti hari ini.
Lu Li sebenarnya masih dalam keadaan kebingungan total.
Irama perkembangan peristiwa hari ini benar-benar lepas dari imajinasinya.
Mungkin Paviliun Hujan Ringan tidak dianggap ancaman serius bagi Ibu Kota Kejayaan. Mereka memiliki kendali cukup untuk mengalahkan lawan. Jadi dalam video yang ditonton Lu Li di kehidupan sebelumnya, Ibu Kota Kejayaan tidak menggunakan status Yeti.
Tapi Pedang Penghakiman berbeda. Dari klub generasi baru ini, Ibu Kota Kejayaan merasakan tekanan yang sangat besar.
Sebenarnya Pedang Penghakiman tidak terlalu kuat - minim uang, kurang sumber daya manusia, dan tidak menunjukkan potensi perkembangan. Hanya sebuah kelompok amatir, tapi mereka ahli dalam mengulang dungeon merebut Pembunuhan Pertama, bertanding dengan kejam mengalahkan tim-tim legendaris.
Mengulang dungeon dan merebut Pembunuhan Pertama adalah cara menampilkan kehadiran di seluruh saluran. Setelah frekuensinya meningkat, pemain biasa pun mulai mengingat nama Pedang Penghakiman. Lama-kelamaan, wajar saja jika Pedang Penghakiman disetarakan dengan klub-klub senior, bahkan di hati banyak orang merasa Pedang Penghakiman telah melampaui klub-klub kuno yang percuma ini.
Sedangkan soal mengalahkan klub senior dalam pertandingan.
Klub-klub legendaris ini mengingatnya dengan air mata. Mulai dari Piala Huaying dan Piala Magis di awal, hingga liga profesional yang lebih mendapat sorotan, mereka tak paham mengapa selalu harus berlutut saat berhadapan dengan Pedang Penghakiman.
Formasi pasukan Pedang Penghakiman benar-benar aneh.
Awalnya ada formasi segitiga besi Lu Li, Moonlight, dan Hujan Maret, ditambah Luo Ying Hui Yi si maniak haus darah. Apapun formasi atau taktik lawan, kami langsung mengaktifkan skill haus darah dan menghujani damage gila. Mengalahkan petarung senior dengan serangan acak seperti ini terbukti efektif, siapa lagi yang punya Shamans dengan skill haus darah selain kami?
Seiring waktu, pertahanan dan HP lawan meningkat dengan keringanan damage. Efek haus darah tak lagi unggul. Pedang Penghakiman lalu merekrut Fat Monkey dan Mao Mao Ai Chi Rou.
Jika Lu Li, Moonlight, dan Hujan Maret sudah mantap menjadi pemain bintang, maka Mao Mao Ai Chi Rou dan Fat Monkey benar-benar bakat anggota baru yang cemerlang. Entah dari mana klub ini menemukan mereka. Klub lain harus berlatih mati-matian 10 anggota baru untuk dapat 1-2 yang menonjol, tak seperti Pedang Penghakiman yang selalu kebetulan buta seperti kucing menemukan tikus mati.
Makanya, Ibu Kota Kejayaan baru mempersiapkan semangat dua belas kali lipat, khawatir akan dikalahkan secara ajaib oleh Pedang Penghakiman.
Ini juga alasan Xiao Mo memilih untuk memakan status transformasi - dia mencari kestabilan. Cukup dengan menyerap beberapa status, dia bisa menghancurkan Pedang Penghakiman sampai mereka berlutut tak bisa bangkit.
Rencananya sebenarnya bagus. Andai Lu Li tidak memancing gerombolan yeti, pertarungan resmi antar kedua tim pasti akan berakhir sepihak. Sayangnya rencana kalah dengan transformasi, serbuan yeti yang berduyun-duyun itu membuat semua senjata rahasia Ibu Kota Kejayaan tak bisa digunakan.
Xiao Mo: Teknik esport-ku luar biasa.
Lu Li: Tapi kalian kalah.
Xiao Mo: Kami semua memakai peralatan legenda, bahkan aku punya satu item legenda.
