Pedang Penghakimen Meraih Kemenangan Besar!
Hal ini membuat banyak anggota Pedang Penghakiman yang awalnya berencana mencari cara untuk menenangkan tim mereka sendiri menjadi kaget.
Tapi mereka juga tidak perlu terjebak dalam kebimbangan. Setelah pesta pora semalaman, keesokan harinya mereka berhamburan menuju bandara. Ratusan orang bersorak gembira bak orang gila.
Apapun yang dikejar—uang maupun reputasi—dengan julukan anggota tim juara seperti ini semuanya akan lebih efektif. Meski Pedang Penghakiman akan menghadapi masa sulit setelah ini, bisa diprediksikan mereka akan memasuki periode berkembang pesat. Tim elit guild ini pasti memiliki masa depan yang cerah.
"Liat belum? Masih ingin pergi sekarang?" Seorang anggota tim elit guild yang mengikat rambutnya ke belakang menyenggol teman di sisinya. Teman yang bergabung ke tim elit Pedang Penghakiman bersamanya ini baru-baru ini mendapat ajakan dari serikat klub lain dengan lebih baik dan lebih menjaga muka.
"Sial, cuma bangsat yang mau pergi!" Teman ini dengan berlebihan mengusap mulutnya dengan lengan baju, lalu berkata dengan garang: "Siapa yang berani mengusirku, aku akan bertarung mati-matian!"
“Duh, jujur saja, aku sebenarnya juga sempat ragu. Tapi sekarang sudah tidak perlu ragu lagi.” Pria berponi ekor kuda itu dengan gaya sastrawi merapikan rambutnya: "Hidup penuh dengan kepedihan, tapi tidak masalah jika kita sedikit semena-mena demi impian. Pedang Penghakiman akan menjadi saksi kebangkitanku."
“Entah sampai sejauh mana klub kita ini bisa bertahan. Kalau nanti aku sudah tua dan klub masih berdiri, aku mau jadi penjaga gerbang. Impian masa kecilku memang jadi penjaga gerbang, tidak perlu ngapa-ngapain, enak sekali...”
“Bukannya waktu itu kamu bilang impian masa kecilmu adalah tidur dengan Kakak Zixia?”
“Pergi sejauh mungkin!”
Bandara riuh seperti pasar, semua orang bersemangat luar biasa.
Ratusan anggota tim elit guild ini nyatanya tak mencolok, yang benar-benar membludak jumlahnya adalah para penggemar.
“Fans” merupakan transliterasi dari kata bahasa Inggris "Fans", juga bisa merujuk pada kelompok penggemar tertentu dalam hal mengejar selebritas. Sebenarnya fenomena ini sudah ada sejak zaman kuno. Penggemar di masa kuno pun tak kalah fanatik. Dinasti Tang adalah puncak perkembangan puisi, sehingga bermunculanlah "penggemar puisi" dalam jumlah tak terhitung. Seberapa gilakah penggemar puisi ini? Mereka memiliki aksi yang mengerikan: menusukkan puisi favorit mereka di raga sebagai ekspresi kekaguman pada idola.
Sejak itu, ada penggemar puisi, penggemar lukisan, penggemar nyanyian, penggemar selebritas, hingga sejarah penggemar atlet esports game yang juga panjang. Namun pengaruh besar yang sebenarnya terbentuk baru dimulai dari era VR.
Pedang Penghakiman belum lama berkembang, tetapi sudah berhasil mengkristalkan sejumlah besar penggemar fanatik. Meski banyak di antaranya hanya menggemari satu atlet tertentu di klub - tidak bisa disangkal, dasar yang buruk membuat kami harus perlahan membangun rasa memiliki penggemar terhadap Pedang Penghakiman.
Namun, pengalaman seperti ini sampai di sini saja.
Di bawah aura tim juara, nama Pedang Penghakiman untuk pertama kalinya mengungguli Lu Li, Hujan Maret, Moonlight, Fat Monkey, dan lainnya.
Spanduk yang dibentangkan penggemar hari ini juga cukup unik. Yang bertuliskan "Hidup Pedang Penghakiman" jelas merupakan barang lama, sedangkan spanduk "Hidup Sang Juara" sebagian besar dibuat dadakan, terlihat jelas jejak pekerjaan terburu-buru semalaman.
Di bandara juga ada orang-orang tak tahu menahu yang sekadar ikut nimbrung.
Mereka mengira ada selebritas besar yang datang ke Kota Jiangnan, tapi setelah memandang sekeliling hanya menemukan spanduk-spanduk tanpa alasan, teriakan para penggemar pun terdengar sama sekali tidak masuk akal.
