Leveling adalah hal yang sangat membosankan, tapi jika tidak sendirian, ceritanya berbeda.
Bagaimanapun Lu Li merasa tidak lelah saat leveling. Setiap kali seseorang menemukan area leveling bagus, arloji saku bisa memanggil orang lain ke sisinya. Tiga kesempatan sehari sudah cukup.
Keuntungannya banyak. Secara muluk, dua pemakai arloji dalam radius lima yard bisa mempercepat pemulihan kelelahan.
Secara tidak muluk, kerja tim pria-wanita tidak melelahkan, apalagi jika ada sedikit rasa suka. Sambil berburu monster mereka bisa ngobrol hal menarik. Lu Li baru mulai memahami perjalanan tumbuh kembang Elf Air dan kejadian di dunia nyata selama ini.
Baru kemudian dia terkejut mengetahui: Elf Air ternyata benar-benar berada di Kota Jiangnan!
Saat itu, Lu Li benar-benar dalam keadaan kebingungan total. Dia bertanya berulang kali sampai yakin bahwa telinganya tidak bermasalah. Sebelumnya ada gosip yang mengatakan bahwa Elf Air muncul di Jiangnan, kabarnya kabur bersama Lu Li.
Tentu saja Lu Li menertawakannya. Jika kabur bersama itu benar, kenapa dia sebagai pihak terkait justru tidak tahu?
Tak disangka mata semua orang begitu tajam. Kabur bersama itu jelas palsu, tapi Elf Air memang berada di Jiangnan, bahkan di area kompleks perumahan yang sama dengan rumah Lu Li.
"Apa yang kau lihat? Rumah kakekku memang di kompleks ini. Saat kecil aku sering tinggal di sini." Elf Air terlihat agak malu dan kesal.
Dia khawatir Lu Li menganggapnya perempuan yang asal, atau dalam kontak yang selama ini mereka jaga dengan hati-hati ini, dia malah membuka senjata rahasianya lebih dulu. Makanya dia buru-buru menjelaskan.
Sebenarnya kekhawatirannya sia-sia. Dengan pemahaman Lu Li tentang Elf Air, mustahil baginya percaya bahwa Elf Air sengaja datang mencari dia.
Gadis ini terlalu sombong, sombong sampai tidak pernah tahu cara merendahkan diri. Untuk mendapatkan perlakuan berbeda darinya, harus memberikan perasaan setara terlebih dahulu.
“Semoga ada kesempatan untuk berkunjung.” Lu Li berkata.
“Baiklah, nanti aku akan coba tanyakan.” Elf Air jelas-jelas lega. Kakeknya memintanya membawa Lu Li untuk diperlihatkan, tapi Elf Air bingung cara mengatakannya. Kini sejak Lu Li yang mengajukan duluan, langsung memanfaatkan situasi.
“Mungkin perlu menunggu beberapa hari. Dua hari ini kami ada pemilihan pendatang baru di akademi pelatihan.” Lu Li terlihat agak keberatan.
Meski menemui kakeknya tidak memakan waktu lama, Lu Li berharap datang bukan dengan beban pikiran. Bagaimanapun ini pertemuan dengan orangtua Elf Air, apalagi orang tua yang sudah sangat lanjut usia.
“Perlu bantuan?” tanya Elf Air.
“Sementara tidak dibutuhkan, kalau perlu akan cari Kamu.” Lu Li berpikir sejenak akhirnya menolak usulan menggoda ini. Ke mana pun mereka pergi bersama Elf Air pasti jadi fokus, apalagi kalau muncul bersama di acara seleksi anggota baru, pasti akan semakin banyak analisis dan tafsiran dari orang.
Akademi pelatihan pemula Pedang Penghakiman sebenarnya sudah lama disiapkan.
Sejak merekrut Baba Kucing ke klub, Lu Li berkali-kali meminta nasihatnya dalam hal ini. Promosi juga dilakukan dengan kekuatan dinamis besar, hampir seluruh lingkaran game tahu Pedang Penghakiman akan mengadakan seleksi bakat cadangan.
Ketika dana besar mulai terkumpul, semuanya mengalir lancar seperti air.
Awalnya peserta diminta mengisi surat minat secara online, mengumpulkan data informasi pendaftar, lalu melakukan seleksi data ini untuk mengeluarkan orang yang jelas-jelas cuma nimbrung.
Setelah daftar ini selesai, dilakukan seleksi awal yang dibagi menjadi ujian tertulis dan wawancara, terutama untuk menilai kualitas dasar kandidat.