Lu Li: Tapi kalian kalah.
Xiao Mo: Kami menyusun berbagai taktik...
Lu Li: Tapi kalian tetap kalah.
Ini postulat tak tersolusi. Bagaimanapun juga, Ibu Kota Kejayaan kalah di pertandingan tim di kandang sendiri.
Hasil pertandingan telah keluar, baik yang kalah maupun yang menang harus muncul menghadap penonton. Yang di kursi penonton virtual tidak dihitung, puluhan ribu penonton di gedung realitas dan ratusan media tetap harus ditemui.
Sebagai pemenang, para atlet esports Pedang Penghakiman keluar bersama-sama, kegembiraan di seluruh venue mencapai gelombang diskusi tertinggi.
Bagaimanapun cara kami menang, yang penting kami memenangkan pertandingan. Lu Li dan kawan-kawan tidak mungkin menunjukkan wajah masam, ribuan penggemar Pedang Penghakiman juga tidak mungkin cemberut. Sekarang saatnya bersorak gembira, sehingga seluruh tempat pertemuan hampir terbalik oleh sorakan.
Sebagai tuan rumah, penggemar Ibu Kota Kejayaan tentu lebih banyak. Harus dikatakan delapan puluh persen adalah pendukung Ibu Kota Kejayaan.
Menurut konvensi turnamen sebelumnya, meski kalah harus tetap menjaga kewibawaan. Bertepuk tangan untuk Pedang Penghakiman saat ini adalah dukungan terbesar bagi Ibu Kota Kejayaan. Sayangnya mereka tak berdaya bertepuk tangan dan tak ingin melakukannya, sehingga suasana TKP menjadi sangat canggung.
Orang-orang dari Ibu Kota Kejayaan juga keluar.
Pengalaman berdiri di panggung sebagai pihak yang kalah sangat jarang, Ibu Kota Kejayaan sudah bertahun-tahun tidak mengalami kekalahan sebesar ini di liga.
Sebagai pecundang, meninggalkan panggung ini lebih cepat tentu lebih baik bagi mereka. Namun tindakan itu akan dianggap tidak bisa menerima kekalahan, mereka harus tetap berdiri sebentar bersama tim pemenang menerima sorotan lampu kamera.
"Tep tep tep." Xiao Mo ternyata memulai tepuk tangan.
Anggota timnya ragu sejenak, lalu ikut bertepuk tangan. Tepuk tangan yang tenggelam dalam gelombang suara ini seolah memiliki magis tak biasa, menular ke seluruh arena hingga bergemuruh tepuk tangan penuh semangat.
Mengikuti semangat "persahabatan di atas kompetisi", kedua tim wajib saling memberikan ucapan.
"Selamat, kemenangan kali ini sungguh gemilang." Xiao Mo menjabat tangan Lu Li dengan ekspresi tulus, menunjukkan kewibawaan pemimpin klub besar.
“Terkekeh, hanya berpikir untung-untungan.” Lu Li menjabat balik, senyumnya agak getir.
Berpikir untung-untungan? Memang agak spekulatif, tapi di telinga Xiao Mo terdengar seperti ejekan, meski ini bukan maksud Lu Li.
Suhu Huang melihat ekspresi Xiao Mo memucat, lalu menyampaikan basa-basi sebelum membawa atlet esports Ibu Kota Kejayaan menuju akhir tragis. Panggung ini milik pemenang, betapapun kewibawaan mereka, berdiri bersama sang juara tetap terasa menyedihkan.
Ini belum berakhir. Malam nanti kedua pihak masih harus bersama menghadiri konferensi pers.
Hasil pertandingan yang begitu mendadak membuat media di berbagai daerah memperkuat pasukan sekuat ini dengan kekuatan dinamis. Semula dikira perlu satu babak lagi untuk menentukan hasil, siapa sangka babak berikutnya mungkin hanya formalitas belaka.
Pihak game hingga kini belum memberikan penjelasan resmi. Namun berdasarkan kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, tanpa adanya indikasi kecurangan, selama hasil pertandingan sudah diputuskan, mustahil ada skenario mengulang dari awal. Artinya, gelar juara edisi kali ini praktis sudah menjadi milik Pedang Penghakiman.