Lu Li dan sejenisnya mungkin masih bisa dimaklumi, tapi Fat Monkey itu siapa sih? Apakah remaja-remaja ini suka monyet, apalagi monyet gemuk? Para orangtua yang membawa anak-anak - baik mereka bermain game atau tidak - setidaknya memperhatikan, sehingga cepat membuat para orang tua yang tidak bermain game akhirnya mengerti apa itu Pedang Penghakiman.
Cuma main game saja, perlu heboh seperti ini?
Cuma menang satu pertandingan, dulu waktu aku mewakili kota menang sepak bola pun tidak segini noraknya.
Saat sekelompok penari barongsai muncul di luar bandara - bahkan dengan bendera dinas pemerintah kota - barulah orang-orang yang meremehkan ini tersadar betapa dihormatinya Pedang Penghakiman.
Biasanya, kalau ada acara penting, kehadiran wakil walikota saja sudah dianggap istimewa. Itupun hanya sekilas muncul untuk difoto wartawan dan media. Tapi lihatlah pasukan sekuat ini dari dinas kota hari ini - bahkan beberapa yang sering muncul di TV semuanya hadir.
Ini sebenarnya bukan hal istimewa, rombongan seperti ini sering muncul saat inspeksi dari atas turun ke bawah.
Yang penting, baik para penggemar maupun pejabat kota, mereka semua sudah datang lebih awal ke sini menunggu – bisa membuat pihak resmi datang ke bandara lebih awal untuk menunggu pesawat...
Lu Li juga tidak menyangka akan ada begitu banyak orang menyambutnya, apalagi pertunjukan barongsai yang kikuk itu membuatnya hampir malu. Tapi ini semua adalah urusan utang budi, setelah bertahun-tahun bergaul di lapisan bawah, dia tentu tahu orang seperti apa yang tak boleh dibikin tersinggung. Maka dengan sigap dia menunjukkan ekspresi haru yang berlebihan saat berinteraksi dengan pihak kota.
Orang yang memimpin rombongan ini belum pernah dia temui secara langsung, namun dalam beberapa tahun terakhir bayangan pria ini selalu menghiasi layar stasiun TV Jiangnan setiap hari.
"Sudah bekerja keras, sudah bekerja keras." Di usia 30-40 tahun sudah menduduki posisi ini, Tuan Lei memang terbiasa bangun pagi, tapi belum pernah sebegini awal datang ke bandara hanya untuk menunggu sekelompok remaja kekanak-kanakan yang main game.
Lu Li hampir spontan menjawab dengan slogan "Melayani rakyat!", untung langsung mengerem.
"Semua berkat usaha para anggota tim, baru bisa menang dengan berpikir untung-untungan. Lagipula masih ada satu pertandingan lagi, sekarang membahas kemenangan/kekalahan masih terlalu dini."
"Xiao Lu belum tahu?" kata sang sekretaris yang sudah lama bekerja sama dengan Pedang Penghakiman sambil menyesuaikan kacamata emasnya dengan ekspresi terkejut: "Ibu Kota Kejayaan sudah mengumumkan menyerah pagi ini. Asalkan Asosiasi Profesi menyelesaikan prosedurnya, gelar juara pasti jadi milik kalian."
Aku benar-benar menaklukkan seluruh kebun binatang! Lu Li langsung kebingungan total.
Sebenarnya persoalannya tidak rumit. Kemarin di konferensi pers, Lu Li dan timnya mengumumkan akan tetap memilih tundra sebagai peta kandang sendiri Kota Jiangnan. Tujuannya untuk strategi frontal, agar orang tidak lagi menganggap kemenangan mereka sebagai "keberuntungan". Dengan terus menggunakan tundra, selama tidak kalah terlalu parah pasti lebih baik dari sekarang. Sekuat apa pun Ibu Kota Kejayaan, mustahil bisa menang 6-1.
Tapi begitu Pedang Penghakiman mengalahkan Ibu Kota Kejayaan untuk kedua kalinya di peta tundra ini, gelar juara mereka tak akan ada yang berani komentar lagi.
Ini bukan hal yang mustahil, Ibu Kota Kejayaan sudah mengalami kekalahan telak, apa lagi semangat yang bisa dikeluarkan untuk bertarung? Adapun pepatah "pasukan tertekan pasti menang", itu karena mereka masih belum putus asa. Setidaknya dalam liga edisi kali ini, Ibu Kota Kejayaan sudah tidak memiliki harapan untuk menang.
Namun Ibu Kota Kejayaan tidak berniat membiarkan Pedang Penghakiman berhasil.
Pagi ini, tepat saat Lu Li dan timnya baru saja naik pesawat, juru bicara mereka mengumumkan pertandingan di kandang lawan tidak perlu dilanjutkan.
Tidak bermoral!
Lu Li merasakan ketidakberdayaan yang mendalam. Sebuah klub kelas raksasa, ternyata sama sekali tidak memiliki niat untuk memberi jalan kepada serikat sendiri, sungguh kekikiran.