Kemudian wawancara dengan wali, memahami pandangan wali terhadap calon peserta yang ingin menjadikan game sebagai profesi. Hal ini sangat penting, Lu Li tidak ingin terjadi sengketa di kemudian hari. Menurut hukum yang berlaku, jika Pedang Penghakiman menandatangani kontrak dengan peserta tanpa izin wali, kontrak tersebut dapat dibatalkan kapan saja, dan Pedang Penghakiman harus menanggung denda sosial yang besar.
Nantinya setelah mengeluarkan banyak sumber daya untuk pelatihan, hasilnya malah bukan milik sendiri...
Tahap terakhir adalah fase ujian sesungguhnya. Saat ini Lu Li perlu terlibat dalam tahap ini. Tes kualitas dasar sebelumnya dan komunikasi dengan wali, tentu tidak mungkin membuatnya terlibat langsung.
Ujian akhir merupakan babak terakhir. Yang terpilih akan menjadi atlet esports Pedang Penghakiman di masa depan. Tentu Lu Li harus ikut serta dalam proses ini.
Selain menjabat sebagai Kapten klub Pedang Penghakiman, dia juga merangkap sebagai komandan akademi pelatihan pemula. Meski tidak menangani urusan teknis, setidaknya harus menampakkan diri di hadapan anggota baru. Mereka semua akan menjadi prajurit bawahannya di masa depan.
Selain itu, Lu Li benar-benar ingin melihat masa depan Pedang Penghakiman ini.
Era ini bisa dikatakan tanpa keraguan sebagai era teknologi virtual. Industri game telah menjadi komponen utama industri hiburan, dan sudah lama tertanam dalam pandangan masyarakat luas.
Ratusan tahun lalu, game dianggap sebagai penghambur waktu. Anak-anak yang bermain game bahkan dikirim untuk menerima sengatan listrik.
Namun kini, berbagai bidang profesional terkait game seperti perencanaan game, desain game, pengujian game, dan pengembangan game telah menjadi disiplin ilmu populer di berbagai universitas. Bahkan muncul mata kuliah populer seperti 《Jalan Menjadi Pemain Profesional》, 《Etika Profesi》, dan 《Perhitungan Data》.
Anak yang tumbuh dewasa untuk bermain game telah menjadi jalan sukses berprospek cerah dalam pandangan masyarakat.
Dan para wali yang telah mendapat pemberitahuan resmi pun dengan sigap membawa anak-anak mereka ke Kota Jiangnan. Karena hal ini, kota tersebut beberapa hari terakhir dipadati pengunjung. Hotel-hotel di sekitar klub Pedang Penghakiman pun penuh sesak, sehingga banyak orang terpaksa menginap di area pinggiran.
Baba Kucing bertanggung jawab atas tes potensi profesi yang sangat penting, sementara profesional lain melakukan berbagai tes teknis seperti psikologi, ketahanan mental, kecepatan tangan, refleks saraf, dan lain-lain.
Tanggung jawab Lu Li hanyalah pemeriksaan akhir dan percakapan penutup.
Sebenarnya, sebagian besar peserta yang datang ke Jiangnan beberapa hari ini tidak berkesempatan bertemu Lu Li. Banyak yang sudah tersingkir di tahap-tahap awal seleksi.
Para guru penilai akan memberikan saran kepada yang gagal. Misalnya, bagi yang benar-benar tidak memenuhi syarat, disarankan untuk tidak memaksakan diri di bidang ini - toh setiap profesi punya jalur suksesnya sendiri. Sedangkan yang masih punya potensi, diberi arahan aspek mana yang perlu diperbaiki agar bisa mencoba lagi tahun depan saat rekrutmen baru.
Orang pertama yang ditemui Lu Li adalah seorang pemuda yang terlihat masih belia.
"Dia sangat gugup bertemu Lu Li, di ruangan AC yang suhunya sangat rendah ternyata berkeringat deras, tangan dan kakinya gemetar, tidak tahu apakah karena ketakutan atau terlalu bersemangat."
"Lu Li tidak meremehkannya. Fakta bahwa dia bisa berdiri di hadapannya sudah cukup membuktikan pemuda ini adalah bahan mentah yang potensial."
"Anak kedua di keluarga, saat ini duduk di kelas 3 SMP. Laporan penilaian menyebut kemampuan reaksimu sangat cepat." Lu Li sambil membalik-balik data perlahan bertanya: "Di rumah sering main game?"