Saat konferensi pers malam itu tiba, Lu Li tidak melihat kehadiran Xiao Mo di lokasi.
Setelah bertanya kepada staf, baru diketahui bahwa konferensi pers kali ini dipimpin oleh Suhu Huang. Xiao Mo sedang sibuk mengurus urusan internal serikat dan kemungkinan tidak bisa hadir.
Dalam hati Lu Li sedikit berat. Bukan karena kekhawatiran berlebihan pada Xiao Mo, tapi lebih karena pertimbangan: Jika pukulan yang diterima Xiao Mo terlalu berat, besar kemungkinan mereka akan menjadikan Pedang Penghakiman sebagai target utama. Situasi seperti itu tentu akan menyulitkan.
Saat ini, Ibu Kota Kejayaan bagai raksasa industri. Fokus mereka bukan hanya mencakup seluruh industri game, tapi bahkan merambah ke sektor-sektor turunan lainnya.
Energi Xiao Mo bahkan tidak sepenuhnya terfokus pada game "Fajar", apalagi pada Pedang Penghakiman. Perhatian Xiao Mo terhadap Pedang Penghakiman paling-paling hanya sebatas tingkat pengawasan. Setelah kejadian seperti ini, Ibu Kota Kejayaan tentu tidak rela menerima kekalahan, sehingga mereka harus merebut kembali medan gaya.
Para pelaku lainnya tidak memikirkan sampai ke tingkat sedalam ini, bahkan Baba Kucing si pemain senior pun sambil tersenyum lebar.
Dengan cepat mereka menempati posisi masing-masing. Konferensi pers pun dimulai. Di bawah panggung berjejal ratusan wartawan yang dikirim media dari berbagai daerah, beberapa bahkan baru saja tiba dari bandara.
"Suhu Huang, salam. Sangat disayangkan Ibu Kota Kejayaan kalah dalam pertandingan. Bisakah Bapak berbagi pandangan tentang pertandingan ini?" Pertanyaan pembuka biasanya ditujukan ke klub kandang, dan sebagian besar berupa pertanyaan terkait pandangan tentang hasil pertandingan, tidak ada yang baru.
"Kami berlatih sangat keras, performa juga cukup baik, memang sangat disayangkan." Suhu Huang yang juga pemain senior ini menjawab tanpa celah sama sekali.
“Bolehkah saya bertanya, apakah sebelum pertandingan, kalian pernah mempertimbangkan kemungkinan munculnya hasil seperti hari ini?” Ada yang akhirnya tidak tahan menusukkan pertanyaan. Para wartawan membutuhkan bahan sensasional, tidak mungkin hanya melakukan rutinitas yang hambar.
“Tidak, secara jujur, kami bahkan tidak pernah memikirkan kemungkinan kalah dalam pertandingan.” Suhu Huang menjawab dengan lapang dada.
“Kalau begitu, apakah saya bisa menyimpulkan bahwa Ibu Kota Kejayaan sangat tidak menerima hasil pertandingan ini?” Wartawan ini entah karena motif psikologi apa, pertanyaannya semakin tidak ramah. Mungkin dia membeli taruhan kemenangan Ibu Kota Kejayaan hingga kehilangan banyak uang.
Setiap pertandingan sebenarnya memiliki perjudian bawah tanah, terutama semakin mendekati akhir semakin besar. Meski masyarakat modern melarang judi, tetap sulit menghentikan berbagai bentuk perjudian yang merasuk ke segala celah.
Namun, atlet esports dilarang keras berpartisipasi dalam perjudian.
Pertama kali ketahuan berjudi: diskors satu tahun. Kedua kali ketahuan: langsung dicabut kelayakan sebagai atlet esports, kecuali membayar jaminan besar untuk membeli kembali identitas atlet. Ketiga kalinya ketahuan: maaf, apapun yang dilakukan, mustahil kembali ke panggung kompetisi.
"Kembali ke topik," Suhu Huang tidak berubah ekspresi saat menemukan pertanyaan yang seperti ini, menjawab dengan tenang: "Pertandingan ya pertandingan, tidak ada yang tidak terima."
Makna tersiratnya adalah mengakui kekalahan, namun tetap memberikan aura 'lihat saja nanti' yang cukup bagus sebagai cara menjawab. Jika dia mengatakan Ibu Kota Kejayaan tidak terima dengan hasil, media-media besar besok pasti akan ramai memberitakan tim yang tidak bisa menerima kekalahan.
"Semua orang menganggap Ibu Kota Kejayaan tidak kalah dalam hal kekuatan, bagaimana pendapat Suhu Huang?" Jelas ini dari media yang bersahabat dengan Ibu Kota Kejayaan.
Klub besar yang sudah berakar kuat seperti ini tentu tidak kekurangan teman di bidang media. Bisa dibilang setidaknya separuh dari ratusan media yang hadir di sini pernah menerima keuntungan dari Ibu Kota Kejayaan.
"Meski terdengar agak sok tahu setelah kejadian, tapi jika diulang lagi, setidaknya kita tidak akan kalah separah ini. Dari segi kekuatan, saya tidak melihat ada kelemahan di Ibu Kota Kejayaan. Kami mendominasi mutlak di pertandingan arena, sedangkan untuk pertandingan tim, kekalahan kami karena kurang memahami peta secara mendalam, bukan masalah kemampuan." Nada bicara Suhu Huang tegas.
"Tapi di arena, Anda kalah dari junior. Apakah ini menunjukkan kesenjangan kemampuan?" Seorang wartawan dengan nada tidak senang melancarkan serangan.
"Kalah dari junior bukan aib bagiku. Justru aku senang ada junior yang mengalahkanku, memberi titik sempurna untuk pertarungan terakhir dalam karierku. Bahkan aku berharap semakin banyak pemain baru di lingkar profesi yang bisa mengalahkan senior, karena ini menunjukkan industri game berkembang ke arah baik." Jawaban Suhu Huang sempurna tanpa cela.
"Bagaimana pendapat Anda tentang Lu Li?" Tanya wartawan.
"Menurutku dia atlet esports yang hebat." Suhu Huang menjawab tanpa ragu.
“Bagaimana jika dibandingkan dengan Xiao Mo?” Wartawan tentu tidak puas dengan deskripsi tingkat ini. Semua orang tahu Lu Li adalah atlet esports yang hebat.
“Mereka memiliki gaya khas yang berbeda, tidak perlu dibandingkan. Tapi keduanya sama-sama luar biasa.” Saat ini, Suhu Huang bagai grandmaster legendaris yang mengacungkan dua kapak besar untuk bertarung melawan Lu Li. Semua pertanyaan berhasil diblockir dengan sempurna di tangannya.
“Lalu bagaimana dengan Fat Monkey?” Dalam pertandingan hari ini, Fat Monkey sebenarnya yang paling menonjol. Meski kalah saat menantang Xiao Mo, ia dipuji habis-habisan oleh Sihai Youlong.
“Rekrutan baru yang sangat potensial, hanya kurang pelatihan sistematis.” Suhu Huang berhenti sejenak, “Jika dia mau bergabung dengan Ibu Kota Kejayaan, dibimbing langsung olehku dan Xiao Mo, di masa depan pasti bisa mencapai puncak karier profesional. Gelar Dewa Sihir mungkin hanya episode dalam perjalanan hidupnya.”
Haa!
Yang hadir hampir menyemprotkan racun, apakah ini irama perekrutan langsung di TKP oleh Suhu Huang?
Lu Li memandang dengan wajah masam ke arah orang tua ini, hampir tak tahan ingin melakukan PK manusia nyata. Sementara Fat Monkey tertawa sampai tak bisa menutup kaki - bukan karena senang dapat kesempatan ke Ibu Kota Kejayaan, tapi karena senior terhormat seperti Suhu Huang memberinya penilaian setinggi itu.
Anggota baru yang pernah diajak langsung oleh pelatih kamp pelatihan ini, di lingkar profesi saat ini tak sampai sepuluh orang.
